If tears are bloods...

5K 482 12
                                    

Jisung hanya remaja 17 tahun yang sudah lama mengarungi kerasnya hidup sejak usia 10 tahun, saat dirinya mengikuti BetaTest di salah satu rumah sakit. BetaTest tidak hanya sekadar tes kedudukan, ada beberapa tes kesehatan juga yang harus dilalui.

"Jisung adalah seorang alpha yang langka. Didalam tubuhnya terdapat antigen yang bisa menangkal beberapa penyakit tertentu. Itulah alasannya Jisung tetap sehat meskipun 'seharusnya' ia mewarisi penyakit ibunya seperti Jaemin."

Persetan dengan sebutan anak pembawa sial, yang penting Jisung bersyukur masih bisa hidup meskipun dengan penuh nestapa. Ayah brengsek-nya hanya tau uang, uang, dan uang. Lalu ibu dan Jaemin. Tidak ada nama Jisung dalam hidup ayahnya.

"Harusnya kamu yang mewarisi penyakit ibumu, bukan Jaemin. Merepotkan saja. Lebih baik mati saja sana."

Entah sudah berapa tumpuk umpatan ayahnya yang ia pikul di pundaknya setiap hari. Kalau saja ia tidak memikirkan Jaemin, ia akan lebih memilih mati membusuk daripada harus berbagi oksigen dengan orang tua tidak beradab itu.

-

Jisung membersihkan dirinya dengan asal. Luka sayat di kedua tangannya tidak sebanding dengan luka hidupnya. Tetesan alkohol pada luka-luka tipis itu terasa perih. Pada pencahayaan yang remang itu, Jisung bisa melihat sisa darah yang keluar dari lukanya bercampur dengan cairan alkohol. Ia meringis sakit. Berujung pada tangis rusak dan hancur di potongan akhir pada malam hari. Kamar kos berukuran 3×4 itu menjadi saksi bisu dari beban mental seorang Jisung.

Benda kecil dan pipih itu menyala dibarengi dengan bunyi, menghentikan suara sumbang Jisung. Jisung melirik layarnya. 'Dua hari lembur gantikan aku, tidak masalah kan? Aku akan kembali ke China untuk liburan chuseok.'

Ah, chuseok ya... Kapan terakhir kali Jisung merasakan hangatnya chuseok bersama keluarga? Intinya, yang Jisung ingat, itu sebelum dirinya dinyatakan sebagai alpha yang langka. Jisung benar-benar menunggu kapan waktunya habis, agar tidak banyak lagi mengingat luka lama yang tersimpan, juga tidak banyak tersakiti dengan kenangan indah orang lain.

"Antigen di dalam tubuhmu itu tidak bersifat permanen dan akan hilang dalam waktu kurang dari 10 tahun. Maka dari itu, kau harus rutin meminum obat pengganti antigen itu sejak sekarang. Jisung, kakak tau hidupmu benar-benar rumit dan berat. Yakinlah, Tuhan sedang menyiapkan rencana indah untuk kau terima nanti kalau kau lulus ujian dari-Nya."

-

Jaemin mengucek matanya sedikit ketika cahaya matahari langsung menyorot wajahnya. Yang pertama ia lihat adalah, Jisung sedang memotong buah buahan yang kemarin dibawakan ibunya.

"Jisung?" panggil Jaemin sambil menyentuh punggung tangan Jisung.

"Kakak sudah bangun ya... Sarapannya sedang dibuat, jadi kakak makan apel ini dulu ya?" Jaemin menggeleng, sejak awal atensinya jatuh pada luka sayat yang tidak bisa tertutup kaus lengan panjang Jisung. Ia menyentuhnya, lalu air matanya membanjir.

"Kapan kamu berhenti nyakitin diri kamu sendiri?" Jisung tidak menjawab. Ia menjauhkan tangannya dari Jaemin. Kebetulan perawat datang membawa baki berisi sarapan Jaemin.

"Waktunya makan, kak! Ayo makan, jangan malas malas. Nanti semakin lama di sini loh..." Jisung tahu betul bagaimana caranya membalikkan situasi dan kondisi.


-----

"Hidup cuma sekali. Biarpun pahit, setidaknya biarkan pahit itu menjelma jadi manis untuk orang lain."

✔ Good Liar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang