2

82 12 0
                                    

Toktoktok.

Micha mengetuk pintu ruangan kepala sekolah, terdengar suara seorang pria mengatakan 'masuk'. Tanpa babibu Micha langsung membuka pelan pintu tersebut kemudian masuk.

"Permisi pak, saya Milly Chantika. Saya murid baru, saya ingin menanyakan kelas yang akan saya masuki pak." Jelas Micha sopan.

"Ah anaknya Alex?" Tanya pria tersebut sambil tersenyum. Dilihat dari penampilannya, dia sepertinya seumuran ayah Micha. Tidak terlalu tua dan tidak muda juga.

"Iya pak, bapak kenal ayah saya?" Micha memberanikan diri bertanya. Darimana pula kepala sekolahnya ini tahu nama ayahnya. Ya memang sih, di dokumen surat pindahannya tertulis nama kedua orang tuanya. Tapi tetap saja Micha masih bingung.

"Dia sahabat saya, sewaktu SMP dan SMA kami berada di kelas yang sama." Jelas pria itu. Pantas saja kelihatan seperti seumuran ayahnya, ternyata dulu temen sekelas toh.

"Ayo saya antar ke kelas kamu." Kepala sekolah yang bernama Adrian itu pun bangkit dari kursinya, berjalan perlahan menuju kelas Micha. Micha tau namanya dari pajangan berisi nama yang berada di atas mejanya.

Micha mengikuti Pak Adrian dari belakang sambil memerhatikan setiap hal yang ada di sekolah barunya. Jendela transparan yang melapisi setiap sebelah luar kelas memudahkan Micha melihat apa yang ada di dalam kelas kelas tersebut.

Micha sampai, disitu tertulis 'XI IPA 2'.

"Nah Micha, ini kelas kamu, ayo masuk." Micha mengangguk, mengikuti Pak Adrian masuk ke dalam kelas. Guru yang sedang mengajar memberhentikan aktivitasnya sebentar, tersenyum ke Pak Adrian dan Micha.

"Silahkan pak." Katanya sopan.

"Perhatiannya sebentar." Pak Adrian mengambil alih kelas, sontak semua murid terdiam.

"Kelas kalian kedatangan murid baru. Ayo Micha perkenalkan dirimu." Pak Adrian mempersilahkan Micha. Micha tersenyum sekilas kemudian mulai memperkenalkan diri.

"Selamat pagi, nama saya Milly Chantika, kalian bisa manggil saya Micha, saya pindahan dari Bandung. Semoga teman teman senang berteman dengan saya, mohon bantuannya." Ucap Micha sambil tersenyum ramah.

"CANTIK, BOLEH AA MINTA NO HP NYA GA?"

"UDAH PUNYA PACAR BELUM?"

"JALAN SAMA GUE DAH YUK!"

Gelo.

Pertanyaan-pertanyaan random terdengar oleh telinga Micha, dia hanya tersenyum mendengarnya, enggan menjawab.

"Sudah sudah, Micha ayo silahkan duduk di kursi yang kosong." Pak Adrian kembali bersuara.

Micha berjalan menuju kursi di pojokan yang kosong, terlihat seorang perempuan duduk sendirian disana.

"Gue duduk disini ya?" Ucap Micha sambil tersenyum.

"Iya iya gapapa sans aja, duduk sini." Perempuan itu menepuk-nepuk kursi disebelahnya, mencoba membersihkan, setelahnya Micha duduk disebelahnya.

"Ah gue Pia Joya, panggil aja berbie." Pijoy mengulurkan tangannya.

"Micha, haha ada aja lo" Micha membalas uluran tangan pijoy sambil tertawa kecil.

"Harus dong, lo liat aja muka muka mereka semua, pasti dari semua cabe yang ada disini cuma gue yang paling cantik." Pijoy menunjuk-nunjuk semua teman sekelasnya yang perempuan.

"Sialan." Ucap seorang perempuan yang duduk tepat di depan Pijoy, dia membalikkan tubuhnya menghadap pijoy, ternyata dia mendengar fitnah kejam yang Pijoy katakan.

"Nah ini namanya Kia, Kia Anggun Anjani, namanya anggun tapi percaya deh, dia gaada anggun anggunnya sama sekali." Bukannya minta maaf karena tadi sudah memasukkan Kia ke daftar 'cewe tidak cantik', pijoy malah makin membuat Kia naik darah.

"Perlu gue bilang sialan sekali lagi joy?" Kia murka.

"Hehehe pis ki." Pijoy membentuk huruf  V dengan jarinya, kia langsung memutar tubuhnya kembali mengarah kedepan, memerhatikan guru yang sedang mengajar, enggan menjawab.

"Nah kalo yang disebelah Kia, itu namanya Rene, Rerita Nediva. Orangnya diem diem tai ayam, telat mulu kalo kita lagi ngumpul, bilangnya otw padahal baru bangun tidur." lanjut Pijoy kembali memfitnah temannya.

"Gue denger ya joy." Ucap Rene sambil mencatat tugas dari guru. Ini Pijoy ga niat belajar apa ya, nyerocos mulu herman.

"Nah kalo yang samping lu, yang duduk ama cowo itu namanya Cassie, Cassie Salsabila, maklum aja, Cassie emang rada susah melek, matanya nutup mulu, kerjanya nistain anak cowo." Pijoy menunjuk Cassie.

"Wo, gatel telinga gue, kayanya ada yang gosipin deh." Cassie mengusap telinganya, mengadu kepada cowo yang duduk disebelahnya.

"Nah itu yang disebelahnya namanya Jarwo, gue gatau kenapa dia dipanggil Jarwo, padahal namanya udah bagus Reno Aditya. Dia temanan sama Dakta, Darka, dan Sopo. Dakta Adiwijaya dan Darka Adiwijaya itu kembar, muka boleh sama, tapi begonya beda, kalo Dakta mah idaman setiap wanita, kalo Darka idaman setiap cabe-cabean. Dakta itu orangnya bae, pinter, rajin, ketua OSIS lagi, beuh top markotop deh pokonya. Beda sama Darka yang begonya ga ketulungan, humornya tiarap, suka tebar pesona, mantannya dimana-mana tapi cabe-cabean semua, sebenernya sih pinter, 11 12 otaknya sama Dakta, cuma dia males banget, mana jorok lagi, pokonya jangan mau deh sama Darka. Nah kalo Sopo nama aslinya, Sofyan Porasya. Alim coy, tapi kalo diajak nonton 18+ iya juga. Diantara Jarwo, sikembar Darka dan Dakta, sama Sopo, cuma Sopo yang single, belum disentuh sama cewe manapun, hatinya batu banget. Yang ngejar ngejar banyak, tapi gaada yang dia peduliin satupun." Jelas Pijoy pjg x lbr x tinggi. Micha hanya manggut-manggut tanda mengerti.

Setelahnya mereka melanjutkan aktivitas belajar mereka.

AbsquatulateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang