30 Tahun_8

8K 880 37
                                    

Hari ini gue pulang dijemput oleh Aryo, setelah empat hari kami disibukkan dengan segala urusan pekerjaan. Jadi, Jum'at pukul enam tepat pria itu sudah berada di parkiran kantor gue. Gue ijin dulu dengan Aryo untuk melakukan sholat magrib, sekalian membersihkan diri dan mengganti pakaian kerja. Setelah cukup oke, dengan make-up yang gue poles lagi barulah gue turun menemui Aryo.

Gue melihat Jeep hitam milik Aryo, dan ketika gue berjalan mendekati mobil itu ternyata tak ada orangnya. Mata gue berpendar mencari keberadaan pria itu.

"Masnya lagi ke musholla mbak." Kata satpam kantor dari jauh ketika melihat gue seperti mencari seseorang. Dan benar saja, dari arah depan sana Aryo yang masih menggunakan pakaian kerjanya berjalan mendekati gue.

"Udah lama?" Tanyanya, ketika berjarak dekat dengan gue.

Gue menggeleng, dan menyimpan ponsel kedalam tas. "Barusan, kamu langsung kesini?"

Aryo mengangguk, lalu menekan tombol kunci mobilnya lalu membuka pintu Jeep hitam itu untuk gue.

"Apa aku ganti t-shirt aja ya, biar serasi sama kamu." Katanya ketika melihat dress hijau botol yang sedang gue pakai.

"Emang kamu bawa baju ganti?" Tanya gue, dan Aryo mengangguk.

"Ada di bagasi, menurut kamu gimana?" Kembali Aryo bertanya pada gue. Gue melihat kemeja hitam Aryo yang masih rapi walaupun seharian digunakan, dan lagian berganti baju tanpa mandi rasanya pasti tak enak.

"Gak usah deh, gak bau juga kan?" Kata gue, membuat Aryo seketika mencium bajunya lalu mendekat pada gue seolah menyuruh gue untuk ikut mencium baunya. Gue mendorong tubuh Aryo sebal, dan pria itu malah tertawa.

"Kamu nyebelin deh."

Aryo yang masih tertawa mendorong gue agar masuk kedalam mobil. "Cek badan aku bau apa gak. Dan ternyata gak, karena kamu gak nutup hidung." Katanya seenaknya.

"Apaan sih, sana cepet masuk." Kata gue lalu mendorong tubuhnya dan Langsung gue tutup pintu mobil.

Aryo naik beberapa detik kemudian, dan mulai menjalankan mobilnya. "Mau makan apa?"

Gue yang sedang menyambungkan saluran musik ke mobil, melirik pada Aryo. "Gyu kaku?"

Aryo mengangguk, "Oke, sekalian cari seserahan kamu yang kurang apa."

Gue mengangguk saja, karena memang tujuan kami keluar malam ini selain makan malam juga mencari barang seserahan yang kurang. Minggu lalu, gue Aryo dan mamanya pergi bersama untuk membeli beberapa keperluan untuk acara lamaran hari Minggu besok. Dan ternyata, ada beberapa printilan yang terlupakan, seperti sabun, parfum dan skincare gue. Sebetulnya gue tidak keberatan jika tidak ada beberapa barang itu, namun gengsi mama Aryo segunung jika anaknya tidak bisa memenuhi keperluan gue.

Tiga puluh menit kemudian, mobil Aryo memasuki Plaza Indonesia. Gue kembali merapikan tatanan rambut yang mungkin saja berantakan. Sedangkan Aryo, mengambil sesuatu di kursi belakang.

"Kamu merem deh, aku mau ganti baju." Katanya setelah baju berkerah bewarna hitam itu di tangannya.

"Katanya gak ganti." Kata gue, tapi Aryo malah membuka kancing kemejanya, seolah gue gak ada di tempat.

"Ganti aja deh, biar samaan sama kamu." Katanya lalu melepas kemeja begitu saja, gue melotot melihatnya. Untung dia pakek singlet, jadi gak khilap mata gue. Dari dulu sih gue memang sering liat dia gak pekek baju atasan, biasa anak SMA setelah main futsal kan copot baju tuh karena keringatnya yang seember. Tapi kalau sekarang dia melakukan itu, gue bisa gelap mata.

Aryo menggunakannya dengan cepat sebelum gue menegurnya. "Kamu biasaan deh copot baju gak liat tempat gak liat orang."

Aryo nyengir, lalu melempar sembarangan kemejanya tadi di jok belakang. "Dari dulu juga kamu yang liat."

Wanita 30 Tahun  (Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang