Deuxième partie

701 73 31
                                        

Para maid sibuk mengatur jamuan makan malam. Terutama Butler Jeon. Ia mempersiapkan yang terbaik untuk malam ini. Atas perintah raja, mereka mengerahkan yang terbaik untuk ini.

Dari dekorasi, hiasan meja, tempat duduk dan yang utama sajiannya.

Makanan dari chef terbaik akan mereka sajikan.

Jimin sedikit senang karena YeonHwa duduk disampingnya. Cukup untuk membuat Jimin menjadi senang. Setidaknya begitu.

Didepan YeonHwa ada Taehyung yang duduk, dengan ketampanannya yang paripurna.

Sedangkan Jimin mulai curiga dengan kursi kosong yang ada di depannya.

Pintu di belakang Jimin terbuka. Jimin tidak tau siapa yang masuk. Hanya saja, feeling nya mengatakan bahwa itu adalah Jieun.

Suara sepatu hak tinggi itu menggema di ruang makan. Pemilik sepatu itu menampakkan dirinya.

Gaunnya terjuntai menyentuh lantai. Gaun berwarna violet itu terlihat sangat cocok untuk tubuh rampingnya.
Rambut panjangnya bergoyang saat ia melangkahkan kakinya.

"Maaf atas keterlambatanku."
Gadis itu menarik sedikit gaunnya lalu membungkuk sopan.

Anggota kerajaan yang ada disana sangat memaklumi hal itu. Terlihat dari ekspresi wajah mereka.

Hanya saja, YeonHwa memiliki ekspresi yang berbeda. Entah apa arti ekspresi itu.

"Tak apa, lagipula acaranya belum dimulai."

Jieun membenarkan cara berdirinya.
Tatapan mata Jieun tertuju pada Jimin. Membuat adanya kontak mata diantara mereka.

Jieun mengembangkan senyumnya.

"Duduklah, Jieun." Pinta Namjoon. Jieun mengangguk lalu duduk di kursi kosong didepan Jimin.

Saat makan malam berlangsung, YeonHwa tak henti-hentinya memperhatikan Jieun. Memperhatikan setiap detail apa yang terlihat disana.

Wajahnya, YeonHwa akui, memang sangat cantik. Hanya saja, ia tidak percaya bahwa gadis itu masih enam belas tahun. Wajahnya terlihat lebih dewasa daripada itu. Walau seperti itu, wajahnya menunjukkan kesan kemewahan.
Ia terlihat anggun dan mewah sekaligus.

Hanya saja, YeonHwa tidak menyukai senyum Jieun. Sangat tidak menyukai itu.
Walaupun Jieun terlihat cantik oleh senyuman itu, tetap saja YeonHwa tidak suka.

Sama dengan YeonHwa, Jimin juga sesekali memperhatikan Jieun. Caranya mengedipkan mata, caranya mendengarkan pembicaraan. Menarik. Tapi, entahlah, Jimin merasa ada sesuatu dibalik senyuman manis itu. Jieun misterius.

Jimin bisa melihat bagaimana bulu mata itu bergerak saat Jieun mengedipkan mata. Iris coklat itu bergerak dengan anggun.

"Jadi, bagaimana menurutmu tentang perjodohan ini?" Tanya Jin Young pada Jimin. Bodohnya, Jimin tidak mendengar dari awal. Memalukan.

Dapat Jimin lihat Jieun menatapnya.
YeonHwa juga menatapnya. Hanya saja, tatapan YeonHwa berbeda.

Bodoh sekali, apa yang anggota kerajaan bicarakan sebelumnya? Jimin terlalu fokus dengan pikirannya sendiri.

Jieun mengejeknya melalui tatapan lembut. Jimin dapat melihat itu.

"Keputusan ada ditanganmu, pangeran." Namjoon berujar.

Jimin sudah menyiapkan jawaban. YeonHwa membantunya mencari jawaban yang pas. Yang tidak mengecewakan pihak manapun. Tidak menguntungkan dan tidak merugikan.

Jimin menelan salivanya. "Tergantung padanya. Tergantung pada Jieun." Jawab Jimin mantap.

Hening. Ruangan menjadi hening. Rasanya canggung. Menyedihkan sekali.

Zemblanity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang