Tak Paham

39.1K 1.3K 33
                                    

Riswan mencoba memejamkan matanya, namun gagal. Dia membuka ponselnya lalu melihat foto-foto almarhum istrinya Annisa. Riswan tersenyum tipis.

"Sayang aku merindukanmu." ucap Riswan pada foto istrinya dengan mata berkaca-kaca. Riswan mencium foto tersebut. Annisa wanita sholeha adalah teman Riswan semasa kuliah dan Riswan sangat mencintainya.

Annisa mengalami pendarahan saat melahirkan bayi Melati secara cesar. Peristiwa itu membuat Riswan sangat terpukul dan hampir kehilangan semangat hidup. Namun dia harus kuat karena ada Melati yang harus dia jaga. Riswan merasa sangat bersyukur karena wajah Melati sangat mirip dengan Annisa.

"Semoga Allah memberimu surga istriku." gumam Riswan lagi sambil mencium foto istrinya lalu tertidur.

Tok..tok..
"Pak, shubuh." panggil Ros dari balik pintu membangunkan Riswan.

Ini hari ketiga di rumah tanpa Bik Momo karena anaknya masih dirawat.

Tak ada jawaban dari dalam. "Pak." panggil Ros lagi demgan suara sedikit dikeraskan.

Sambil perlahan membuka pintu kamar, Betapa kagetnya Ros, saat melihat wajah pucat Riswan masih terbaring di tempat tidur. Ros menghampiri ranjang Riswan dan memegang kening majikannya itu dengan ragu.

"Ya ampun Bapak demam? Badan Bapak panas sekali." ucap Ros panik.

Riswan masih merintih sakit seluruh badannya ngilu dan kepalanya tidak bisa diangkat karena sakit luar biasa.
Ros berlari ke dapur untuk mencari obat dan menyiapkan air kompresan.
Bergegas Ros kembali ke kamar dan memberikan obat kepada Riswan.

"Ini Pak, obatnya." ucap Ros
"Sini saya bantu duduk, maaf ya Pak." dengan sigap Ros mengangkat pundak belakang Riswan untuk membantunya minum obat. Riswan menurut, memasukkam obat ke dalam mulutnya, lalu minum air hangat yang diberikan oleh Ros.

Riswan kembali merebahkan tubuhnya, kepalanya masih sangat sakit jika duduk lama. Ros dengan cekatan mengompres kening Riswan.

"Oeekk...oeekk..." bayi Melati menangis cukup kencang. Ros keluar dari kamar Riswan lalu mengangkat Melati. Ros bingung harus bagaimana. Ia mengambil ponselnya lalu menelepon seseorang.

"Hallo Dokter Dewi, maaf shubuh-shubuh mengganggu, ini tuan saya sedang sakit, Dok. Apakah bisa ke rumah saya sekarang? saya bingung." ucap Ros sambil menggendong Melati dengan kain.

Sepuluh menit Ros menunggu kedatangan Dokter Dewi. Yang tidak lain adalah tetangga satu blok Riswan. Bik Momo yang memberikan nomor telepon dokter tersebut, berjaga-jaga saja kalau tiba-tiba ada yang sakit.

"Permisi." seru seseorang dari balik pagar rumah Riswan. Bergegas Ros membuka pintu rumah lalu pintu pagar.

"Dokter Dewi, saya Ros. Mari masuk, Dok." Ros tersenyum ramah, mempersilahkan Dokter Dewi untuk masuk dan memeriksa Riswan.

Ros memperhatikan Riswan yang sedang diperiksa oleh dokter tersebut degan seksama. Hatinya pun gelisah, jangan sampai majikannya ini sakit yang parah.

"Kalau dilihat dari gejalanya sih, ini thypus, Mba. Jadi harus dirawat baik-baik ya, ini obat sementara, yang ini resep obat yang harus di beli di apotek pagi ini. Tidak boleh makan yang keras-keras, hanya boleh bubur nasi." jelas Dokter Dewi.

"Jika sampai besok masih panas naik turun dan tidak bisa bangun seperti ini, saya sarankan dibawa ke rumah sakit saja."

"Baik, Dok. Terimakasih atas bantuannya." ucap Ros mengangguk paham sambil memberikan amplop berisi uang kepada Dokter Dewi. Lalu mengantarnya sampai pagar.

"Nak, hari ini jangan rewel yaa, baik hati ya sayang, Bude mama harus mengurus ayah yang lagi sakit." ucap Ros bicara kepada Melati saat masuk ke dalam kamar Riswan dan meletakkan di dalam box.

Menjadi Ibu Susu (End) (TERSEDIA VERSI EBOOK GOOGLE PLAY STORE dan KaryaKarsa) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang