Motor Rigel berhenti tepat disebuah rumah berlantai dua dengan gerbang bercat warna emas. Rumah Aurora. Dari luar saja Rigel bisa memastikan rumah Aurora terlihat mewah, meskipun masih mewah rumahnya yang berlantai 3.
Rigel mematikan mesin motornya lantas mengamati sekitar perumahan Aurora yang terlihat begitu sepi.
"Udah sana pulang ngapain malah ngeliatin rumah orang," usir Aurora sembari membuka pintu gerbang rumahnya.
"Lo nggak nawarin gue buat masuk?" tanya Rigel.
Aurora memutar bola matanya jengah. Aurora ingin Rigel cepat - cepat pergi dari hadapannya. Semakin lama Rigel didekatnya maka Aurora akan semakin terpancing emosi.
"Ra, lo nggak nawarin gue masuk dulu?" tanya Rigel lagi.
"Nggak!"
"Gue haus nih Ra. Mampir minum dulu ya," ujar Rigel sembari turun dari motornya. Rigel tidak mempedulikan wajah tak bersahabat Aurora yang Rigel tahu pun cewek itu sedang menahan emosi. Tapi apa peduli Rigel, sifatnya memang keras kepala dan menyebalkan. Sekalipun Aurora melototinya sampai mata akan keluar Rigel tidak akan takut.
"Pulang," usir Aurora dengan nada sesabar mungkin.
"Gue ma_"
"Gue bilang pulang!" sentak Aurora mendorong Rigel kasar.
"Lo galak banget sih jadi cewek. Tapi gue suka sih," cengir Rigel tersenyum menggoda.
Aurora tidak menggubris ucapan menyebalkan Rigel. Cewek berambut ikal itu lantas melengos pergi tak lupa menutup pintu gerbang rumahnya secara kasar dan menguncinya untuk berjaga - jaga jika Rigel akan menyelinap masuk.
Rigel tersenyum lebar, semakin Aurora menunjukkan kemarahannya dimata Rigel cewek itu terlihat semakin cantik.
Mungkin saat ini Aurora tidak menerima kehadiran Rigel. Namun Rigel tidak akan menyerah begitu saja. Pantang bagi seorang Rigel untuk mundur sebelum mendapatkan apa yang ia inginkan.
"Ra makasih buat hari ini!" teriak Rigel.
Sekali lagi Rigel menengok kediaman Aurora melalui celah pintu gerbang. Setelah merasa puas Rigel pun menaiki motornya kemudian pergi meninggalkan wilayah perumahan Aurora.
💫
"Assalamuallaikum! Orang ganteng pulang!" teriak Rigel memasuki rumah dengan kepala celingak celinguk mengamati keadaan rumahnya hari ini begitu sepi. Biasanya menjelang malam rumah berlantai tiga ini akan diisi dengan suara toa Aludra dan suara tawa alay Ankaa.
Rigel tidak mendapati Daddy dan Mami beserta kedua adiknya. Kalaupun akan pergi keluar, pintu rumah tidak mungkin terbuka lebar seperti ini. Dan Aleta juga pasti akan menelepon Rigel untuk sekedar memberitahu sedang tidak berada dirumah.
Rasa senang Rigel yang semula membuncah didadanya harus lenyap digantikan dengan rasa kesal. Tega sekali semua orang rumah meninggalkannya sendiri. Tanpa ada pesan tidak ada kabar, Rigel merasa tersisihkan.
"Al jangan lari!"
Seruan cempreng dari seorang bocah menarik perhatian Rigel. Itu bukan suara Ankaa apalagi suara Daddynya. Ketika Rigel memutar sedikit badannya kekanan Rigel melihat Aludra sedang berlari kearahnya diikuti seorang bocah lelaki seumuran Ankaa menggendong sebuah boneka berbentuk monyet.
Rigel memperhatikan bocah lelaki itu dengan dahi berkerut, sebelumnya Rigel tidak pernah melihat bocah itu.
"Bang El!" teriak Aludra merentangkan kedua tangannya yang langsung disambut Rigel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rigel (Sudah Terbit)
Teen Fiction#1 Teenfiction (26 Januari 2020) #5 Bestseller (8 Mei 2020) #1 Highschool (22 Juni 2020) #1 Wattpad2020 (22 Juni 2020) #1 Marimembaca (22 Juni 2020) #1 Rigel (22 Juni 2020) Sequel My Psikopat Boyfriend (BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA DAN JANGAN JA...