Rheva’s POV
Sudah tiga hari kekuatanku diambil oleh pria jelek itu. Dan selama itu aku terus merasa khawatir. Kekuatan itu bukanlah kekuatan yang biasa saja. Akan berbahaya jika dipegang oleh orang yang salah.
Aku bosan di dalam mansión terus. Akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke camp pelatihan yang ada di pack ini. Ku dengar Rafael sedang berlatih di sana. Yah, ini atas ide Ruby dan Rosa juga sih.
Aku sampai di camp pelatihan. Lihat lah Rafael. Oh dia sangat tampan. Dia sedang perlatih pedang dengan beberapa warrior. Yah iu sepadan mengingat Rafael seorang Alpha. Aku mengamati Rafael tanpa berkedip. Sampai lamunanku buyar saat Rafael tersenyum ke arahku.
Oh tidak. Ia memergokiku sedang memujanya. Akh. Kupastikan wajahku merah padam sekarang. Ku dengar Ruby dan Rosa tertawa di sana. Sial. Pasti ini sudah direncanakan oleh mereka berdua. Awas kalian.
Rafael mendekatiku. Oh Rafael. Jangan menatapku seperti itu. Bisa-bisa aku meleleh karena pesonamu. Namun pujaanku luntur seketika saat aku melihat selarik cahaya dibelakang Rafael. Itu sebuah panah. Melesat tepat ke arah Rafael.
Dengan cepat aku langsung berlari ke arah Rafael.
“Rafael, Awas.” Aku mendorong Rafael dengan keras.
Aku dan Rafael terjatuh ke tanah. Anak panah yang melesat itu menancap ke sebuah pohon disamping kami. Semua orang yang ada di sana terkejut. Termasuk Rafael. Tak menyangka akan ada orang yang berani mencelakai Alpha mereka.
“Cepat cari orang yang berusaha memanahku.” Teriak Rafael setelah ia berdiri.
Para warrior segera berpencar mengintari daerah sekitar. Aku mendekati anak panah tersebut. Dapat ku lihat ada selarik kertas yang ikut bersama panah itu. Kertas? Apa ini? Tanpa sadar aku memungut kertas itu dan langsung membacanya.
‘Kau telah salah melakukan ini padaku. Berikan aku kekuatanmu yang tersisa. Datanglah ke tempatku. Atau aku akan menghancurkan seluruh packmu dengan kekuatanmu sendiri.’
Ini. Surat ini pasti dari penyihir itu. Apa maksudnya dengan ‘sebagian kekuatanku’? aku sudah yakin pria itu telah mengambil semua kekuatanku. Bagaimana ini?
***
“Bagaimana Bi?” tanyaku pada Cristal setelah ia selesai memeriksaku.
“Ya, kau sudah tak memiliki kekuatan sage mu lagi. Semua sudah diambil. Dan jangan panggil aku Bibi.” Jawab Cristal ketus.
“Tapi bagaimana dengan surat tadi?”
“Sepertinya akibat dari marking itu menyebabkan sebagian kekuatanmu mengalir pada Rafael. Tapi ia tetap tak bisa menggunakan kekuatan itu.”
Aku menatap Rafael yang sedari tadi duduk disebelahku. Sebagian kekuatanku mengalir pada tubuh Rafael? Apakah aku bisa menggunakan kekuatan itu? Maksudku untuk melawan penyihir itu.
“Apakah aku bisa menggunakan kekuatan yang ada pada Rafael, Bi?”
“Berhentilah memanggilku Bibi! Aku lebih menyukai Rosa.” Aku mendengus mendengar perkataan Cristal.
“Ya, sepertinya bisa. Dengan sihir penjalur kekuatan mungkin bisa.”
‘Sihir itu. Bukannya harus menggunakan lingkaran sihir?’ ucap Rosa tiba-tiba.
‘Jadi?’
‘Jadi sihir itu tak akan berlaku jika sang penyalur tidak berada di dalam lingkaran sihir’
“Namun sihir itu memerlukan lingkaran sihir. Dan sang penyalur harus berada di dalamnya agar bisa menyalurkan kekuatannya.” Jelas Cristal
“Itu sama seperti perkataan Rosana”
“Tunggu dulu. Itu berarti aku harus berada di dalam lingkaran sihir dan tak bisa melakukan apa-apa?” tanya Rafael. Sepertinya ia tak setuju.
“Seperti itu.”
“Tidak. Aku tak akan membiarkan mateku bertarung sendirian.”
“Rafael. Hanya ini caranya. Aku tak yakin kekuatanku bisa melawan sihir sage. Aku perlu kekuatan sage juga untuk bertarung melawannya.” Bujukku sambil mengelus-elus tangan Rafael.
Rafael hendak membantah, namun aku menatapnya dengan penuh keyakinan. Rafael mengurungkan bantahannya. Ku dengar suara helaan nafas dari mulutnya. Kemudian ia mengangguk.
“Baiklah. Tapi berjanjilah kau akan baik-baik saja.” Aku mengangguk dengan tulus.
“Tentu saja. Asalkan kau selalu bersamaku, aku akan baik-baik saja.”
Rafael mencium keningku lembut. Dapat ku rasakan kekhawairan yang besar padanya.
“Sebaiknya kita pergi sekarang. Kita tak bisa membuang-buang waktu terlalu lama disini.”
Aku dan Rafael langsung bangkit dari duduk kami. Kami akan melalui perjalanan yang berbahaya. Perjalanan untuk mendapatkan kembali kekuatanku. Mencegah penyihir itu bertindak terlalu jauh.
“Sheila. Jaga pack selama aku pergi.” Teriak Rafael pada Sheila yang sedari tadi berdiri di depan tangga. Sheila mengangguk dan berlari memelukku dan Rafael.
“Kembali lah dengan selamat.” Ucap Sheila. Sheila melepas pelukannya. Ia mengusap kasar air yang keluar dari kedua matanya.
“Berhati-hatilah, Rhe.” Cristal memelukku.
“Pasti, Bi.”
Cristal melepaskan pelukannya dan menatapku tajam. Aku hanya tersenyum jahil. Setelah itu aku dan Rafael langsung pergi ke tempat penyihir itu.
Tbc.
***
Hola, I'm back again..
After a little late, maybe
Sory for the early, that was an accident 😅Rafael : Sayang, tak bisakah kau membuat lingkaran sihirnya di tubuhku? Agar aku bisa bertarung bersamamu..
(Rheva blushing)
Rosana : Tidak bisa, Rafael. Ukuran lingkaran sihirnya sangat besar..
Rafael : Kalau kau membuat lingkaran sihirnya jauh agar, ya, mungkin tak diketahui oleh penyihir itu?
Rosana : Tidak bisa. Aku paling tidak harus bisa melihatmu agar kekuatan ya bisa tersalurkan.
Rafael : Cih, kenapa aturannya rumit seperti itu.
Rosana : Itu sudah kehendak Author
Author : *gulp
Rafael : Author.. Kau-
Rheva : Tunggu, Rafael. Kau bertanya seperti itu karena mau membiarkanku bertarung sendiri?
Rafael : Eh tidak, maksudku.. eee.. Author, ini semua salahmu!
Author : Waaa, kenapa begini??!!
(Author pun dikejar-kejar oleh Rafael yang dikejar pula oleh Rheva)Huft Huft..
Silahkan baca spoiler part selanjutnya
Rafael : AUTHOR!!
Author : Waaa!!
Rheva : RAFAEL!! BERHENTI KAU!!
Rafael : Waaa!!Part 30
Sihir semakin beradu. Setelah aku memiliki kekuatan sage, pertarungan ini jadi sebanding. Tidak. Sedikit berbalik.Huft Huft
Jangan lupa vote dan komen yaa..
KAMU SEDANG MEMBACA
Wizard Wolf [Complete]
WerewolfSequel The Destiny Rheva Nadira Alva Black. Dia adalah gadis cantik dengan mata hijau dan rambut pirang gelap yang menawan. Dia selalu berpenampilan nerd. Kenapa? Karena ini seperti permintaan dari mendiang ibunya. Dia harus mencari mate nya yang si...