Rosana’s POV
Aku mengerjapkan mataku beberapa kali. Apa yang tejadi? Oh iya, aku ingat. Aku pingsan di perbatasan pack ini. Aku mengedarkan pandanganku. Tiba-tiba aku melihat seseorang sedang duduk tertidur di samping.
“Mate?” kataku lirih spontan membuatnya bangun.
“Sheila?” tanyaku terkejut.
“Ah Nadira, akhirnya kau bangun.” Sheila langsung memelukku.
Aku merasa bingung. Kenapa saat pertama aku melihat Sheila aku seperti melihat mateku dengan rambut panjang. Memang sih aku tidak mencium aroma memabukkannya. Namun pikiranku berkata begitu.
“Ah, maaf. Kau pasti Rosana.”ucap Sheila setelah melepaskan pelukannya.
“Bagaimana kau tau.”
“Itu karena beberapa warrior di sini terluka oleh sihir yang dihasilkan olehmu. Tentu saja aku tau. Aku juga orang penting di sini.” Jelas Sheila sembari melepas kepang rambutku dan menghilangkan tompel palsuku.
“Kau, orang penting?” tanyaku sambil menyipitkan mataku.
“Tentu saja.” Seketika mataku membelalak.
“Apa yang kau lakukan, Shel. Kau melepas penyamaranku.” Sheila hanya tertawa menanggapi amarahku.
“Tidak apa-apa. Aku tau kau sudah memiliki mate baru. Aku turut menyesal tentang Gerald. Tapi kau harus tau, mate barumu ini mau menerimamu apa adanya. Bahkan dia mau menyelamatkanmu meski tau kau berpenampilan nerd.”
Sheila menggenggam tanganku lembut. Seolah meyakinkanku untuk menerima mate baruku. Tunggu dulu. Bagaimana dia bisa tau?
“Bagaimana kau bisa tau?” Sheila tersenyum lembut.
“Itu karena, mate barumu adalah saudara kembarku.”
Aku menahan nafas sejenak. Pantas saja aku melihat Sheila serasa melihat mateku. Bahkan wajah mereka sangat mirip. Apa yang harus ku lakukan. Masih ada keraguan di dalam diriku. Terlebih lagi, Rheva tidak ada disini.
“Jadi, Ros. Bisakah aku berbicara dengan Rheva.” Aku menundukkan kepalaku.
“Tidak bisa” ucapku lihir
“Ayolah, Ros. Ada sesuatu yang penting harus ku bicarakan dengan Rheva.
“SUDAH KU BILANG TIDAK BISA” aku berteriak cukup keras membuat Sheila terkejut.
“Ros, mengertilah. Aku har—”
“KAU TIDAK TAU APA-APA” air mataku mulai mengalir di pipiku. Aku menggigit bibir bawahku.
“Hiks, kau tidak tau apa-apa. Hiks. Rheva, Rheva menghilang sejak kejadian aku mencoba bunuh diri.” Sheila menutup mulutnya terkejut tidak percaya.
“Bagaimana bisa?” aku menggeleng lemah, air mataku semakin deras mengalir.
“Ruby, sekarang ia sedang mencari keberadaan Rheva di dalam diriku.” Aku mengusap air mataku kasar.
Sheila kembali memelukku “Maafkan aku Rosa.”
“Apa yang harus aku lakukan? Aku bukanlah Rheva yang tegar dan rasional. Atau Ruby yang cerewet dan berpikir logis. Aku hanyalah orang yang pemarah dan emosional.” Kataku lesu.
“Sudahlah, sekarang kau makan ya. Aku akan menyuruh seseorang untuk membawakanmu makanan.” Aku hanya mengangguk. Aku saat ini keadaanku sedang tidak stabil. Mungkin sedikit makan akan menormalkanku. Terlebih lagi, aku juga lapar.
***
Seseorang mengetuk pintu kamarku. Setelah Sheila mempersilahkan masuk, pintu mulai terbuka. Seketika aroma mint dan laut menyeruak masuk ke dalam hidungku. Bahkan ini lebih memabukkan dari pada aroma Gerald. Oh tidak, dia mateku. Mataku langsung terbelalak saat melihatnya masuk.
Lihatlah, mateku sangat mirip dengan Sheila. Warna rambut, warna mata, bahkan bentuk rambut. Mungkin jika Sheila itu laki-laki aku hanya bisa membedakannya dengan aroma saja. Bahkah Rommy dan Roony tidak sampai seperti ini. Kulihat mateku juga mematung di sana.
“Kau jangan terkejut seperti itu, Ros. Kami ini kembar identik. Meski berbeda kelamin sih. Jadi tidak heran jika kami sangat mirip.” Perkataan Sheila menyadarkanku.
Mateku sepertinya juga mulai tersadar. Dengan segera ia datang mendekat ke arahku. Dan meletakkan nampan berisi makanan di meja dekat tempat tidurku.
“Kau sangat cantik, mate.” Ucap mateku sembari mengelus pipiku.
Entah mengapa aku tidak menolak sentuhan dari mateku. Aku memejamkan mataku, menikmati sensari percikan listrik saat kulit kami saling bersentuhan. Aku membuka mataku. Mata kami saling bertemu. Oh, matanya sungguh menawan.
‘Oh, lihatlah dia. Dia sangat tampan. Rosa, terima saja dia menjadi mate kita. Aku rasa kita harus mencoba membuka hati kita kembali.’ Ucap Ruby menyadarkan lamunanku.
‘Apa maksudmu.’
Ruby belum sempat menjawab pertanyaanku, mateku langsung mulai bercara.
“Maafkan aku atas perlakuanku sebelumnya.”
“Ah, kau tidak perlu meminta maaf.”
“Rafael. Rafael Uno Harbor.” Mateku mengulurkan tangannya.
“Rosa— ma-maksudku Rheva. Rheva Nadira” jawabku gugup. Aduh apa yang aku lakukan.
“Tenang saja, sayang. Aku tak akan melakukan hal yang sama seperti mantan matemu.”
Aku tertegun mendengar perkataan Rafael. Bagaimana dia bisa tau tentang masalahku dengan mantan mateku. Seketika aku langsung menyadari sesuatu. Pasti Sheila yang mengatakannya. Dengan cepat aku meliriknya tajam. Yang dilirik hanya mengangkat bahunya tak peduli.
Tbc.
***
Hola, I'm back..
Huahh..
Bingung buat mini dialognya.
Kalian mau yang mana??
Rheva? Atau Gerald? Atau Rafael?
Bantu dong..Rafael : Aku saja, Thor.😊
Rheva : Jangan aku, Thor.🙇
Gerald : ...😔
Author : Eee...😶
Rosana : Terserah deh, Thor.😒
Ruby : Hallo, aku Ruby.😳
Lobo : Aku Lobo, kau cantik sekali, mate.☺️
Sheila : Kenapa bukan aku saja?😤
Leyla : Jangan Gerald. Kakak biadab itu tak perlu diurusi lagi.😡
Author : ...🤯
Rommy : Aku bagaimana, Thor?😕
Ronny : Aku, aku.😆
Author : Ini, bukan cerita tentang kalian, Rommy, Ronny.😑
(Dan akhirnya author dibuat bingung karena para tokoh ribut sendiri mendesak author)Akh, daripada bingung, baca dulu spoiler part berikutnya..
Cekidot..Part 14
“Sayang, segera ganti baju. Ada yang ingin bertemu denganmu.” Bertemu denganku? Siapa?Siapa hayoo..
Jangan lupa vote dan komen yaa..😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Wizard Wolf [Complete]
Kurt AdamSequel The Destiny Rheva Nadira Alva Black. Dia adalah gadis cantik dengan mata hijau dan rambut pirang gelap yang menawan. Dia selalu berpenampilan nerd. Kenapa? Karena ini seperti permintaan dari mendiang ibunya. Dia harus mencari mate nya yang si...