Chapter - 3

42 1 0
                                    

Iamback!

Tes ombak dulu..

Pengen liat peminatnya Kai dan .....

----

Aku memijit pelipisku pelan, kepalaku berdenyut terasa ingin meledak.

Sial! Dimana aku sekarang?

Aku mengamati sekeliling kamar yang sudah di sinari cahaya matahari kemudian meringis pelan. Mataku perih, nggak biasa dengan pantulan cahaya secara langsung seperti ini.

"Siapa yang buka gorden kamar sepagi ini?" geramku.

Kuluruskan kakiku, mengontrol napas dan mengumpulkan nyawa yang masih melayang entah kemana. Kenapa juga  kepalaku rasanya mau meledak sepagi ini?

Kulirik jam disamping nakas. Jam sepuluh dan sialnya aku ada kerjaan di Jakarta Selatan sore ini. Aku harus merias pengantin disana.

Tak kupedulikan sakit di kepalaku, secepat mungkin aku berlari kekamar mandi dan membersihkan diri.

Jaksel itu nggak jauh-jauh banget, tapi merias juga membutuhkan waktu. Dan seorang MUA harus berada di sisi pengantin maksimal tiga jam sebelum acara dimulai.

Tiga puluh menit, hanya tiga puluh menit aku sudah siap dengan jumsuit dan rambut yang sementara kukeringkan. aku sengaja keramas pagi ini, rasanya kepalaku akan pecah jika tidak menyentuh air.

Selesai dengan headrayer, aku melihat pantulan wajahku di cermin. And double shit, dari mana asal lebam di keningku?

Dengan pelan aku menyentuhnya, benar saja rasanya sakit. Pasti lebam ini yang yang membuat kepalaku terasa akan meledak. Aku membuka beberapa laci berharap menemukan salep yang kuletakkan asal dan viola! aku menemukannya.

Meskipun aku nggak ingat dari mana asal lebam dikeningku, aku tetap harus mengobatinya dan bergegas untuk ke kantor.

Selesai dengan salep, tanganku beralih pada face mist, mengaplikasikan primer, dan memilah jejeran fondation dari atas meja. Kurang lebih 30 fondation dan pilihanku jatuh pada merek 'dior', pilihan yang tepat untuk wajahku yang sedang tidak baik-baik saja.

Aku mulai mengaplikasikannya kewajah, menebalkan sedikit diarea kening untuk menutupi lebam itu. Aku nggak mungkin memamerkan lebam itu saat aku sendiri nggak tau sumbernya darimana.

Which is warna fondation Dior yang ku-aplikasikan itu sangat pas, wajahku terlihat lebih baik sekarang. Tinggal set press powder, ditambah single shadow dengan sedikit glitter yang selalu aku gunakan sehari hari dan lipstik nude brown andalanku membuat semua perpaduan itu sempurna. Aku nggak perlu menggunakan makeup tebal, aku lebih suka terlihat natural.

Sebenarnya kepalaku masih pening, tapi nggak separah tadi dan aku masih bisa menahannya. Tak ingin membuang waktu aku segera menyambar tasku dan berjalan keluar. Aku masih harus mengambil beberapa barang di rumahku, mampir ke Kantor untuk memberikan breafing setelahnya ke rumah pengantin.

"Udah bangun Kai" Ah, aku lupa kalau aku di rumah mama.

Tentu saja beliau takkan membiarkan aku lolos begitu saja. Lihat saja, mama sudah berdiri didepanku dengan wajah kesalnya. "Apa aku berbuat dosa" gumamku.

"Enak mabora-nya?" suara Mama semakin sinis. Meski begitu tangannya menyododorkan segelas susu untukku dan aku meraihnya.

Tunggu, mabora?. Aku mengernyit, gimana maksudnya?

"Nggak usah sok kaget gitu, nggak inget semalam kamu ngapain aja? Sampe mobil kamu penyok sana sini. Duh Kai.. Lama-lama mama pusing tau nggak sih sama kamu"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 26, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bukan Pernikahan ImpianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang