Syarat dan ketentuan berlaku

50.2K 1.4K 56
                                    

"Mulai malam ini bayi Melati tidur denganku," bisik Ros memberi tahu Riswan sambil berlalu menuju ke kamarnya dengan bayi Melati belum lama terlelap.

Riswan terdiam mendengar ucapan Ros. Ada raut tidak suka di sana. Menurutnya, Ros tidak bisa mengatur apa yang harus dirinya lakukan di rumahnya.

"Kan dia sudah tidur, jadi biarkan dia tidur bersamaku," ucap Riswan setengah memelas. Semenjak istrinya meninggal, Melatilah yang menemaninya tidur di kamar. Ia pasti akan susah tidur, jika Melati tidak berada di sampingnya.

"Kalau tengah malam dia bangun?" tanya Ros.

"Aku akan hangatkan asi yang di kulkas, seperti biasa," jelas Riswan dengan suara tegas dengan posisi masih berdiri berhadapan dengan Ros.

"Ssssttt... ahh kau ini, Mas. Suaramu tidak bisa pelan?" Ros menginterupsi Riswan kembali. Karena Melati mulai merengek mendengar suara Riswan.

"Sini berikan padaku." Riswan berusaha menggendong Melati.

Plaakk...

"Aauu..." Riswan meringis mendapat pukulan ringan dari Ros.

"Mas baru aja sampai dari luar, pasti banyak kuman, belum mandi dan bau asem pula." Ros memajukan tubuhnya sambil mengendus bau tubuh Riswan. Membuat Riswan dengan kikuk mundur dua langkah.

"Nanti bidadari mungilku ini bisa terserang kuman penyakit, kalau digendong papanya yang habis pulang kantor belum mandi," lanjutnya lagi sambil mencium lembut pipi Melati.

"Jadi biar aku yang menaruhnya di kamar, Mas mandi dulu saja," ucap Ros kemudian.

Baru hendak maju menuju kamar Riswan.

"Tidak boleh ada wanita lain yang masuk ke kamarku selain Bik Momo!" tegas Riswan.

"Jangan baper atuh, Bapak Riswan. Saya dan Bik Momo statusnya sama di rumah ini. Jadi tidak perlu sungkan menganggap saya wanita lain. Mending wanita, daripada banci. Hayooo..." terang Ros berlalu dari hadapan Riswan lalu masuk ke kamarnya dan menutup pintu kamarnya tetapi tidak rapat.

"Huh, bilang aja takut naksir. Kalau udah di bawah gue juga, kalah anda!" gumam Ros sambil merebahkan tubuhnya menyusui Melati.

Riswan geleng-geleng kepala, melihat Ros yang ternyata sangat cerewet.

Selesai mandi Riswan sudah di depan meja makan dengan kertas dan pulpen di tangannya. Entah apa yang dia tulis saat itu, namun sayup-sayup telinganya menangkap suara Melati yang menangis, namun sesaat kemudian hening.

"Cantiknya bude mama ini ga kenyang- kenyang yaa, nen terus sampe bude mamanya lapar lagi. Hari ini bude mama makan ikan dan sayur katuk. Ditambah jus buah naga. Pasti enak, ya kan?" ucap Ros senang sambil menatap gemas Melati yang masih mengempeng di payudaranya.

Riswan tersenyum tipis dari balik pintu kamar Ros. Ia sedikit merasa lega, karena Ros sepertinya mampu menyayangi Melati.

"Eehhmm..." Riswan berdehem di depan kamar Ros, ia tak ingin melihat ke kamar wanita itu.

Ros kaget, ia sempat tertidur sebentar saat menyusui Melati. Dengan rambut acak-acakan dan piyama terusan yang belum terkancing bagian atasnya. Membuat belahan bukit Ros begitu mencolok di mata Riswan. Susah payah Riswan menelan salivanya. Ia kini menunduk, tidak berani menatap Ros. Ros dengan mata sayu karena mengantuk, memberikan Melati pada Riswan.

Riswan masih saja terpana menatap wajah Ros yang polos, serta kancing piyama yang tidak sempurna. Setelah memastikan Riswan menggendong Melati dengan benar, Ros pun kembali masuk ke dalam kamarnya, tanpa memperhatikan wajah Riswan yang masih kaku.

Menjadi Ibu Susu (End) (TERSEDIA VERSI EBOOK GOOGLE PLAY STORE dan KaryaKarsa) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang