Part 25

6.5K 309 5
                                    

Enjoy the story yah..

Author pov

Matahari baru terbit sepenggal. Sayup sayup terdengar kicau burung dan kokok ayam hutan meramaikan pagi hari seperti ini.
Xia sudah bangun dari tidurnya sejak dini hari tadi. Ia bahkan sudah selesai mencuci pakaian dan menjemurnya. Sedangkan dayang cho. Wanita paruh baya itu masih terlelap di atas dipan kayu tanpa kasur sama sekali.

"kasihan dayang cho..
Ia pasti lelah memasak terus setiap hati..
Sekarang waktunya bagiku masak..
Semoga saja mereka semua menyukainya..."
Xia berada di dapur. Ia mulai menggulung lengan pakaiannya dan memakai celemek berwarna abu abu yang tergantung di sebuah paku dibelakang pintu dapur.

 Ia mulai menggulung lengan pakaiannya dan memakai celemek berwarna abu abu yang tergantung di sebuah paku dibelakang pintu dapur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Xia mendadak ingin memakan nasi dengan sup ayam dan wortel.
Pasti enak, pikirnya.
Tanpa berpikir panjang ia mengambil beberapa potong ayam mentah setelah ia menanak nasi di atas tungku api yang lain.
Saat akan mencuci daging ayam mentah di mangkuk. Ia merasa mual.
Perutnya serasa mau bergejolak.

"kenapa jadi mual sih?
Apa karena mencium bau amis ya?
Ah iya pasti karena bau ayam mentah ini..!"
Xia kembali berkutat dengan sendok masak dan kuali besar untuk memasak ayam yang telah ia cuci bersih.
Ia memasukkan ayam itu kedalam air mendidih hingga keluar kaldunya barulah ia memasukkan wortel dan beberapa sayuran lainnya.
Ia menambahkan garam, gula dan beberapa rempah rempah untuk menambah rasa masakannya.

Setelah satu jam berlalu semua masakan xia telah matang.
Ia tak hanya memasak nasi dan sup ayam ia juga menggoreng udang dan membuat bubur pisang manis sebagai pencuci mulutnya nanti.

"wah... Baunya harum..
Apa yang mulia yang memasaknya sendiri..?"
Tabib tao muncul dari balik pintu dapur. Pria itu terbangun setelah mencium aroma harum masakan yang baru matang dari tungku api yang terbuat dari tanah.

"ah.. Saya terlambat bangun..
Maafkan saya yang mulia..!"
Dayang cho terbangun setelah tabib tao menjawil kasar lengannya.
Ia langsung terduduk melihat permaisuri kaisarnya telah menata meja makan yang penuh dengan masakan yang harum baunya.

"tak apa, dayang cho...
Kau pasti lelah karena terus menjagaku dan membersihkan rumah setiap hari..!"

"tidak yang mulia..
Saya tidak lelah menjaga anda... Malah saya merasa senang mendapat teman bicara semenyenangkan anda..
Hanya saja tadi malam saya tak bisa tidur jadi saya bangun kesiangan seperti ini...!"
Dayang cho tersenyum malu menatap wanita muda dihadapannya.

"bisakah nanti kita pergi kepasar, dayang cho?
semua persediaan sayur, buah dan daging sudah mulai menipis didapur..!"
Dayang cho mengangguk.

"ayo kita sarapan bersama..!!"
Xia baru saja melepas celemek dipakaiannya.

"apa aku melewatkan sesuatu..?"
Sebuah suara bass yang dirindukan xia terdengar dari arah pintu dapur.
Xia langsung menolehkan kepalanya.
Ia tersenyum dan langsung menghampiri suaminya.

My Little Empress xia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang