Part 31 - The Power of Control

9.7K 571 13
                                    

“Rafael! Oh tidak, jangan lagi. Ku mohon jangan.” Aku memeluk tubuh Rafael setelah penyihir itu melemparnya ke arahku.

Aku sudah mengambil alih tubuhku. Rosana tampak sedih dan gagal setelah kejadian barusan. Ruby melolong sedih sejak tadi. Aku sudah tak bisa menyembunyikan tangisanku. Rafael. Tepat dipelukanku. Matanya tertutup tak sadarkan diri.

Aku sangat khawatir. Nafasnya melemah. Detak jantungnya yang biasanya cepat kini melambat. Ku mohon Moon Goddess, jangan panggil mateku sekarang. Aku menangis keras sambil memeluk Rafael.

“Hahaha. Dengan ini kekuatan ini telah sepenuhnya menjadi milikku.” Penyihir itu tertawa puas.

“Sekarang, kau sudah tidak dibutuhkan lagi, dear. Waktunya untuk menghabisi kalian.”

Penyihir itu mengangkat tangannya. Mengarahkan tepat ke arahku dan Rafael berada. Aku menatap penyihir itu. Kilatan petir yang sangat terang keluar dari tangannya. Jadi ini akhirnya. Dihabisi oleh kekuatanku sendiri. Aku memeluk tubuh Rafael lebih kencang.

Tiba-tiba aku mendengar suara langkah kaki mendekat. Sangat cepat.

CTAR

“AAAKKKHH” petir itu tepat mengenai orang yang mencoba menjadi tamengku.

Seketika orang itu terjatuh ke lantai tepat di depanku dengan posisi duduk. Aku membuka mataku dan terkejut seketika.

“GERALD!!” seruku saat aku mengetahui itu Gerald.

“Rhe-va. Dengan ini, ku-harap kita-impas.” Ucap Gerald terbata-bata

“Apa maksudmu, Gerald?”

“Aku-sudah tak mung-kin memili-kimu. Dengan ini, ku harap, kau mau memaafkanku.”

Tubuh Gerald terjatuh ke lantai. Aku tak bisa berkata-kata lagi. Air mataku semakin deras. Dua orang pria telah berkorban untukku. Sekarang tinggal aku sendirian di sini. Apa yang harus aku lakukan sekarang?

“Cih, aku bosan dengan drama menyedihkan ini. aku akan menghabisimu segera.”

Penyihir itu mulai menyerangku lagi. Aku menatap penyihir itu dengan air mata yang terus mengalir. Aku tak pernah merasa selemah ini, semenyedihkan ini. Tidak pernah. Tatapanku tajam ke arah penyihir itu. Aku berharap sihir itu tidak mengenaiku dan aku bisa menghabisinya sekarang juga.

Penyihir itu mengeluarkan sihirnya. Dan hal berikutnya yang terjadi membuatku tak percaya. Sihir itu tepat berhenti di depan wajahku. Sihir itu tak mengenaiku seperti apa yang ku harapkan.

“Apa? Bagaimana ini bisa terjadi” seru penyihir itu marah bersamaan hilangnya sihir yang ia keluarkan.

Aku terdiam. Mencerna apa yang telah terjadi. Aku bingung. Apakah ini kesempatanku?

‘Ini memang kesempatan kita, Rheva. Ku yakin kali ini akan berhasil.’ Ucap Rosana tiba-tiba.

‘Apa maksudmu? Bagaimana?’

‘Kau Rheva. Kau lah kesempatan itu’

‘Aku?’

‘Cristal pernah berkata bahwa kau bisa mengendalikan kekuatan itu. Hanya kau yang bisa mengendalikannya. Bahkan aku tak bisa. Aku hanya bisa menggunakannya saja.’ Aku terdiam. Apakah ini akan berhasil?

‘Yakinlah Rheva. Perintahkan kekuatan itu untuk kembali pada kita’ kali ini Ruby menyemangatiku. Ku rasa ia sudah bangkit lagi.

