Saatnya pergi

29.3K 1.6K 205
                                    

Keadaan rumah sudah hening, jam dinding  menunjukkan pukul sepuluh malam, ibu Riswan dan Bik Momo sudah tidur, tinggal Riswan yang masih gelisah sudah tiga hari dicuekin Ros.
Sedangkan Ros masih asik menyusui Melati yang belum ingin tidur.

Riswan tak tahan lagi dengan sikap Ros dia keluar kamar lalu mengetuk pintu kamar Ros.

Tok..tok..
"Roooss..buka pintunya!" pinta Riswan dengan suara setengah berbisik takut ibunya terbangun.

Ros membuka pintu, Riswan langsung nyeruduk masuk lalu menutup pintu.

"Ett...siapa nih Melati yang datang bertamu malam-malam?" tanya Ros pada Melati seolah-oleh mereka kaget dengan kehadiran Riswan.

"Ehh itu saya mau melihat Melati," sahut Riswan asal, lalu menghambur ke kasur  untuk mengangkat Melati dan menggendongnya.

"Anak Papa, aduh papanya kangen banget," ucap Riswan sambil mencium gemas pipi Melati yang sangat montok.

Ros tersenyum tipis melihat tingkah Riswan sambil merapikan beberapa pakaiannya Melati yang belum sempat ia rapikan ke dalam lemari.

"Melati ga kangen ya sama papa, senyumnya mana nih," goda Riswan pada Melati, sambil melirik Ros ragu. Ucapan Riswan sebenarnya untuk Ros, tapi wanita itu tidak paham, ia hanya bisa mengerucutkan bibirnya mendengar ocehan Riswan pada Melati.

"Ya sudah, malam ini Melati biar tidur sama Bapak saja kalau bapak masih kangen sama Melati," ucap Ros lagi sambil duduk di tepi kasur dan memandangi Riswan yang sedang menina bobokkan Melati, pemandangan ini begitu indah yang mungkin bulan-bulan berikutnya tak dapat dia saksikan lagi.

"Ros...," panggil Riswan lembut.

"Heemm...," jawab Ros malas

"Kenapa kayaknya kamu ngehindar dari saya?" tanya Riswan langsung sambil menatap Ros.

"Ahh...perasaan Bapak aja kali," jawab Ros cuek. Malas ia melihat wajah Riswan yang lama-lama bisa membuatnya tak bisa mengontrol hatinya.

"Mmmhh..., maafin aku Ros kalau aku bikin kamu ga nyaman," lirih Riswan duduk di samping Ros. Lumayan pegal juga gendong Melati lama-lama karena badannya yang semakin montok.

"Bapak ga salah apa-apa kenapa jadi minta maaf?" tanya Ros keheranan.

"Sebaiknya bapak segera kembali ke kamar bapak, karena kalau lama-lama bapak di kamar saya, nanti saya bisa jatuh cinta," ujar Ros sambil menarik tangan Riswan keluar dari kamarnya. Riswan melongo dengan ucapan Ros tersadar dia sudah di luar kamar Ros sambil menggendong Melati.

Pintu kamar Melati kembali terbuka.

"Mmuuuaacchh, Bude mama sayang Melati."
Secepat kilat Ros mencium pipi Melati dalam gendongan Riswan, sedangkan Riswan masih tertegun dengan lutut yang lemas dan dada yang berdegub kencang.

"Hhhh... apa itu maksudnya? Geemmmeesss deh, adoohh gue cium juga tu orang,"  gerutu Ros sambil mengacak-ngacak rambutnya.

Riswan duduk di kasurnya, dia masih mengatur detak jantungnya.

"Apa aku jatuh cinta dengan Ros? ga mungkin ga mungkin!" Riswan menggerutu sambil mengacak-acak rambutnya.

Dan benar malam ini Riswan tak bisa memejamkan mata. Dia lalu mengambil foto almarhumah Annisa istrinya yang berada di samping tempat tidur.

"Sayang, aku bingung, apa aku jatuh cinta dengan Ros?" adunya pada foto Annisa.

"Apa tak apa-apa jika aku mencintai dia juga selain dirimu, Nis?" gumam Riswan lagi.

Riswan akhirnya tertidur pulas di samping foto Annisa dengan Melati di sampingnya.

Sella dan Bu Nurmi sedang berbincang-bincang di ruang televisi bersama Riswan yang menggendong Melati.

Menjadi Ibu Susu (End) (TERSEDIA VERSI EBOOK GOOGLE PLAY STORE dan KaryaKarsa) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang