Tok tok tok!
"Ya! Tunggu sebentar!" sahut Jaemin pada ketukan di pintu rumahnya. Dengan pelan dan pasti, Jaemin berjalan menuju sumber suara, lalu membuka pintunya. Seseorang yang tak dikenal, namun berpakaian rapih dan memilikin feromon yang begitu maskulin. "Tuan, ada perlu apa datang kemari?"
"Benar ini rumah Jung Jaemin, kakak Jung Jisung?" tanya lelaki itu dengan lembut. Jaemin mengangguk pelan.
"Betul, saya Jung Jaemin," jawab Jaemin pelan. Apa Jisung berbuat ulah sebelum ia pergi sampai orang asing ini mencarinya? Jaemin begitu tak tenang sambil mengelus perut buncitnya.
"Ah, begini. Saya mau memberikan tabungan Jung Jisung kepada anda, karena ia berpesan kalau dalam jangka waktu tiga puluh hari ia tidak datang untuk setor tabungan maka tabungannya harus diserahkan kepada anda," ujar sang tamu yang kemudian memberikan sebuah amplop coklat tebal berisi uang kepada Jaemin. Jaemin tidak bisa menyembunyikan kekagetannya, bagaimana bisa? Sedangkan yang ia tahu, Jisung hanya di dalam kamar kosnya dan tidak bekerja. Setetes air mata mengalir dari netra rusa itu.
"T-terima kasih, tuan... Saya tidak tahu kalau ternyata Jisung punya uang sebanyak ini," setiap kata yang keluar dari bibir Jaemin membuat air matanya semakin berlomba lomba untuk keluar dan membasahi pipinya.
—
Di sampul amplop coklat tersebut, tertulis bahwa uang yang diberikan berjumlah 1.700.000 won. Jaemin membuka lem pada amplop itu dengan hati-hati. Di dalamnya, terdapat surat yang terlipat rapih.
Untuk Kak Jaemin, manusia yang paling memanusiakan Jisung di rumah selain Ibu
Kalau kakak terima uang ini, tandanya aku sudah tidak bisa kembali lagi bertemu. Entah aku pergi jauh, atau dihilangkan, atau malah meninggal dunia. Aku benar-benar minta maaf karena sudah meninggalkan kakak. Aku hanya manusia biasa yang punya batas dalam menahan semua beban yang aku alami.
Mungkin kakak bingung, dari mana uang ini aku dapat, iya kan?
Kakak tahu pasti, setiap pulang sekolah, aku sesekali datang ke toko Tuan Moon. Ayah pikir aku cuma menghabiskan uang di sana untung membeli hal yang tidak berguna. Ayah salah besar, aku membantu Tuan Moon untuk mengumpulkan buku-buku juga pakaian-pakaian bekas yang masih layak pakai untuk dijual dengan murah.
Uang itu aku kumpulkan sejak pertama kali keluar dari rumah. Mungkin jumlahnya tidak terlalu banyak. Tapi aku berharap bisa membantu biaya pengobatan kakak, sebagai ganti karena Ibu tidak bisa mewariskan penyakitnya kepadaku.
Hidup sudah banyak memberikan pahit untuk kakak, tetaplah bertahan karena hati baik kakak sudah lebih manis dari apa pun di dunia.
Dari Jisung, manusia tak beruntung yang merasa paling beruntung sedunia karena memiliki Kak Jaemin
"Jaemin? Apa kamu baik-baik saja?" ucap lelaki berkulit tan yang baru saja masuk ke dalam rumahnya. Isak tangis langsung pecah, memenuhi ruangan sedang di dalam rumah sederhananya. Jaemin memeluk lelaki tan yang mana adalah kekasih dari sepupunya.
"Haechan... Jisung-hiks..." Jaemin tak kuasa berucap lagi. Menyebut nama adiknya saja sudah membuatnya semakin tak berdaya. Yang dipanggil Haechan mengeratkan pelukannya pada Jaemin.
"Ada apa dengan Jisung? Kamu memimpikannya lagi?" tanya Haechan sambil mengelus punggung rapuh sepupu ipar sekaligus sahabatnya. Jaemin menggeleng cepat.
Sepanjang belasan menit, Jaemin hanya terus menangis tanpa berkata-kata dan Haechan terus menenangkannya. Jaemin masih ingat betul saat dirinya menemukan adiknya yang tergeletak bersimbah darah dengan besi tajam yang menembus dadanya. Dadanya ikut terasa sakit melihat Jisung sudah tak bernyawa lagi. Baginya, nafas Jisung adalah nafasnya, hati Jisung adalah hatinya, bahkan nyawa Jisung adalah nyawanya.
Kembali pada hari di mana langit gelap itu, Jaemin serasa ikut mati.

KAMU SEDANG MEMBACA
✔ Good Liar
Historia CortaJisung sudah terbiasa hidup sebagai angin, tak teranggap padahal ada. Jisung itu hidup, namun seperti bolak-balik di depan pintu kematian. Dan ini cerita Jisung sebelum nafas terakhirnya hilang. by. jaeminister