"Kenapa mobil lo?" Micha memutar tubuhnya 180°, matanya menangkap tubuh jangkung seorang pria.
"Gatau." Micha menunduk kebawah, memainkan jarinya. Bukan centil, dia memang selalu memainkan jari ketika bingung.
"Geser, biar gue liat." Micha mengangkat wajahnya kembali, matanya berbinar, mengangguk-angguk senang kemudian langsung menggeser tubuhnya.
5 menit.
"Harus dibawa ke bengkel nih." Pria itu mengalihkan pandangannya dari mobil ke Micha.
Micha mengangguk mengerti, kalau sudah begini terpaksa dia harus naik taxi online.
"Yah yaudah deh gue naik taxi online aja. Makasih ya lo udah mau nge cek mobil gue. Oiya gue duluan ya, udah telat nih. Lo hati-hati dijalan ya. Makasih sekali lagi." Micha tersenyum lebar kemudian membalikkan tubuhnya, membuka layar hp hendak memesan taxi online.
"Bareng gue aja, lo sekolah dimana?" Pria tersebut mencekal tangan Micha agar berhenti menari di hpnya sebelum taxi onlinenya dipesan.
"SMA Angkasa, tapi gapapa kok gue naik taxi online aja, tar lo telat kalo nganter gue dulu." Micha menolak demi kebaikan jantungnya. Ganteng banget lo, mana kuat gue kalo harus semobil sama lo.
"Kita satu sekolah kok, daripada lo keburu telat nunggu taxi online lagi." Micha membelalakkan matanya, gile aja satu sekolah. Bakal ketemu tiap hari dong, mampus gue, mana tahan hati aing disko tiap hari.
"Lo SMA Angkasa juga?" Tanya Micha basa basi, memasang ekspresi bingung polos.
"Iya udah cepet tar telat." Pria itu menarik tangan Micha menuju mobilnya, membukakan pintu untuk Micha. Tanpa pikir panjang Micha langsung masuk kedalam mobil tersebut.
***
Micha dan pria tersebut akhirnya sampai di SMA Angkasa. Micha mengedarkan penglihatannya ke gedung sekolah, mencoba membandingkan dengan sekolahnya yang lama. Lebih bagus dari sekolah lama gue sih. Batin Micha.
Micha tersadar dari aktivitas melihat sekolah barunya, mengalihkan pandangannya ke seorang pria yang masih setia duduk di jok kemudi. Micha lupa, dia kan sedang menumpang.
"Ah iya, nama lo?" Tanya Micha
"Guan, panggil aja Guanteng." Mata hitam pekat Guan menatap lekat mata coklat madu Micha.
Micha tertawa kecil mendengar nama Guan sambil mengangguk-angguk mengerti.
"Oh iya, makasih ya Guan udah mau kasih gue tebengan, nanti gue traktir di kantin deh, janji!" Ucap Micha bersemangat.
"Gue kelas XII IPS 2, bel istirahat bunyi langsung jemput gue, traktir gue di kantin." jelas Guan.
"Kok bukan lo aja yg ke kelas gue?" Tanya Micha bingung. Harusnya kan cowo yang nyamperin cewe, ini kok kebalik.
"Lo udh tau belum kelas lo yang mana?" Guan balik bertanya, menaikkan sebelah alisnya.
"Belom." Jawab Micha dengan tampang bodoh. Pertanyaan Guan menyadarkan dirinya, dia belum tau dikelas mana dia akan menuntut ilmu. Dia harus pergi ke ruang kepala sekolah dulu untuk menanyakan dikelas berapa dia akan belajar. Micha memukul kepalanya. Bego banget gitu jadi orang napaya.
Guan tersenyum kecil melihat tingkah Micha.
"Bego, udah sana ke ruang kepala sekolah, tar telat gimana." Guan kembali menyadarkan Micha. Micha mengangguk cepat.
"Oke gue duluan ya, XII IPS 2 kan? Nanti gue langsung kesana, bye kak Guan." Micha melambaikan tangannya, turun dari mobil kemudian langsung berlari mencari ruang kepala sekolah. Dia mengganti panggilan Guan menjadi kak Guan setelah dia mengetahui bawha Guan adalah abang kelasnya