Sedikit cerita nih, ternyata ada salah satu pembaca ceritaku yang memiliki jalan cerita yang hampir sama dengan cerita ini. Senang pasti, dan selamat ya mbak semoga berjodoh dan dilancarkan segala urusannya.
*
*
Dan akhirnya gue memutuskan untuk menerima Aryo untuk pendekatan yang lebih jauh. Dan semua itu bermula dari Fitri yang tunangan tiba-tiba dan gue merasa kehilangan, ditambah rasa ingin melakukan hal yang sama dengan Fitri.
Akhirnya, setelah pemikiran panjang. Sholat dan berdoa meminta petunjuk gue mengatakan oke pada Aryo yang disambut suka cita orang tua terutama ibu gue. Gue? Entahlah gue masih meraba hati ini. Seneng, iya karena ada pengaruh nostalgia jaman SMA dulu yang tiba-tiba berseliweran di pikiran gue. Dan takut, karena gue dan Aryo perlu adaptasi lagi untuk memulai hubungan.
Dan akhirnya, hari ini gue diajak Aryo untuk mendampingi dirinya di acara kantor temannya. Sejak sore gue sudah menyiapkan semuanya, dari dress yang dibelikan Aryo beserta heelsnya. Yah Aryo memang seloyal itu dari dulu. Gue berdandan sebisa gue, gak terlalu tebal tapi bikin wajah gue terlihat segar dan berbeda. Makeup mengubah mu yang biasa saja menjadi luar biasa, dan itu benar.
Pukul tujuh tepat, Aryo sudah memarkirkan mobilnya di depan rumah gue. Gue yang sudah siap, beranjak membukakan pintu untuknya.
"Masuk dulu?" Tanya Gue ketika Aryo baru melangkahkan kakinya di teras rumah. Pria yang malam ini terlihat jauh lebih tampan itu mengangguk.
"Langsung pamit aja ya sama Ayah mu." Katanya di belakang gue, dan gue berjalan ke arah belakang rumah untuk memanggil ibu dan Ayah gue.
"Yah, Bu Putri berangkat." Kata gue di ambang pintu. Ayah menoleh lalu beranjak berdiri, dan ibu mengikuti.
"Sudah datang Aryo?" Tanya ibu pada gue yang masih berdiri diambang pintu membiarkan Ayah pergi menemui Aryo terlebih dahulu. Padahal dulu sekali, Aryo tidak mau berkunjung ke rumah setelah Ayah menolaknya keras. Dan sejak itu Aryo selalu menjemput dan mengantarkan gue sampai depan blok rumah gue.
"Hati-hati, bilang sama Aryo jangan terlalu malam." Kata ibu menggandeng gue kearah depan.
"Iya buk, gak usah sedih gitu belum juga Putri nikah." Kata gue membuat ibu mencubit pinggang gue gemas.
"Nanti bilang ke Aryo, kalau beli rumah jangan jauh-jauh dari ibu. Kalau bisa kalian tinggal disini aja." Kata ibu melanjutkan, membuat gue menghela nafas panjang. Dari dulu ibu selalu berpesan jika menikah nanti, jika bisa kami tinggal di rumah ibu aja. Bagaimanapun gue anak tunggal, dan pastinya rumah ini jadi milik gue.
"Bilang sendiri nanti kalau Aryo udah nikahin Putri." Kata gue, membuat Ibu mengangguk pelan.
Gue melihat Aryo yang saling berbincang dengan Ayah, dan ketika gue mengangguk padanya Aryo langsung pamit pada bapak gue. "Kami duluan ya, Om."
Ayah mengangguk, lalu membalas dengan anggukan. "Hati-hati, jangan terlalu malam." Katanya yang membuat Aryo mengangguk mantap.
"Baik, Om." Katanya, membuat gue sedikit mengingat masa lalu. Karena dulu Aryo pernah dimarimahin habis-habisan karena mengantar gue pulang di atas jam sepuluh malam. Alhasil hubungan kita ditentang habis-habisan oleh Ayah.
"Putri berangkat, Yah. Assalamualaikum." Kata gue setelah menyalami Ayah, lalu berbalik mengikuti Aryo yang menunggu gue untuk menuju mobilnya.
Sepanjang perjalanan, lagu Westlife kembali berputar. Yah mungkin Aryo ingin membuat kita bernostalgia dengan masa lalu. Mungkin kemarin gue sedikit keberatan, namun sekarang gue mulai menikmati.

KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita 30 Tahun (Ebook)
ChickLitMenjadi seorang wanita itu tak mudah, apalagi ketika usiamu bertambah setiap tahunnya tanpa memiliki pasangan yang menjadi patokan hidup berbahagia bermasyarakat. Menikah itu pilihan, dan pilihannya tergantung pada Tuhan. Dan ketika gue merasa dia p...