MAPLE#13

287 17 2
                                    


Bugh!

"BERENGSEK!"

Elgan memukuli wajah Karen dengan berapi-api. Emosinya begitu memuncak ketika melihat Karen berniat jahat dengan Eleta. Para tamu meringis ngilu melihat Elgan yang terus-menerus memukul Karen.

Eleta tidak tinggal diam. Ia mendekati perkelahian, berusaha untuk memisahkan mereka berdua. "Elgan udah! Berhenti!"

Elgan tidak menggubris Eleta. Bahkan saat Eleta menahan tangan Elgan untuk berhenti memukul Karen, Elgan menghempas Eleta hingga Eleta tersungkur.

"Argh!"

Seakan sadar dengan perbuatannya, Elgan berhenti dan melirik Eleta yang terjatuh di belakangnya. Karen yang mendapat kesempatan membalas pun langsung memukul wajah Elgan tanpa segan.

Bugh!

"Kalau lo ada masalah sama gue lo selesaikan sama gue. Bukan Eleta!" pekik Karen emosi.

Karen mengusap darah yang keluar dari hidungnya dan di sudut bibirnya. Kemudian ia beranjak mendekati Eleta dan membantunya untuk bangkit. Eleta meringis ketika Karen menyentuh sikunya.

"Siku lo berdarah," ucap Karen.

Eleta sekilas melirik sikunya. Rahang Eleta langsung mengeras, ia kemudian menatap Elgan dengan sorotan mata yang begitu tajam seperti pisau yang baru diasah.

"Lo berengsek, Gan!"

Bahu Elgan naik turun, napasnya masih terengah-engah. Ia juga tidak menyangka telah mendorong Eleta. "Gue enggak ...."

"Enggak apa?" sela Eleta dengan mata yang mulai berkaca-kaca. "Lo mau bilang kalau lo enggak sengaja? Segampang itu?"

Elgan terdiam. Melihat Eleta semarah seperti sekarang membuat bibirnya tidak bisa bersuara.

"Lo udah bikin Karen babak belur, padahal dia enggak salah apa-apa, dan ...."

"Dia mau celakai lo!" sela Elgan penuh penekanan.

"Dia," ucap Elgan sambil menunjuk Karen. "Gue jelas lihat dia sekongkol sama pelayan di sini!" ungkap Elgan menjelaskan apa yang dilihatnya tadi.

"Lo punya bukti?" tantang Eleta.

Elgan tidak bisa lagi menyudutkan Karen karena dirinya tidak memiliki bukti apapun. Hanya matanya yang menjadi saksi bahwa Karen memang berniat jahat dengan Eleta.

Di tengah-tengah ketegangan antara Eleta, Elgan dan Karen, Olyra datang bersama dengan ibunya. "Ada apa ini? Kenapa pestaku berantakan seperti ini?"

Tidak ada yang menjawab pertanyaan Olyra. Semua hanya terdiam membisu. Olyra melihat Karen yang berdiri di samping Eleta. Ia membelalak ketika melihat wajah Karen penuh lebam.

Dengan cepat Olyra menghampiri Karen. Berpura-pura peduli. "Karen! Lo kenapa?"

Eleta menghela napas. Kedatangan Olyra membuat suasana hatinya semakin memburuk. Ia pun mengambil langkah untuk pergi meninggalkan pesta. Namun, belum sempat langkah Eleta jauh, Karen menahan tangannya.

"Mau ke mana?" tanya Karen.

"Pulang. Muak gue di sini!"

Setelah menjawab pertanyaan Karen, Eleta langsung menghempas cekalan tangan Karen dan kemudian melanjutkan langkah pergi keluar rumah Olyra.

Elgan menatap kepergian Eleta nanar. Hatinya merasa begitu bersalah karena terlalu gegabah dan membuat Eleta celaka. Elgan tidak memiliki maksud lain selain melindungi Eleta dari orang jahat.

"Jangan pernah dekati Eleta, kalau masih mau bernapas!" ancam Elgan kepada Karen dengan wajah khas dinginnya.

Karen menatap kepergian Elgan sinis. Sudut bibirnya yang terluka terangkat ke atas. "Lo yang bakal berhenti bernapas sialan!"






🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁





Eleta berjalan gusar menuju ke mobilnya. Dari belakang terlihat Elgan berlari mencoba mengejar Eleta. Eleta membuka pintu mobil, tetapi terkunci. Ia membuka tas untuk mencari kunci mobilnya. Namun, belum sempat terbuka, Elgan sudah menahannya.

"Biar gue yang nyetir," pinta Elgan.

Eleta menyikut dada Elgan keras. Eleta langsung meringis merasakan perih di sikunya. Ia lupa kalau sikunya terluka.

"Tangan lo luka. Jangan keras kepala," kata Elgan.

"Peduli apa lo? Sana pergi!" usir Eleta kasar.

Elgan mendengus kesal melihat Eleta yang begitu keras kepala. Ia pun menangkis kunci mobil yang sudah berada di tangan Eleta. Eleta terkejut, kunci melayang beberapa detik lalu jatuh tepat di tangan Elgan. Eleta terdiam tak berkedip, sorotan mata Elgan berubah teduh membuat Eleta meleleh.

"Jangan keras kepala. Elgan kembali menjalankan tugas mengawal Nona Eleta."

Elgan membuka pintu belakang dan membiarkan Eleta masuk. Setelah itu ia langsung mengambil posisi di kursi kemudi lalu melaju pulang ke rumah.

Di sepanjang jalan Eleta tidak mengeluarkan sepatah katapun. Ia masih merasa kesal dengan Elgan. Sesampainya di rumah, Elgan mengantar Eleta ke kamarnya.

"Tunggu sebentar. Gue ambil obat dulu," ucap Elgan.

Elgan langsung pergi untuk mencari kotak obat. Eleta menaik turunkan sudut bibirnya beberapa kali saat Elgan keluar dari kamarnya. "Bentar-bentar gue bentar-bentar saya ...." Eleta memutar bola matanya malas, lalu melanjutkan cibirannya. "Enggak punya pendirian banget!"

Sambil menunggu Elgan mengambil kotak obat, Eleta menyempatkan diri untuk membersihkan diri dan sisa riasan wajahnya sekaligus berganti baju.

Setelah mendapat apa yang dicari, Elgan segera kembali ke kamar untuk mengobati Eleta. Namun, saat ia masuk, ia tidak melihat Eleta di atas tempat tidur.

"Eleta?" panggil Elgan.

"Jangan ke kamar mandi, gue bunuh lo!"

Elgan mendengus mendengar teriakan Eleta dari kamar mandi. "Enggak akan pernah!"

Elgan pun meletakkan kotak obat di atas ranjang Eleta. Kemudian beranjak ke balkon, menunggu Eleta sambil menikmati semilir angin malam. Bayangan tentang kejadian di pesta uang tahun Olyra tadi kembali terngiang-ngiang di kepalanya.

"Cewek songong ... pantes banyak yang benci," gumam Elgan sambil menghela napas.

Saat Elgan hendak mengambil posisi duduk, ponselnya tiba-tiba berdering. Nama Tania terpampang jelas di layar ponsel Elgan. Ia pun segera menjawabnya.

"Apa yang lo lakuin tadi?"

Elgan kontan menjauhkan ponsel dari telinganya, karena Tania berteriak sangat keras. "Apa memangnya?"

"Jangan pura-pura bodoh! Rekaman lo berantem sama dorong Eleta tersebar di internet!"

"Gue tau, tapi ... gue punya alasan untuk itu."

"KE RUANGAN GUE SEKARANG!"

Sambungan telepon mati. Tampaknya Tania benar-benar marah dengannya. Elgan mengusap kasar wajahnya. Lalu, ia bangkit dan beranjak keluar dari kamar Eleta.

Saat Elgan tepat di ambang pintu, Eleta keluar dari kamar mandi. Elgan menghentikan langkah dan sekejap berbicara dengan Eleta.

"Obati luka lo sendiri. Jangan manja." Setelah mengatakan itu, Elgan melanjutkan langkah.

Eleta memelotot mendengar ucapan Elgan yang begitu menusuk. "Gue juga enggak butuh bantuan lo sialan!"






🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁


Berantem mulu, heran.  🙄

Maaf telat lagi😁

Terima kasih sudah berkenan membaca. Jeongmal kamsahamnida😍

Saranghae💜

EletaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang