Gadis itu menatap layar di depannya dengan seksama, air matanya menetes mengalir deras membasahi pipi chubbynya. Hidungnya memerah dan tangisnya menjadi sesenggukan. Entah sudah berapa lama gadis itu menangis, yang pasti sekarang ini dirinya merasa sangat sedih.
"Kenapa menangis, hm ?" Sebuah suara yang terdengar serak dan berat berbisik di dekat telinganya. Membuatnya merinding dan lupa akan segala hal.
"A -aku hiks.. sedih, papa." Gadis itu menoleh, menatap seorang pria gagah yang ternyata sudah duduk di sebelahnya tanpa dia sadari.
Kaos putih polos dengan celana satin hitam tampak nyaman di pakainya, membungkus dada bidang serta tubuhnya yang sempurna, rambutnya setengah berantakan, rambut halus di rahangnya tampak membingkai wajah tampan tersebut. Gurat lelah tercetak jelas di wajahnya, namun mata tajam itu selalu menatap lembut kearahnya. Membuatnya selalu merasa disayangi.
Wangi harum yang segar serta beberapa titik air menandakan pria itu baru selesai mandi meskipun hari sudah beranjak malam.
"Karena drama Korea ? Ayolah, ini sudah lebih dari tengah malam. Waktunya princess tidur." Usapan lembut menyapa rambut panjangnya yang dibiarkan terurai, bersamaan dengan ciuman manis di pelipisnya.
Pria itu menatapnya teduh, menghapus jejak air mata di pipinya yang sudah memerah dan menutup laptop yang sedari tadi menjadi pusat perhatiannya.
"Pa..." Dirinya menoleh dan cemberut, hendak melakukan aksi protes terhadap perlakuan papanya.
Satu epidose lagi padahal memasuki episode terakhir, belum tau bagaimana cerita itu berlanjut karena sekarang laptop di hadapannya tertutup rapat. Membuatnya penasaran sekali.
"Tidak. Ini sudah terlalu larut. Ayo tidur." Papa dengan sabar membujuk Nana yang cemberut dengan mata yang memerah sehabis menangis.
"Ini sudah terlalu larut princess. Bagaimana kalau kita lanjutkan besok setelah pulang sekolah? Papa temani." Ajaknya.
Nana menimbang pelan, menatap orang dewasa di hadapannya berfikir, "janji?" Tanyanya.
Papa menangguk. Memberikan tatapan meyakinkan dan mengulurkan jari kelingkingnya yang langsung di sambut Nana.
"Gendong ?" Tanya gadis itu pelan.
Pria itu berdecak mendengar permintaan bernada manis dengan tatapan polosnya, tapi tangannya tetap meraih dan membawanya dengan mudah, "Anak papa sudah besar tapi sangat manja." Menggendongnya seperti koala dan berjalan menuju kamar bernuansa pink miliknya.
Lagi-lagi dirinya mencebik kesal mendengar penuturan papanya, "Aku sebel sama papa. Aku mau tidur sama papa." Ucapnya tidak selaras.
"Baiklah princess." Pria itu memutar balik dan membuka pintu kamar yang berhadapan dengan kamarnya dengan senyum geli terpatri di wajah tampan tersebut.
Di turunkannya dengan perlahan dan menarik selimut pororo yang sengaja di simpan di kamar papa. Berjaga-jaga disaat dirinya ingin tidur bersama papa seperti saat ini. Yang mana dilakukannya hampir setiap malam.
Keduanya berbaring berhadapan. Pria matang itu menyanggah kepalanya dengan satu tangan, menatap lurus kedalam matanya, "Tidur."
"Hmm... Papa, baca dongeng." Dirinya menitah sembari mengerutkan dahi dan mengetukkan jari di dagu, seolah sedang berfikir keras.
Pria itu di buat gemas, pipi gembulnya semakin terlihat berisi dengan mata yang menatapnya sembab dan hidungnya yang masih memerah akibat menangis tadi, "Tidak ada dongeng untuk malam ini, princess. Hukuman untuk gadis kecil pelanggar peraturan." Jam tidurnya sudah terlewat jauh. Harusnya jam 8 malam mereka sudah masuk ke dalam mimpi, tapi pekerjaan yang menumpuk membuatnya lupa waktu dan mendapati princessnya memanfaat kan dengan baik kesempatan itu untuk menonton drama korea.
Mendengar itu, kontan kedua matanya membulat, raut kecewa tercetak jelas di wajahnya.
Sebuah ciuman gemas menghampirinya disusul dengan usapan halus di rambutnya secara teratur, "selamat malam papa." Gumamnnya pelan setengah tidak rela.
"Selamat malam putri kecil papa." Usapan yang terus berlanjut membuatnya mengantuk dan menguap kecil. Kesadarannya menghilang secara bersamaan diikuti dengan lagi-lagi kecupan lembut menghampiri kedua pipinya, dagunya, keningnya, hidungnya dan berakhir di kedua matanya sebagai pengantar tidurnya malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Papa
Short StoryThis book belongs to someone lacking fatherly affection, someone who has daddy issues, and girls who are always by themselves, hoping there's somebody out there loving them endlessly.