Chapter - 1

77 3 3
                                    

Dont forget to vote, comen, and follow.
Happy reading guys 🙋

****

Typo!

Aku berjalan memasuki area kantorku. tempat yang aku bangun sendiri dari nol sejak enam tahun yang lalu.

Aku dapat melihat semua mata pekerja di sepanjang pintu masuk menatapku dengan sungkan.

Tatapan yang sudah sangat aku hapal saat berjalan masuk ke area kantor. Ah.. Tidak hanya kantor, bahkan diluarpun tatapan seperti itu masih aku dapatkan.

Terjebak kurang lebih enam jam di bandara Sultan Hasanuddin Makassar membuat moodku sedikit hancur, ditambah dengan drama kerusakan mobil yang membuatku harus memesan taksi online yang berakhir dengan tersesat di tengah megahnya ibu kota semakin membuat moodku pecah.

Aku Akaisha Aiyana, Pemilik sebuah salon bernama A Style profesional wedding.Sebenarnya aku bukanlah seorang wanita yang menakutkan, aku bahkan merasa kalau aku sudah memberikan yang terbaik kepada semua pegawaiku, tapi mungkin pada dasarnya merekalah yang selalu merasa sungkan kepadaku.

Kulihat Anne, satu-satunya pegawai wanita yang selalu bersikap biasa kepadaku mendekat dengan beberapa buku di tangannya. Aku yang sedang bersandar di sofa dengan malas mendongak dan menatapnya.

"Selamat sore mbak Akaisha"

"Sore An. Ada apa?" Balasku pada Anna. Kan, aku memang bukan seorang bos yang otoriter. Tapi entah menapa hanya Anna yang berani berbicara kepadaku lebih dulu. Apa mungkin karna Anna yang lebih senior disini? Ya meskipun dia lebih muda dariku, tapi Anna sudah lebih dari lima tahun bekerja bersamaku.

"Mbak Helda tadi mampir, katanya mau ketemu mbak. tapi mbak belum datang jadi mbak Helda pulang lagi. Katanya kalau mbak udah balik, dia minta dibuatkan janji"

Aku menegakkan tubuhku. Alisku bertautan mendengar penuturan Anna, tumben Helda datang sendiri. Biasanya gadis sibuk itu lebih suka menelponku daripada menghabiskan waktunya untuk ke salon.

"Oh yaudah. Kamu bikinin aja jadwalnya, cocokin sama jadwal saya yang kosong"

"Tapi mbak. Oh iya, ini... " Anna menyodorkan sebuah map biru dan aku dapat melihat itu buku agenda yang berisi jadwal bulananku.

"Jadwal mbak seminggu kedepan".

Aku menerimanya dan seperti biasa Anna akan membacakan semua jadwalku yang sudah ia hafal diluar kepalanya.

"Rabu ada Wedding mbak Susi di jakarta selatan. Kamis, mbak Rani di hotel Aston sorenya wedding mbak Felicia di Mega Pura. Jumat pagi ada mbak Cika di Hertaslim. Sabtu dan minggu mbak ada workshoop class makeup di Bandung. Kira kira mbak mau taro jadwal mbak Helda di mana?"

Jelas Anna dan aku sedikit meringis mendengarnya. Rasanya badanku akan remuk walau hanya mendengar jadwalku untuk seminggu ini.

Menjadi seorang Makeup wedding memang sangat sibuk, dan entah kekuatan darimana aku bisa bertahan sampai enam tahun menjalani profesi ini.

Aku berfikir, kira kira kapan aku punya waktu untuk salah satu vendor wo langganan sekaligus sahabatku itu?

"Saya aja yang hubungin Helda. Kamu tinggal pastiin aja kalau malam ini saya gak ada janji" kataku pada Anna.

Ya mau tidak mau aku harus mengorbankan waktu istirahat ku malam ini untuk helda. Lagi pula aku penasaran, ada apa dia mencariku sampai ke salon?

***

Sepeninggal Anna, aku segera menghubungi Helda, membuat janji kepadanya malam ini.
Setelahnya aku kembali mendudukkan tubuhku di sofa dengan malas. Aku ingin tidur, setidaknya masih ada waktu sekitar tiga jam sebelum Waktu yang aku janjikan untuk shabatku itu.

Ya beginilah aku. Menjadi pemilik butik sekaligus makeup wedding membuatku ekstra sibuk.

Meski aku memiliki banyak tim dan asisten yang tak kalah pandainya dalam hal mendandani. Tetap saja calon pengantin menginginkan aku yang turun tangan untuk mendandani mereka.

Seperti kemarin saat aku sedang berada di surabaya, pukul 10 malam aku harus mengejar penerbangan ke Makassar untuk bersiap mendandani calon pengantin pada esok paginya.

I will always remember....
The day you kissed my lips...
Light as a feather...

Ponselku bernyanyi, aku melirik sekilas benda persegi yang aku letakkan diatas meja dengan malas. Nama mama tertera disana, ibu Dewi Bahira Hapsari yang terhormat.

"Hal.. "

"Kamu udah gak mau pulang kerumah? Kalau gitu gak usah pulang sekalian"

Aku meringis pelan, begitu hafal dengan kebiasaan mama saat menelepon.
Belum sempat aku berucap, mama sudah menyerbuku duluan. Tuh kan! Anak mana yang betah ditelepon orang tua seperti mama? Alhasil aku hanya diam, mendengar, meresapi dan mendalami ocehan mama selanjutnya.

"Mama tau ya kalau kamu punya rumah sendiri. Tapi kamu kan udah janji sama mama kalau kamu akan tetap tinggal di rumah sebelum menikah!"

Aku tetap diam.. Aku yakin mama masih akan mengomel 20 menit lagi.

"Kalau kamu emang pengen pisah rumah sama mama, sama ayah, kamu cepat cari pacar dan menikah. Mama tu juga pengen punya mantu cowok yang bisa mama pamerin ke teman teman ariasan mama"

Aku terus diam. Tuh kan,  mama pasti merembet membahas hal hal unfaedah seperti itu. Selalu saja. Difikir cari suami semudah membeli ikan dipasar apa?

"Akaisha Aiyana.. Kamu dengar gak sih mama ngomong apa? Mama tuh malu kai, temen-temen mama itu ngira kamu gak laku-laku"

Cukup sudah. Aku benar-benar sudah muak. Kenapa sih mama selalu mendengarkan kata orang? Toh bukan orang memberi kita makan.

"Mama bisa gak berhenti dengerin kata orang? Kai capek mah, Kai baru pulang kerja dan mama harus nyambut Kai dengan perdebatan unfaedah kayak gini. Harusnya tu mama nanya Kai udah makan apa belum, udah sampai dengan selamat apa belum di jakarta? Ini malah nanyain mantu"

Aku menghembuskan nafas kasar. Biar saja aku di cap anak yang kurang ajar, aku sudah tak sanggup lagi mendengar ocehan mama yang satu ini.

Lama aku tak mendengar lagi suara dari ponsel yang ku genggam. Merasa penasaran aku melihat layar ponsel dan panggilan masih terhubung, kemana mama?

"Ma?"

Tidak ada jawaban. Kembali aku berucap. Jangan jangan mama tersinggung dengan ucapanku.

"Mama?"

Aku panik, masih tidak ada jawaban. Jangan jangan mama benar-benar tersinggung dan berbuat hal-hal yang aneh. Mama kan memang suka aneh-aneh.

Ya aku takut, jauh dilubuk hatiku aku sangat menyayangi mama, memang siapa yang tidak menyayangi ibu kandungnya sendiri? 

"Yaudah Kai pulang sekarang. Mama jangan aneh-aneh bisa ngak sih?"

Aku sudah akan siap menutup sambungan telepon dan menyambar cardigen ku untuk menyusul ke rumah mama. Tetapi suara dari ujung telepon tiba - tiba terdengar dan membuat aktivitasku terhenti.

"Ya halo Kai..."

Suara mama terdengar baik baik saja.

"Sampai dimana kita tadi? Mama kebelet jadi langsung ke kamar mandi........... "

Seperti telat datang bulan, Aku kesal sangat kesal dengan mama. Apa yang mama bilang? Kebelet? Aku bahkan sudah setengah mati khawatir dan ternyata mama bahkan tak mendengarkan gerutuanku.

Percuma saja aku menghawatirkan wanita yang sudah melahirkanku. Nyatanya mama tetap saja menjadi ibu Dewi Bahira Hapsari yang sangat menyebalkan.

Dengan kesal aku memutuskan sambungan telpon mama dan melempar ponselku ke atas sofa, masa bodo dengan omelan mama.

Aku harus menghirup nafas dengan benar dan menetralkan emosiku yang sudah sampai ke ubun ubun.

Sabar, aku harus sabar menghadapi cobaan dari mama. Karna aku AKAISHA AIYANA, dan seorang Akaisha Aiyana harus selalu terlihat anggun dan cantik dimanapun dia berada.

****

Eemm...
Cuma pengin bilang, yang nunggu "SbD" di post sabar yah.
Aku gak ngilang kok 😇

Bukan Pernikahan ImpianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang