BAB 1

7.1K 378 15
                                    

Lan Yuan, dengan nama kesopanan Lan Sizhui. Itu adalah nama yang ayah ku berikan. Lan Wangji itu lah nama ayah ku. Namun, orang orang lebih mengenal nya dengan nama Hanguang Jun. Hanya keluarga saja yang mengehatui nama lahir ayah ku. Lan Zhan itu lah nama lahir nya. Aku adalah anak nya dengan seorang lelaki bernama Wei WuXian. Ibu ku Wei WuXian adalah anak dari tangan kanan sekaligus sahabat dari tuan nya sendiri, Jiang Fengmian. Aku tidak mengetahui siapa nama kakek dari ibu ku. Yang aku dengar mereka kakek dan nenek dari ibu telah lama meninggal dunia. Ayah ku (Lan Wangji) adalah adik dan calon penerus kedua dari perusahaan Lan. Lan Xichen, atau lebih di kenal dengan nama ZeWu Jun. Ia adalah saudara laki laki ayah ku. Jika ayah ku adalah orang yang sangat irit bicara juga ekspresi, Zewu jun adalah kebalikan nya. Ia memiliki sifat ramah dan hangat kenapa siapa pun. Tetapi, itu tidak berlaku untuk ku.
Ayah dan paman ku (Lan Xichen) hanya tinggal dengan kakek ku. Lan Qiren nama nya. Orang tua mereka telah lama meninggal akibat kecelakaan pesawat saat akan melakukan perjalanan bisnis keluar negri. Hubungan antara paman, ayah serta paman Xichen sangatlah harmonis dan hangat. Seperti pagi ini, mereka sedang menyantap sarapan bersama. Walau pun tidak ada pembicaraan apa pun karna Paman Qiren selalu mengajarkan tidak bersuara selama makan. Namun kehangatan itu tetap terasa. Diri ku yang kini sedang duduk menyantap makanan pagi ku di ruang tamu bisa merasakan kehangatan itu. Aku hanya berharap, kapan kah? Bisa kah aku duduk bersama di sana bersama mereka?.
Ada apa? Kalian bertanya tanya kenapa aku berbicara seperti ini?. Keluarga ku mungkin keluarga kaya. Tetapi, aku tidak merasa bahagia sama sekali. Paman Qiren begitu membenci ku ia berkata jika ia tak pernah merestui pernikahan ibu dan ayah ku. Paman Xichen, aku tidak tau bagaimana mengatakan nya. Tetapi, ia pun hampir tidak pernah perduli pada ku. Sedangkan ayah ku, yang aku ingat sedari kecil sampai aku berusia 16 tahun ini. Ia tak pernah sekali pun menyebut nama ku, tersenyum kearah ku atau pun bicara pada ku. Yang selalu aku lihat hanya lah wajah datar nya. Aku tidak tau apa kesalahan ku, aku selalu berusaha membuat nya bangga dengan prestasi ku di sekolah. Aku ingin ia sedikit saja lebih melihat kearah ku. Tetapi usaha ku selama 16 tahun ini belum membuahkan hasil apa pun. Apa usaha ku masih sangat kurang untuk membuat ayah ku mengakui ku? Tanpa sadar aku menghembuskan nafas cukup keras. Lalu menyuapkan suapan terkahir makanan di piring ku. Hari mulai siang dan aku harus segera pergi kesekolah. Seperti biasa, pagi ini pun aku pergi kesekolah dengan menaiki kendaraan umum. Berjalan dengan langkah sedang menuju halte biasa di mana aku menunggu bus sekolah. Aku bersyukur walau mereka tidak pernah berkata manis mereka masih bertanggung jawab dengan pendidikan ku. Memberi ku uang bulanan juga keperluan ku yang lain nya tetapi, jika boleh memilih. Aku lebih baik menjadi orang sederhana tetapi bahagia dengan keluarga ku dari pada memiliki banyak uang tetapi aku tidak merasa bahagia.

I'm SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang