MAPLE#20

599 29 7
                                    

Saat Eleta keluar dari pemakaman dan hendak masuk ke dalam mobil, Rio menyadari ada seseorang yang berlari dan bersembunyi di semak-semak. Ia terlihat membawa pistol dan membidik tepat ke arah Eleta.

"Itu peneror. Cepat kejar!!!" seru Rio menginstruksi untuk keluar dan mengejar peneror itu.

Rio mengeluarkan pistol dari jasnya. Kemudian menembak peneror itu sebelum ia menembak Eleta. Rio menembak secara terus-menerus agar tidak ada celah bagi peneror itu untuk menembak Eleta.

Dorr! Dorr!

Eleta yang tidak tahu sedang diincar oleh peneror langsung terkejut mendengar suara letusan. Tidak bisa lari, kaki Eleta seketika melemah. Ia hanya menunduk, menutup telinga dan kedua matanya, meringkuk ketakutan, takut peluru akan mengenainya.

Jeno dan Jerry mengejar peneror itu. Sedangkan Rio menghampiri Eleta yang tengah ketakutan di samping mobilnya.

Rio berjongkok dan menyentuh lengan Eleta. "Nona baik-baik aja?" tanya Rio dengan perasaan cemas.

Eleta menoleh ke samping, mendapati Rio yang memasang ekspresi cemas. Lalu, Eleta mengangguk dengan ekspresi masih terkejut. Rio paham dan segera membawa Eleta masuk ke dalam mobil. Eleta harus pulang agar dirinya bisa beristirahat dan aman dari kejaran peneror.

Di sepanjang perjalanan wajah Eleta terlihat sangat pucat. Rio bisa melihatnya dari pantulan kaca walaupun Eleta memalingkan wajahnya. Di saat seperti ini saja, Eleta tidak ingin membagi ketakutannya.

"Maaf saya ikuti Nona diam-diam. Soalnya ini perintah Elgan."

Mendengar itu, Eleta menggerutu di dalam hatinya.

"Takut gue kenapa-kenapa tapi orang yang disuruh jagain gue. Sialan!"

"Nyetir aja yang bener!" balas Eleta dengan ketus.

Rio pun berhenti bicara, ia fokus menyetir dan tidak akan mengganggu Eleta lagi. Hanya berdua dengan Eleta saja membuat bulu kuduknya berdiri.

"Serem, kayak setan, tapi cantik."



🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁



Rio dan Eleta sampai di rumah, bertepatan dengan Elgan juga. Elgan yang tidak mengetahui kejadian Eleta hampir tertembak, terkejut karena terlihat pucat dan lemas.

Beberapa asisten yang mengetahui kepulangan Eleta langsung menghampiri Eleta. Mereka pun terkejut dengan pucatnya wajah Eleta, mereka membantu Eleta berjalan masuk ke dalam rumah.

Elgan mengejar Rio dan menahannya saat Rio hendak ikut masuk ke dalam rumah. "Tunggu!"

Rio terkejut karena Elgan tiba-tiba muncul dan menahannya.

"Eleta kenapa?" tanya Elgan.

"Tadi hampir tertembak. Dia syok," jawab Rio.

Mendengar jawaban Rio tangan Elgan langsung mengepal kuat. Rahangnya turut mengeras, emosinya tersulut karena mereka tidak henti-hentinya mencoba melukai Eleta.

Tanpa membalas ucapan Rio, Elgan berlari meninggalkan Rio sendiri. Rio memperhatikan punggung Elgan yang semakin menjauh dengan perasaan menyesal.

"Nyesal gue jawab senior!"



🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁


Elgan masuk ke dalam kamar Eleta saat asisten keluar dari kamarnya. Ia menghampiri Eleta yang tengah melamun di atas kasurnya.

"Nona baik-baik aja?"

"Pergi. Gue lagi pengen sendiri," jawab Eleta tanpa melihat Elgan.

"Maaf tadi saya enggak ada di sana. Soalnya ...."

Belum sempat Elgan menyelesaikan perkataannya, Eleta lebih dulu menyela.

"Alasan lo enggak penting. Yang penting lo denger dan paham kalau gue pengen sendiri sekarang!" pekik Eleta jengah dengan Elgan yang tidak mengerti dirinya.

Elgan menghela napas panjang. Melawan Eleta di saat seperti ini bukan hal yang bagus. Ia harus segera pergi atau Eleta akan sangat marah padanya. Itu akan lebih berbahaya untuknya.

Elgan menundukkan pandangan dan kemudian keluar dari kamar Eleta. Saat pintu tertutup sempurna dan Elgan sudah keluar, air mata yang sejak tadi ditahan olehnya pun lurub dengan begitu derasnya.

Sangat mustahil jika seseorang baik-baik saja saat hampir merenggang nyawa. Tentu saja Eleta takut. Bahkan sangat. Andai saja Rio tidak berteriak, mungkin peluru itu sudah menancap di kepalanya sekarang.

Eleta menangis sejadi-jadinya tanpa mengeluarkan suara. Ia meringkuk sambil memeluk lututnya sendiri. Ketakutan seorang diri.

Kamu harus tahu, betapa menderitanya seseorang yang menangis tanpa suara dan ketakutan tanpa ada sandaran.

Semua rasa yang berkecamuk di hatinya sekarang, bertambah dengan rasa kecewanya karena Elgan tidak ada di sana untuk melindunginya. Tidak seperti kemarin saat Elgan dengan lantang melawan orang-orang yang hendak menyakitinya. Entah mengapa itu membuatnya sangat kecewa.

Eleta meraba ke samping, mencari ponselnya. Ia hendak memutar lagu dengan kencang untuk melupakan semua rasa sedih, kecewa dan takutnya. Namun, bukan ponsel yang ia dapat, melaikan boneka emotikon yang pernah diberi oleh Elgan.

Tangis Eleta mulai berhenti, meskipun masih sesenggukan. Ia mengambil boneka yang tidak lebih besar dari kepalan tangannya. Ia kembali teringat ketika Elgan memberikan boneka itu kepada dirinya.

Garis bibir yang melengkung di boneka tersebut secara ajaib menciptakan lengkungan di bibir tipisnya. Perlahan rasa yang berkecamuk di hatinya mereda.

Eleta menggenggam boneka itu erat, kemudian membawanya ke alam bawah sadar. Eleta tertidur setelah lelah menangis sampai sesenggukan.





#Halohaa..

Terima kasih sudah membaca.

Nantikan terus kelanjutannya.

💜💜💜

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 01, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EletaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang