BₐGᵢₐₙ 1🌟

624 214 98
                                    

Taman kerajaan Aksara-4, Planet Angkasa, Klan Aksara.

08:19 Pagi.

"Aku tau Ru, berpisah itu memang sulit dan merepotkan. Aku juga tau kau adalah tipe manusia yang suka sekali galau dan merindu. Tapi percayalah kita akan bertemu lagi setelah menemukan lintang masing-masing.. Carilah dia serajin mungkin. Oke?"

"Entahlah apakah aku bisa mencarinya atau tidak.. tapi akan kucoba. Ah, lalu.. jangan panggil aku manusia! Aku ini Aksara! Kau kan juga kenal aku!"

"Yaampun, kita adalah manusia setengah Aksara. Apa buruknya menjadi manusia? Manusia berhati mulia serta baik hati, tidak buruk bukan?"

"Buruk, buruk sekali! Manusia itu terlalu mudah terkelabuhi. Aku saja begitu membenci mereka!"

"Tapi kau juga manusia kan,"

"Beda level."

"Terserah, sudah sana masuk kedalam portal, jaga lelaki itu sebagaimana dia menjagamu. Mengerti?"

"Aku bahkan tidak sempat mengenalnya.. bagaimana mungkin aku bisa menjaganya dan kau percayakan dia untuk menjagaku? Konyol.."

"Hei, perbaiki sikap dan sopan santun bicaramu, jangan buat dia marah-marah."

"Diakan siluman yang takkan menua diumur ke 20 ribu tahunnya itu."

"Oya.. benar juga.."

"Senja, aku akan masuk sekarang.. Jaga kerajaan ini dan jangan sampai ada manusia selain dari titisan Aksara masuk dan menyerang."

"Sudah bertahun-tahun aku menjaga kerajaan ini sendirian, menjalankannya bersama para bawahan ayah, jangan khawatir. Oya, ingat ini... perjalanan di hutan Felix akan berlangsung begitu berat karena ada banyak permusuhan yang kini terjadi di dalamnya, mengerti?"

"Tentu saja, sudah 1 bulan aku berlatih membunuh mereka para musuh, atau menghindarinya, atau juga memanah dengan tehnik klan Elf."

"Kau bangga?"

"Selalu.."

"Sudah sana!"

"Oke.. Bye,"

"Kirim salamku untuk ayah dan Abu.. ah, tentu saja untuk Bu..buna."

"Pasti."

***

"Apakah kebenaran akan tuan putri Aksara yang suka merindu dan selalu galau itu adalah sebuah gurauan?"

Aku menoleh, mengusap bulir mata yang secara tidak sadar jatuh ke pipiku. Aku tersenyum, menggeleng, "Jangan percaya akan apa yang Senja katakan.. walaupun hampir sepenuhnya benar. Jangan mengetawakanku, aku benci itu."

"Benarkah? Padahal itu cukup menggemaskan."

"Katakan sekali lagi dan akan kubanting kau dengan kekuatan terkuat Aksara."

Lelaki tinggi bertubuh tegap kini menutup mulutnya rapat-rapat. Tatapannya lurus menatap dinding ruangan portal ini. Aku belum mengenalnya, aku bahkan tidak tau siapa namanya. Pagi pukul 7 tadi, lelaki asing ini duduk di depan kursi meja makan, ditangannya membawa buku tebal kecokelatan yang sudah kusam, kemudian menepuk kursi meja makan milikku agar menyuruhku duduk di kursi itu.

Lelaki itu menjelaskan hampir secara rinci tentang siapa dia sebenarnya, siluman berumur 20 ribu tahun yang abadi pabila sudah setia kepada sang tuannya, titisan darah siluman serigala, penyihir juga doppelganger. Tapi sepertinya dia lupa memberitahu siapa namanya sampai saat ini.

ANGKASA|| HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang