Chapter 07

218K 16.2K 988
                                    

"Sangga oy!" seru Rigel merangkul bahu Sangga.

Sangga sedikit terkejut mendapati kedatangan Rigel yang secara tiba - tiba. Cowok berambut coklat itu menatap Rigel tidak minat.

"Apa?" ketus Sangga.

"Cielah cuek banget. Aku salah apa sama kamu honey?" ujar Rigel mencolek dagu Sangga dengan gerakan menggoda.

Sangga buru - buru menarik diri dari Rigel. Sadar menjadi pusat perhatian karena ucapan biadab Rigel, Sangga pun lebih memilih jalan mendahului Rigel. Masih pagi dan Rigel sudah berhasil menghancurkan mood Sangga. Setidaknya untuk satu hari kemarin Sangga merasa hidupnya tenang tanpa ada gangguan dari ketiga sahabat idiotnya itu. Namun hari ini Sangga akan kembali direcoki.

"Sangga ihhh tungguin aku dong!" seru Rigel berlari manja mengejar langkah Sangga.

Beberapa orang yang masih setia memperhatikan Rigel sontak tertawa.

"Sangga!"

"Plis Gel jangan sampe gue nikam lo," desis Sangga jengah.

Rigel terkekeh pelan, galak sekali Sangga padahal Rigel hanya bercanda. Sangga memang tidak bisa diajak untuk bercanda, sifatnya terlalu serius dan kaku sama seperti Danish hanya saja Danish masih bisa untuk diajak bercanda.

Sangga memang terkenal dengan mulut pedasnya, namun dibalik itu semua Sangga sebenarnya baik dan begitu setia kawan.

Sangga juga paling dewasa diantara Rigel, Danish, dan Calva. Pembawaannya yang tenang dan selalu bijak dalam setiap menangani masalah membuat Rigel selalu melibatkan Sangga dalam suatu permasalahan. Meskipun Rigel adalah ketua gengnya namun Rigel selalu meminta pendapat dari Sangga sebelum bertindak.

"Udah sembuh? Kepala lo nggak papa 'kan?"

"Menurut lo?"

"Gue kira lo mati. Kenapa lo nggak mati aja sih 'kan lumayan gue dapat nasi box,"

"Kenapa nggak lo aja yang mati? 'Kan lumayan gue dapat buku tahlilan fotonya lo," balas Sangga sengit.

Rigel mengusap dadanya, jahat sekali ucapan Sangga. Rasanya Rigel menyesal telah menolong Sangga kemarin dengan bersusah payah menggendong Sangga yang sudah seberat seekor gorilla dewasa. Memang tidak tahu balas budi Sangga, bukannya mengucapkan terimakasih Sangga justru tak mengingat kejadian dimana Sangga hampir mati akibat dipukul menggunakan botol.

Perlu Rigel hantamkan sekali lagi balok kayu kekepala Sangga agar temannya itu ingat perbuatan baik yang telah dilakukan olehnya.

"Sangga gue nolong lo nggak gratis ya!" seru Rigel.

Sangga menoleh singkat kemudian mengacungkan jari tengahnya. Sangga tidak ingin mempedulikan ucapan Rigel yang selalu saja pamrih ketika menolong seseorang.

Bukan sekali dua kali jika Sangga kerap di peras habis - habisan dengan alasan jika Rigel sudah menyangkut pautkan dengan kata menolong. Rigel itu mata duitan, melakukan hal kecil saja harus ada imbalan. Contoh kecil saja ketika meminta tolong pada Rigel untuk mengambil pulpen yang terjatuh tak lebih bejarak dari satu meter, Rigel akan meminta segelas jus mangga sebagai imbalan. Kurang ajar memang, entah menurun dari siapa sifat celamitan Rigel. Yang jelas Aleta dan Detra tidak pernah mempunyai sifat seperti itu.

"Ya ampun anak rajin telat masuk kelas udah bel ternyata," ujar Rigel sembari melihat jam yang melingkar dipergelangan tangan kirinya. "Yah udah telat satu menit mending gue kekantin aja."

Dengan langkah riangnya Rigel berjalan menuju kantin. Padahal terlambat satu menit masih bisa ditoleransi tidak mungkin akan langsung dihukum. Alasan Rigel saja, kebiasaan cowok itu pasti lebih memilih untuk membolos.

Rigel (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang