Aries duduk di samping ranjang rumah sakit, dengan kepala bertopang di kedua tangannya yang bertaut. Terlihat kacau namun entah kenapa justru menggoda di waktu yang sama.
Rambutnya sudah acak-acakan, dasinya tidak rapih dan kemeja putih yang biasanya rapih itu sudah di gelungnya setengah lengan, memperlihatkan lengannya yang kekar.
Tubuh tinggi nya hanya mampu menunduk, merasa menyesal tidak melarang dengan tegas gadis manisnya yang memaksa sekolah.
"Papa." Panggilan dengan suara lembut itu membuatnya langsung menoleh, melihat Nana dengan muka pucatnya terbaring dengan jarum infus menancap di tangannya.
Papa meringis pelan, seakan ikut merasakan yang Nana rasakan, "Papa panggil dokter dulu, princess."
Nana cemberut, matanya berkaca-kaca "Gamauuu." Rengeknya manja.
"Sebentar, sayang."
"Gamau papaaa, peluk." Nana merentangkan kedua tangannya, mata bulatnya siap mengeluarkan air mata kapan saja.
Dan Aries ? Mana tega dia membiarkan Nana memohon seperti itu.
Di baringkannya tubuhnya menyamping, Menjauhi tangan Nana yang di infus, tapi Nana malah membaringkan dirinya di atas Papa, "Na, infus kamu." Ujarnya memperingatkan.
Nana bergelung nyaman, menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Papa seolah tidak mendegar peringatan papa.
Tangan kekarnya otomatis merengkuh pinggang kurus itu. Mengusap punggungnya dan ikut memejamkan mata sejenak.
Membiarkan Nana tertidur di depakannya, tangannya yang lain berusaha memencet tombol interkom
Menunggu dokter yang tiba beberapa saat kemudian, dokter yang masuk sedikit canggung melihat kedekatan mereka, tapi Aries tidak perduli. Prioritas utamanya adalah membuat Nana selalu dalam keadaan nyaman.
......
Nana merenyit dalam tidurnya, merasa tidak nyaman, "Sshhh... Sayang tidur lagi ya." Aries menepuk-nepuk pantat Nana pelan dan berulang. Memperlakukan Nana persis seperti anak kecil. Karena sampai kapan pun Nana akan tetap menjadi bayi manisnya."Pa- pa..." Nana berbicara dengan suara parau, mengucek kedua matanya pelan.
"Pusing.. Hikss-" Mata bulatnya mengeluarkan air mata.
Aries mencoba menenangkan Nana, diayun pelan tubuh mereka ke kanan dan kiri, di usap rambut hitam Nana dengan sayang "Tidur lagi sayang, Papa usir pusingnya, ya."
"Hilang, hilang, sakit Nana hilang.. Hilang, hilang, semoga sakit Nana hilang.." Berulang kali Aries merapalkan mantra tersebut dengan suara pelan sembari mengecup sayang puncak kepala Nana. Mantra yang selalu dia ucapkan ketika salah satu diantarannya sedang sakit, hingga gadis itu merasa nyaman dan tertidur kembali. Aries benar-benar berdoa sakit di tubuh putri kesayangannya akan hilang, atau mungkin kalau bisa biar dia saja yang merasakan sakitnya. Asal jangan Nananya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Papa
Short StoryThis book belongs to someone lacking fatherly affection, someone who has daddy issues, and girls who are always by themselves, hoping there's somebody out there loving them endlessly.