Aku meletakkan tubuh Rafael ke lantai dengan perlahan. Aku berdiri dengan tegak. Aku mengusap kasar air mataku, menatap tajam penyihir itu. Tatapan penuh kebencian. Aku masih tidak yakin dengan ini, tapi akan ku coba.

“Kau..” geram penyihir itu.

Kali ini ia mengeluarkan sihir cahaya dari tangannya seperti laser. Oke, kesempatanku untuk mencobanya. Aku menyuruh kekuatan itu untuk berbelok ke arah kanan, dan tepat, serangan itu berbelok ke arah kanan tepat di depan wajahku.

Penyihir itu semakin marah dengan tidak bisanya ia menyerangku. Ia mengeluarkan berbagai sihir, dan tentu saja semua serangan itu tidak ada yang mengenaiku. Sampai aku melupakan bahwa ia memiliki sihir hitam. Ia mengeluarkan bola hitam listriknya dan tepat mengenaiku.

Aku berteriak. Merasakan setiap petir yang mengalir di tubuhku. Aku limbung sebentar dan langsung menegakkan tubuhku. Ku lihat tatapan bingungnya padaku. Oke ini saatnya. Aku yakin dengan ini.

Kali ini aku menyuruh kekuatanku kembali padaku. Seketika tubuh penyihir itu bercahaya. Ia tampak kebingungan dengan apa yang terjadi. Tiba-tiba ia berteriak kencang. Cahaya itu semakin terang.

Tiba-tiba muncul bola putih bercahaya cukup besar di depan penyihir itu. Kemudian bola itu bergerak ke arahku dan memasuki tubuhku. Aku tak percaya ini akan berhasil. Ku lihat penyihir itu terduduk di lantai dengan nafas yang beraturan. Ia menatapku tajam.

“Bagaimana mungkin ini bisa terjadi.” Ia mulai berdiri dengan susah payah.

“Kau salah tentangku. Ku rasa kau masih membutuhkanku.” Ucapku datar.

Penyihir iu menggeram marah. Dengan cepat Rosana mengambil alih tubuhku dengan rambut panjang putihnya dan dress yang indah. Penyihir itu mengeluarkan sihir hitamnya. Kali ini cukup besar. Rosana dengan cepat mengayunkan tongkatnya. Seketika sihir hitam itu lenyap.

Sihir pemurnian. Penyihir itu semakin marah. Namun sebelum ia mengeluarkan sihirnya lagi, empat pilar cahaya mengelilinginya. Rosana mengayunkan kedua tangannya ke atas, empat cahaya itu bergerak mendekati penyihir itu.

Penyihir itu mulai terlihat panik. Ia mencoba menyerang dengan sihir hitam. Nihil. Sihir cahaya milik Rosana mengandung sihir pemurnian.

“Ini belum berakhir.” Ucap penyihir itu sesaat sebelum cahaya itu bersatu menjadi satu.

Suara teriakan penyihir itu terdengar menggema ke seluruh mansion. Kemudian seketika senyap. Sihir cayaha Rosana telah hilang. Begitu pula penyihir itu. Aku terduduk ke lantai. Kembali mengambil alih tubuhku. Menatap dua orang laki-laki di depanku.

Aku menutup kedua mataku. Air mataku kembali berjatuhan. Apa yang harus ku lakukan sekarang?

Tbc.

***

Hola, I'm back again..
Maaf ya, gaje.. huhu, aku agak bingung buat nge end in..

Buat kalian yang menunggu pertempuran serunya maaf mengecewakan kalian..
Pertempurannya bakal ada di sequel ke dua dan tiga..

O iya.. satu part lagi dah mau end, minta saran dong, kalian pada mau extra part tentang apa..
1. Sehari bersama Rommy
2. Sehari bersama Ronny
3. Hari pernikahan
4. Petualangan singkat bersama Harbor's Family
5. Kalian minta apa, bebas..

Jangan lupa vote dan komen ya..

Wizard Wolf [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang