Part 27 - The Unwanted Remark

10.9K 619 21
                                    

Ruby’s POV

“Apa yang akan kau lakukan?” aku meronta-ronta di atas kasur milik bajingan ini.

Aku saat ini berada di kamar Gerald lagi. Dan menyebalkannya aku yang sadar pertama kali lagi. Tubuhku babak belur. Sakit dimana-mana. Pasti Rheva melawan Gerald dan peyihir itu seorang diri.

Gerald saat ini berada di atas tubuhku. Dia mengunci tangan dan kakiku. Jarak kami terlalu dekat. Aku muak melihat wajah menyebalkan ini. Rasa sakit hati melihat Gerald telah hilang digantikan oleh kebencian.

“Aku akan melakukan apa yang harusnya aku lakukan”

“Apa maksudmu” kataku dingin dan tentu saja masih mencoba meloloskan diri.

“Kau milikku, Rheva. Dan selamanya akan menjadi milikku.”

“Aku bukan milikmu lagi, Gerald. Sadarlah, aku sudah memiliki mate lain. Aku sudah ditandai. Kau sudah merejectku, aku aku telah menerima reject itu. Kita bukan sepasang mate lagi. Sadarlah. Itu hanya obsesimu.” Teriakku tepat di depan mukanya.

Mataku menatap tajam ke arah Gerald. Setajam elang berburu pada siang hari. Gerald tampak marah padaku. Cih, bajingan ini malah marah padaku. Jelas-jelas aku yang seharusnya marah di sini. Aku harus segera kelluar dari sini.

Tiba-tiba, Gerald hendak menciumku. Aku tidak akan mebiarkan Gerald menciumku lagi. Aku menepisnya dengan memalingkan wajahku. Dapat ku rasakan Gerald berhenti, namun ia tetap mencium pipiku. Akh, pipiku ternodai.

Aku melirik Gerald tajam. Yang dilirik hanya menatapku datar. Aku mengeluh. Sejak tadi aku tidak bisa memakai mindlink ku, ini merepotkan. Demi melihat ku yang masih memalingkan wajahku, Gerald menciumi hampir seluruh wajahku.

“Hentikan, Gerald. Apa yang kau lakukan?” teriakanku tidak menghentikan aktivitasnya.

Aku lengah, Gerald berhasil melumat bibirku. Aku hanya mengeluh menahan tindakan Gerlad. Aku mencoba melepaskan ciuman gila ini. namun justru sebaliknya, Gerald semakin dalam melumat bibirku. Setetes cairan bening terlepas dari mataku.

Gerald menghentikan ciuman kami. Nafasku memburu. Aku semakin membencinya. Ada apa dengannya? Dan dimana wolf nya? Aku tak bisa merasakannya. Gerald menatapku. Tidak, maksduku menatap tandaku. Dia kemudian marah.

“Tidak ada yang boleh memilikimu selain aku.” Geram Gerald.

Oh tidak. Firasatku buruk tentang ini.

“Aku akan menghapus tanda ini. Tidak ada yang boleh memilikimu.”

“Tidak. Menjauhlah dariku.”

Gerald semakin merapatkan tubuhnya. Kepalanya mulai menuju ke arah tandaku. Oh tidak, dia akan meremark tandaku. Tidak. Ku mohon jangan. Kenapa aku menjadi selemah ini? Aku meronta-ronta tubuhku. Percuma kekuatannya lebih besar dariku.

Andaikan Rheva sadarkan diri. Kami pasti bisa lolos dengan mudah. Atau Rosa sadarkan diri. Kami bisa menyihirnya dan keluar dari sini. Kepalanya semakin dekat dengan leherku. Taringnya juga sudah keluar. Nafasku tercekat. Aku sudah merasakan taringnya menusuk kulitku tepat pada tandaku.

“Tidak.”

***

Lobo’s POV

Aku sejak tadi merasakan tubuhku terasa panas. Sebentar lagi, kami akan sampai di Blue Moon Pack. Perasaanku semakin tidak enak. Ada apa ini?

‘Auuuuuu’ aku melolong sangat parau.

‘Ada apa?’ tanya Rafael.

‘Mate kita, Raf. Mate kita. Aku merasakan mate kita akan pergi dari kita.’

‘Apa maksudmu? Jangan bercanda.’

‘…’

‘LOBO!’

‘Aku merasakan kesedihan dari Ruby. Aku takut jika mate kita di remark oleh pria bajingan itu’

‘Lobo. Berhentilah menghawatirkan yang tidak-tidak.’

‘Rafael. Aku dapat merasakannya. Ruby sedang mengkhawatirkan sesuatu yang sama’

Rafael terdiam. Ia juga tak bisa menepis perasaan tersebut. Ikatan mate tidak akan berbohong. Aku terus berlari sampai di perbatasan Blue Moon Pack. Para penjaga di sana dengan cepat menghalangi. Namun, pasukanku juga dengan cepat membuka jalan.

Aku langsung berlari ke arah mansion. Itu dia, aku sudah bisa melihat mansionnya. Seketika dadaku terasa sakit. Seolah ada sesuatu yang hilang dariku. Laju lariku semakin lambat. Hingga aku berhenti tepat di depan mansion.

Pintu mansion terbuka. Aku melihat Ruby keluar dari mansion itu dengan wajah sembabnya. Disampingnya, pria bajingan itu tersenyum puas. Tidak. Jangan bilang kalau. Rasa marahku seketika memuncak ke ubun-ubun.

Ruby menatapku dengan wajah sedihnya. Namun sesuatu yang tak terduga terjadi. Ruby, ia memelukku. Memelukku dengan erat. Ia mengalungkan tangannya ke leherku. Aku spontan memegang pinggangnya.

“Akhirnya kau datang”

Tbc.

***

Hola, I'm back again..

Rafael : Remark..
Lobo : Remark..
Ruby : Remark..
Rafael : Perasaan kehilangan ini, sudah dipastikan..
Lobo : Remark..
Ruby : Maafkan aku, Rafael..
Author : 😢

Huaaa..
Remark..😭
Apakah Rheva akan berpisah dengan Rafael??😢
Yang penasaran, Silahkan baca spoiler next part

Part 28
Apa yang terjadi dengan perasaanku? Sakit? Kecewa? Menyesal? Entahlah. Aku langsung pergi meninggalkan tempat itu.

Huaaaa...😭
Rafael😭
Jangan lupa vote dan komennya🤧

Wizard Wolf [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang