Chapter 03

278K 19K 4.4K
                                    

Rigel melambaikan sebelah tangannya ketika beberapa kumpulan cewek menyapanya. Cengiran tengil Rigel tunjukkan kearah sekumpulan cewek tersebut yang langsung disambut dengan pekikan histeris. Rigel menyugar rambutnya sekali kemudian melanyangkan ciuman jarak jauh.

"Kyaa buat gue! Buat gue!" seru mereka saling berebut meraih ciuman jarak jauh dari Rigel yang entah melayang kemana.

Dasar ciwi - ciwi alay, baru seperti itu saja sudah kelojotan. Apa ciuman secara tidak langsung Rigel lebih berharga daripada kertas hasil ujian Matematika?

Rigel yang melihat itu tentu saja menjadi besar kepala. Hidungnya kembang kempis sembari berusaha menahan senyum. Dengan gaya sok cool-nya Rigel duduk diatas motor maticnya menunggu kedatangan ketiga temannya. Rigel baru ingat jika Sangga hari ini tidak bisa masuk sekolah karena mendadak demam. Payah sekali, masa kena pukul botol saja sudah keok padahal Rigel saja sering di pukul menggunakan tongkat bassbale bahkan beberapa kali kepalanya pecah terkena hantaman batu. Namun pada dasarnya kepala Rigel yang terlapisi helm baja itu selalu saja membuat Rigel selamat. Selamat dari maut setidaknya tidak sampai nyawanya hilang hanya pernah koma beberapa hari. Dan setelah bangun dari koma Rigel akan kembali turun ke jalanan. Hebat sekali anak Detra satu itu, merasa seperti kucing yang punya sembilan nyawa.

"Pagi Rigel," sapa Bella teman sekelas Rigel. Cewek berkulit putih itu menunduk malu sembari menyelipkan helaian rambut sebahunya kebelakang telinga. Gerakannya terlihat begitu menggoda Rigel seolah - olah Bella ingin memancing reaksi Rigel.

"Pagi kembali Bella," ujar Rigel tersenyum lebar "Potong rambut ya?" tanya Rigel baru menyadari penampilan Bella. Biasanya cewek berkulit putih itu menggerai rambut panjang pirangnya lalu dengan bangganya kerap mengibaskan rambut didepan wajah Rigel. Untung saja tidak ada kutunya.

"Iya nih," balas Bella malu - malu "Menurut kamu bagus nggak?"

"Bagus kok jadi mirip Gigi Hadid,"

"Seriusan?" tanya Bella berbinar.

"Tapi boong,"

Drop say dengan kurang ajarnya Rigel memuji lalu menjatuhkan Bella secara bersamaan. Bella menghentakan kakinya kesal ia langsung melengos pergi begitu saja. Rigel memang keterlaluan, Bella merasa malu. Padahal tadi Bella sudah sangat senang jika Rigel akan menyukai penampilan barunya, tapi Rigel justru membohonginya. Bella ingin marah tapi tidak bisa, Rigel terlalu tampan untuk di musuhi.

"Dasar cewek baperan, makanya gue nggak doyan cewek gue doyannya Tante - Tante," ujar Rigel menggelengkan kepala sembari memperhatikan siluet tubuh Bella semakin menjauh.

Rigel memicingkan matanya kala melihat dua temannya baru saja datang saling berboncengan mengendarai motor yang Rigel ketahui motor milik Sangga. Danish dan Calva memarkirkan motor Sangga tepat disamping Rigel.

"Ciee romantis banget deh," goda Rigel.

Danish melotot sewot, masih pagi sudah memancing keributan. Ingin sekali Danish menghantamkan helmnya ke kepala Rigel. Teman kurang ajar, masa iya sesama teman cowok di ceng - cengin.

"Baru jadian ya?"

"Mulut lo ya mulut lo," tunjuk Calva tidak terima.

"Jangan nguji kesabaran di pagi hari gue yang cerah ini," ujar Danish sembari meletakkan helmnya diatas kaca spion.

Rigel cengengesan "Galak amat lo berdua udah kaya anjingnya pak Gugun,"

"Berhubung gue nggak mau debat jadi oh aja ya 'kan," ujar Calva tak peduli.

"Kok lo berdua bisa pake motornya Sangga?" tanya Rigel penasaran.

"Oh motor ini?" Danish menepuk kepala motor Sangga "Sangga yang kasih, katanya dia pengin motor baru. Kata Sangga kalau mau motor baru motor lamanya harus hilang dulu."

Rigel (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang