Broken, yeah

4.3K 396 34
                                        

Jisung melipat kertas yang baru saja ia dapatkan dari pemilik toko yang tadi ia datangi, lalu mengantonginya. Cuaca hari ini cukup dingin, dan Jisung memutuskan memakai dua kaus panjang tebal rangkap. Kaki jenjangnya melangkah di sisi jalan kota Seoul. Mata sipitnya menangkap pemandangan yang sanggup menarik emosinya.

"Lee Jeno brengsek." Tangannya terkepal kuat menghampiri seorang pemuda yang sedang menggoda wanita di depan minimarket. Jeno—si pemuda memakai masker, tapi Jisung mengenal feromon itu. Feromon terkadang menempel di tubuh kakaknya.

Bugh!

Jeno tersungkur, dan wanita yang digoda berlari pergi menyelamatkan dirinya. Kilatan netra alpha milik Jisung mulai membara, kuning oranye terang. Jeno tak tinggal diam. Netra alpha-nya ikut mendominasi matanya dengan warna merah menyala.

"Jangan ikut campur urusanku, anak kecil." Jeno yang hampir membuat Jisung lebam, malah keduluan Jisung yang menghantam rahang tegas Jeno dengan kepalan tangan besarnya. Jeno tersungkur lagi. Amarah Jisung tak bisa lagi dikendalikan. Ia menarik kerah Jeno untuk memukulnya lagi hingga hidung Jeno mengeluarkan darah segar.

"Jisung! Berhenti!" Suara lembut yang berteriak itu meredupkan netra alpha Jisung. Ia melepas Jeno dan menoleh. Jaemin yang baru keluar dari minimarket menghampiri Jeno yang hampir tak sadarkan diri. Bangsat, Jeno malah menggunakan kesempatan ini untuk mencari perhatian kakaknya.

"Cepat telpon ambulans, Jisung! Jeno bisa mati kehabisan darah nanti... Hiks..." Mau tidak mau, Jisung terpaksa menekan tombol panggilan darurat di ponselnya untuk memanggilkan ambulans. Ia sangat lemah dengan air mata kakaknya. Padahal Jisung berharap Jeno si muka dua itu cepat mati.

-----

"J-jisungie..." panggil Jaemin kepada adiknya. Yang dipanggil menoleh, memperhatikan wajah kakaknya yang muram. Terlihat jelas selain matanya yang sembab, wajahnya juga sedikit bengkak.

"Ada apa kak?" tiga kata yang keluar dari mulut Jisung, tapi Jaemin malah menangis keras. Refleks Jaemin memeluk erat tubuh kurus Jisung. Hidung Jisung menajam, merasakan bau feromon Jeno yang sudah benar-benar melekat dan menggantikan wangi manis kakaknya. Firasatnya tidak enak.

"A-aku... Sudah mating dengan Jeno, dan aku sudah hamil 3 minggu..." Jisung benar-benar ingin marah. Pantas saja kakaknya sering bolak-balik ke kamar mandi setiap pagi. Pantas saja kakaknya diberikan suntik penguat saat dirawat di rumah sakit. Pantas saja emosi kakaknya gampang sekali berubah. Pantas saja permintaan kakaknya aneh-aneh, mulai dari menyuruh Jisung memanjat loteng untuk sekedar difoto, sampai minta dibuatkan ayam goreng saus stroberi. Ternyata lelaki brengsek itu pelakunya.

"Kakak jangan menangis. Biar nanti aku bantu bicara soal ini dengan... A-ayah..." lidah Jisung agak kaku mengucapkan 'ayah'. Maklum saja, ia tidak merasakan figur ayah yang sesungguhnya meskipun secara lahirnya ia masih memiliki ayah kandung. Tapi itu semua tidak berguna.

Seorang dokter keluar dari ruang operasi setelah menangani Jeno. Air wajahnya terlihat lesu. Pertanda buruk seperti mengiringinya. Jaemin dan Jisung harap-harap cemas. Menunggu beberapa kalimat atau cuma kata yang keluar dari mulut sang dokter.

"Tuan Lee Jeno mengalami patah tulang hidung di sisi kiri, dan sepertinya pukulan keras yang menghantam pelipis kanannya membuat beberapa urat dan syaraf terganggu hingga tuan Lee Jeno tidak sadarkan diri bahkan koma."

Demi hidup Jisung yang suram, Jisung sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Satu harta berharganya akan membencinya seumur hidup karena Jisung telah menyakiti orang yang ia cintai. Belum lagi caci maki dari ayahnya yang menjadi makanan sehari-hari Jisung.

Jisung tak berharap apa-apa, bahkan ia tak berharap Dewi fortuna berpihak padanya. Ia hanya ingin hidup dengan memberikan manfaat, atau mati tanpa meninggalkan kesusahan.

-----

"Hitam dan putih akan selalu ada dalam setiap sesuatu. Lalu kenapa hidupku hanya ada hitam saja? Bukan, ini bukan hitam. Hanya saja... Gelap gulita... Dengan pecahan kaca serta serpihan kayu kecil yang melukai mata dan nafas..."

✔ Good Liar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang