Gue merasa hidup gue berjalan gak tenang setelah apa yang dilakukan Aryo beberapa hari di hidup gue. Oke, gue memang pingin nikah tapi gak secepat Aryo yang ngajak gue ke toko perhiasan untuk membeli sebuah cincin pertunangan. Kalian tahu perasaan gue? Sumpah gue pingin jitak Aryo rasanya, namun juga dada gue ada yang berdebar senang dan takut disana.
"Pilih aja mana yang kamu suka." Kata Aryo ketika gue diam tanpa kata. Gue bingung ya Allah, ini kenapa gue sampek masuk kedalam toko cincin yang sumpah demi apapun gue pingin beli tapi bukan buat acara tunangan itu.
Menyadari keterdiaman gue, Aryo menepuk pundak gue. "Dipilih dulu aja." Katanya pada gue. Gue tatap dia yang mengedikkan dagunya menyuruh gue buat memilih. Gue berpaling dan menatap mbak yang menunggu gue untuk memilih cincin yang mana. Dia tersenyum cantik pada gue, tanpa tahu jika gue ingin keluar dari tempat ini.
"Mbaknya cari yang gimana? Sederhana, elegan atau yang ada berlian di atasnya." Katanya pada gue.
Gue menghela nafas panjang, lalu menunjuk sebuah cincin sederhana bewarna putih. Sederhana sekali, karena gue masih bimbang dengan semua ini. Ya kali gue milih yang mahal padahal hati gue belum mantep.
"Terlalu sederhana itu Kalina." Kata Aryo disamping gue. Gue kembali menghela nafas panjang lalu meliriknya tajam.
"Sederhana, tapi bermakna itu lebih penting." Dan seketika itu gue meruntuki ucapan gue yang entah mengapa membuat Aryo semakin tersenyum cerah. Dan ya Allah, ini jantung gue kenapa semakin berdebar saja disana.
"Iya Kalina, pilih yang kamu suka dan aku akan suka."
Nyeeeesss
Hati gue adem banget, dan langsung saja gue berpaling takut dia menyadari rona wajah gue yang memerah sekarang. Dari dulu hingga sekarang, ternyata Aryo masih pandai membuat hati gue malu karena godaannya.
"Dicoba dulu ya mbak." Kata perempuan itu pada gue yang langsung bersyukur karena teralihkan dari pria yang sudah berpindah dari sisi gue.
Gue bingung memilah ini rasa apa, karena pada kenyataannya gue belum percaya Aryo datang di kehidupan gue langsung ngajak nikah. Kayak mimpi gak sih Lo. Gue mencoba mencari pembenaran, namun ketika pulang dari mall bersama Aryo ibu Gue langsung tersenyum cerah. Yah secerah siang tanpa awan yang menghalangi.
"Anak ibu kok gak bilang sih kalau udah punya gebetan. Aryo lagi," tanya ibu cepat setelah gue memasuki kamar.
Gue menghela nafas lega ketika tubuh gue menyentuh hangatnya kasur setelah melalui pergolakan hati ketika bersama dengan Aryo. Ibu duduk disamping gue, dan akhirnya gue duduk menghadapnya.
"Bu, Putri cuman mau bilang. Doain aja ya, Putri sama Aryo tuh masih proses pendekatan. Kedatangan Aryo hari ini anggap aja silahturahmi, kalau nanti berlanjut ya alhamdulillah." Kata gue pelan, takut menghilangkan senyum ibu yang masih tersampir di wajah tuanya.
Ibu mengangguk, "Putri anak ibu, tugas terakhir orang tua yaitu memilihkan jodoh terbaik untuk putrinya. Namun sebagai orang tua kita tidak bisa egois untuk memaksakan pilihan yang gak disukai oleh putrinya. Tapi nduk, jika ada pria baik yang berniat melamarmu pada Ayah kenapa tak dipikirkan terlebih dahulu? Mungkin saja itu jodoh mu. Jika memang bukan, tanpa kamu dan ayah tolak dia akan mundur sendiri." Jelas ibu yang entah mengapa petuahnya merasuk tepat kedada gue.
"Jodoh itu cerminan diri nduk, kamu baik maka baiklah jodohmu. Kalau kamu bandel ya bandel jodohmu. Sekarang tinggal kamu lihat, ada gak bayanganmu dalam diri Aryo. Jangan mencari cela untuk menolaknya, namun cari kesamaan yang bisa menjadi dasar pondasi. Jangan egois untuk mencari yang sempurna, karena yang sempurna bukan sifat manusia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita 30 Tahun (Ebook)
ChickLitMenjadi seorang wanita itu tak mudah, apalagi ketika usiamu bertambah setiap tahunnya tanpa memiliki pasangan yang menjadi patokan hidup berbahagia bermasyarakat. Menikah itu pilihan, dan pilihannya tergantung pada Tuhan. Dan ketika gue merasa dia p...