Dilema 2

14.8K 609 60
                                    

Melati sudah cantik dengan baju dress pink motif bunga sepatu, dengan bando pink menghias di rambut Melati yang sudah mulai lebat. Bik Momo menggendong Melati. Tidak lama, Ros pun keluar dari kamar menggunakan dress di bawah lutut berwarna pink mirip baju Melati. Dengan rambut terurainya  yang disisir rapi serta tak lupa bibir seksi milik Ros yang disapu lipstik berwarna pink tua.

"Wah, Rosmala...cantik banget sih." puji Bik Momo sambil tersenyum.

"Iya atuh, Bik. Kalau ganteng namanya bukan Rosmala, tapi Riswan. Hihihihi..." kekeh Ros diiukuti oleh Bik Momo.

Riswan menoleh ke arah Ros dan melihat penampilan Ros sangat cantik malam ini. Riswan melongo. Jujur, wajah Ros itu cantik. Saat tidak berdandan saja bisa membuat Riswan beberapa kali terpesona. Apalagi dandan begini? Mulut Riswan bahkan setengah terbuka, karena begitu terpesona dengan Ros.

"Cantikkan, Pak?" tanya Bik Momo pada Riswan, membuat lelaki itu sedikit tergagap.

"Mingkem, Pak! Mulutnya melongo aja. Hahahaha..." Ros menertawakan Riswan. Bukannya marah, lelaki itu malah menggaruk rambutnya yang sebenarnya tidak gatal.

"Kalau mau kencan, harus cantik dan wangi." ucap Ros sambil mengambil Melati dari gendongan Bik Momo.

"Melati mau kencan sama Bude mama ya kan?" ucap Ros lagi, mengajak bicara bayi Melati yang tersenyum kepadanya.

****

Pukul lima sore, semua telah disiapkan. Tak lupa aneka perbekalan juga sudah dimasukkan ke dalam mobil.

"Bik, ada kantong kresek ga?" tanya Riswan pada Bik Momo.

"Ada, Pak. Buat apa?" tanya Bik Momo dengan kening berkerut. Begitu pun juga dengan Ros.

"Saya takut ada yang muntah nanti di mobil."  ledek Riswan menunjuk Ros dengan dagunya.

Ros mengerucutkan bibirnya cemberut. Sedangkan Bik Momo terkekeh sambil menggelengkan kepalanya.

Ros dan Bik Momo duduk di belakang mobil A****a milik Riswan. Mereka menikmati perjalanan menuju Bandung yang cukup lancar. Melati beberapa kali rewel, namun dengan mudah ditenangkan oleh Ros dengan menyusuinya.

"Pak, jangan nengok ke belakang ya, awas nih!"  ancam Ros.

"Ga minat tuh!" sahut Riswan cuek.

"Beneran ga minat?" ledek Ros sambil tertawa cekikikan.

"Sekarang tidak minat, Ros. Tapi mungkin nanti jadi hobi." celetuk Bik Momo menggoda sambil menutup mulutnya menahan tawa.

"Biiiikk...!" interupsi Riswan dengan suara tinggi.

"Becanda, Pak. Hehehhe..." dengan raut canggung Bik Momo meminta maaf.

Riswan bergidik menggelengkan kepala, bisa darah tinggi di, jika terlalu lama bersama Ros dan Bik Momo di dalam mobil. Ia kembali fokus pada jalanan di depan, tetapi kedua mata laknat ini lebih memilih melirik Ros yang tengah menyusui, dan tentu saja Riswan melihat yang seharusnya tidak boleh ia lihat.

Riswan menepuk keras jidatnya, agar tersadat dari godaan setan. Kepalaya berkali-kali menggeleng, agar pikiran kotor itu tidak ngetem di otaknya. Ros yang mendengar suara tangan Riswan seperti menepuk sesuatu, akhirnya mengangkat sedikit kepalanya untuk melihat keadaan di depan.

"Ada apa, Pak?" tanya Ros.

"Ada nyamuk setan, nempel di kening saya." sahut Riswan asal yang disambut tautan kedua alis Ros.

"Emang ada nyamuk setan, Pak?" tanya Ros.

"Adalah."

"Jangan ngajarin ajaran sesat, Pak. Mana ada nyamuk setan!" bibir Ros mengerucut. Riswan berusaha menahan senyumnya, betapa rasa kantuk itu hilang saat Ros terus saja berbicara tiada henti. Bukannya Riswan  sebal, lelaki itu malah senang, karena suasana tidak menjadi senyap. Dan perjalanan pun tidak terasa sebentar lagi sampai.

****

Pukul delapan malam, sampailah mereka di rumah mama Riswan, rumah besar dengan halaman yang luas. Di rumah tersebut hanya ada dua orang pembantu serta mama dan papanya Riswan.

"Assalamualaikum, Bu." ucap Riswan mencium lembut pipi ibunya. Lalu mencium takzim punggung tangan wanita paruh baya itu.

"Mana papa, Bu"?tanya Riswan.

"Ada tuh di ruang TV." jawab Bu Nurmi menunjuk TV.

Riswan masuk ke dalam untuk bertemu dengan papahnya yang terkena setruk ringan.

"Hallo cucu nenek yang cantik,aduh aduh..gemes sekali, Nak. Ndut banget." dengan senang ibu Riswan mengambil Melati dari gendongan Ros.

"Masuk, Bik. Ayo, Ros." Bu Nurmi mempersilahkan Ros dan Bik Momo masuk ke dalam rumahnya.

"Wah Ros, kamu cantik sekali." puji Bu Nurmi tulus. "Bajunya juga sama dengan Melati seperti ibu dan anak, lucu." ucap Bu Nurmi  kembali sambil tersenyum memandangi Ros dan Melati bergantian.

Seketika wajah Ros bersemu merah mendengar pujian dari Ibu Riswan.

"Wan...!" Bu Nurmi memanggil Riswan yang sedang bermain bersama Melati di atas kasur bayi di depan televisi. Di sebelah Riswan ada papanya yang juga ikut menonton televisi.

"Ya, Bu."  Riswan menyahut.

"Besok ada Tante Meri berkunjung, dia datang bersama Sella anaknya. Kamu masih ingat sella kan temen SMP kamu dulu?" tanya Bu Nurmi pada anaknya.

"Iya ingat, Bu." jawab Riswan.

"Ibu mau jodohkan kamu dengan Sella." terang Bu Nurmi sambil menyeringai pada puteranya.

Prraaaang!!!

Piring kue yang sedang dibawa Ros jatuh. Ros mendengar ucapan Bu Nurmi barusan, dan  entah kenapa tangannya mendadak lemas, sehingga piringnya jatuh.

"Ya Allah, maaf nyonya saya tidak sengaja." ucap Ros gugup sambil merapikan pecahan piring.

"Tidak apa-apa Ros, biar Lasmi yang bereskan, kamu bawa Melati saja ke dalam, saya perlu bicara dengan Riswan. Istirahat duluan saja." titah Bu Nurmi.

"Baik, Nyonya." Ros datang kepada Riswan dengan menunduk tak berani menatap Riswan. Ada air mata yang mulai menggenang. Ia hendak menggendong Melati.

"Ros kamu ga papa?" tanya Riswan sedikit khawatir. Mencoba melihat wajah Ros namun Ros masih menunduk menyembunyikan wajahnya.

"Ga papa, Pak. Saya baik-baik saja ." suaranya sedikit bergetar menahan air matanya. Dengan cepat Ros membawa masuk Melati ke dalam kamar yang sudah diberi tahu oleh Lasmi, pembantu Bu Nurmi.

"Ros, kamu kenapa?" tanya Bik Momo heran Ros menyusui Melati sambil menitikan air mata. Bahkan sesegukan.

"Ga papa, Bik. Hanya saja...mmmhh...terkadang saya takut tiba waktu saya berpisah dengan Melati, memikirkannya saja hati saya rasanya perih, Bik." ucap Ros lirih.

"Saya tidak tahu, apakah saya sanggup berpisah dengan Melati yang sudah saya anggap anak saya sendiri." Ros masih menangis dan mencium wajah Melati yang baru saja tidur.

"Sabar ya, Ros." Bik Momo memeluk Ros dengan erat.

"Bibik berharap, kamu bisa terus menemani Melati hingga Melati dewasa." rapal Bik Momo dalam hati. Wanita paruh baya itu sudah menerka, bahwa Ros menangis ada hubungannya dengan Riswan.

****

Menjadi Ibu Susu (End) (TERSEDIA VERSI EBOOK GOOGLE PLAY STORE dan KaryaKarsa) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang