Dilema

31.9K 1.2K 47
                                    

Hari sabtu pagi cuaca begitu cerah. Riswan bersiap membawa Melati berjalan-jalan di sekitaran komplek dengan stroller bayinya.

"Hati-hati ya sayang ." ucap Ros mencium pipi Melati, lalu Ros memasukan Melati ke dalam stroller bayinya.

Ting..ting..ting...

Suara ponsel Ros berbunyi.

"Pak, saya ke dalam dulu, ponsel saya bunyi." Ros mengangguk pamit lalu masuk ke dalam.

"Siapa yang meneleponnya sepagi ini?" tanya Riswan dalam hati.

"Ahh...untuk apa peduli juga." gumamnya lagi sambil berjalan keluar mendorong Melati.

Satu setengah jam berlalu, Riswan pulang dengan membawa tiga bungkus nasi kuning dan beberapa gorengan.

"Ros." panggil Riswan.

Ros keluar dari kamarnya sudah rapi dengan kaos dan celana bahan.

"Eh sudah pulang, sayang. " Ros datang menghampiri Riswan sambil tersenyum mengangkat Melati dari stroller.

"Please Ros, saya ga suka dengar kata-kata seperti itu." ucap Riswan tegas.

"Ya salam, kesambet apaan sih? Bilang sayangnya ke Melati, bukan ke Bapak. Ish, ge-er!" ucap Ros memberi penjelasan dengan perasaan bingung.

Riswan menghindari tatapan Ros karena merasa malu. Dia sudah salah sangka.

"Hayoo...Bapak pengen dipanggil sayang juga yaa?" goda Ros, sambil mengedipkan sebelah matanya pada Riswan. Riswan pun berbalik, berjalan menuju kamarnya, mencoba mengatur detak jantungnya.

"Sakit mata kali tuh si Ros!" Riswan mencebik, namun lagi-lagi, jantungnya bertalu cukup keras.

Bik Momo yang mendengarnya geleng-geleng kepala sambil tersenyum. Memang Bik Momo perhatikan gerak gerik Riswan berbeda saat berhadapan dengan Ros. Tetapi wanita paruh baya itu tak menghiraukan. siapa juga yang tak terpesona oleh Rosmala wajahnya cantik dan teduh.  Kulitnya bersih kuning langsat dengan tahi lalat di dagu kirinya, tubuhnya tinggi dan padat, mungkin karena habis melahirkan juga. Payudaranya apa lagi, sekel magel.

"Bik, saya mau pergi boleh ya, cuma sebentar. Saya mau pergi beli daleman, Bik." ucap Ros saat ke dapur menemui Bik Momo.

"Ih, kok izinnya sama bibik, izinnya sama Pak Riswan gih!" ucap Bik Momo dengam ekor mata mengarah pada kamar Riswan.

"Takut ga diiizinin, Bik.  Bapak kayak lagi PMS." gerutu Ros sambil cemberut.

"Kesel melulu kalau bicara sama saya, kayak tidak suka." Ros berkata sedih.

"Ros... Bapak bukan ga suka sama kamu, tapi kalau dari penglihatan bibik sepertinya bapak cuma menghindar saja, takut perasaanya terbaca olehmu." jelas bibik sambil berbisik.

"Maksud bibik, perasaan apa nih?" tanya Ros penasaran.

"Mmm...suka mungkin." jawab Bik Momo sambil menyeringai. Lalu dengan cepat membawa Melati ke teras depan.

Ros melongo "Bapak?suka sama gue? hassseekk." gumam Ros sambil cekikikan.

"Akoooh juga maaauuuu." gumam Ros kembali sambil mengulum senyum.

"Ahh si Bibik, kebanyakan baca Wattpad nih, jadi halu." Ros dengan terpaksa meminta izin pada Riswan.

Tok...tok...

Ros mengetuk pintu kamar Riswan. Saat itu Riswan masih menggunakan jubah mandinya karena baru selesai mandi.

"Ya, masuk." Riswan mengira yang mengetuk adalah Bik Momo. Dia cukup kaget, saat yang ada di depan kamarnya adalah perempuan yang belakangan ini hadir dalam pikirannya.

Menjadi Ibu Susu (End) (TERSEDIA VERSI EBOOK GOOGLE PLAY STORE dan KaryaKarsa) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang