BₐGᵢₐₙ 2🌟

182 69 11
                                    

Aku mengerjap, terkejut ketika kakiku terantuk batu besar dan membuatku terpaksa harus jatuh dengan sangat tidak atletik. Ini memalukan.

"Putri! Butuhkah anda tumpangan di pundak saya? Saya bersedia melakukan segalanya! Saya tidak ingin lutut putri Aksara tergores karena batu yang tidak bersalah ini."

Aku bangkit, menepuk lututku yang sama sekali tidak terkena lecet--berkat baju hitam khusus dibuat untuk klan Aksara,dengan bahan berkualitas terbaik yang tidak akan membuatku lecet atau berdarah karena ketidak sengajaan, ya walaupun aku masih bisa merasakan sakitnya.

"Aku baik-baik saja! Jangan lebay!" ucapku. Catat, kelebihan Zuko selain pelupa adalah lebay dan tambahan.. terlalu perhatian juga pengertian. Aku kembali berjalan seperti semula, Zuko juga bersikap seperti semula, maksudku tidak ada tambahan lagi.

"Aku benar-benar tidak tahan melihat kalian jalan berdua sambil terdiam seperti itu, hei, setidaknya bahaslah sesuatu! Seperti menebak seperti apa keadaan di luar planet, atau berserita seru tentang asal mula kalian bisa dilahirkan di dunia ini. Atau jika kalian malas membuka mulut alias berbicara.. mulailah bercanda, contohnya kau memukul lelaki itu, kemudian lelaki itu akan membalasmu dengan pukulan yang lebih keras. Aku sudah berada di atas kalian sejak tadi tapi.. ini benar-benar membosankan sekali untuk dilihat. Jangan suka membisu! Begitu kau membuka mulut bau mulutmu akan menyengat layaknya kaos kaki yang sudah lama terimpan didalam sepatu hingga lupa tidak tercuci. Mengerti?"

"Apa pedulimu? Bukankah kau bilang kau akan menemui kami di tempat semua para klan berkumpul dan dihabisi?" tanyaku pada gadis tadi. Dia bergelantung di batang pohon, persis seperti sebelumnya.

"Ya, itu memang benar, tapi aku sudah menunggu kalian disana. Kalian berdua terlalu lambat! kau tau? lemot! lambat seperti siput!" gadis itu melompat begitu ahli dari atas sana turun langsung ke tanah. Mulutnya mengunyah permen karet, badan mungilnya berjalan mendekati Zuko. Sejenak aku berpikir, Astaga.. memangnya dia boneka? badannya begitu kecil dan mungil..

"Dia kekasihmu?" tunjuk gadis itu.

Aku menggeleng cepat. "Kekasih darimana? Aku bahkan baru mengenalnya hari ini!"

Gadis itu tersenyum miring, menepuk lengan Zuko yang dibalut dengan baju hitam serta kaos putih didalamnya, "Tidak buruk juga.."

"Apa yang sedang kau lakukan? Kalau ingin menghabisi kami jangan disini. Tunggu saja di tempat semuanya berkumpul. Seperti yang kubilang sebelumnya.."

Gadis itu tertawa, "Astaga aku bukan pelupa! Aku ingat semua yang kau katakan padaku!" dia berjalan lebih dekat, kearahku, menatapku sinis, "Ck, lambat sekali dasar manusia. Hanya bisa memanfaatkan seekor serigala malang. Lemah sekali." dengusnya kemudian.

Aku menyergitkan dahi, dari mana dia tau sosok Zuko sebenarnya adalah serigala?

"Naluri seorang gadis hebat sepertiku tidak akan pernah bisa diragukan."

Aku menatap mata gadis mungil ini. Kontak mata terjadi hingga sepuluh detik, detik kesebelas aku tersenyum, mengusap pucuk rambut gadis mungil itu. "Apa yang kau tertawakan, sialan?"

"Sialan? Anak kecil tidak boleh berbicara sekasar itu. Mengerti?"

"Jangan panggil aku anak kecil, sialan!!"

Aku menepuk pundak gadis itu, mengulurkan tangan, "Namaku Biru, aku memang manusia, kau juga manusia bukan?"

Mata gadis itu membulat terkejut, "Ba..Bagaimana kau ta..u? Akh!!"

"Simple, aku diajarkan sejak kecil kemampuan membaca isi hati dan pikiranmu. Namaku Biru, aku 15 tahun, lelaki ini Zuko yang sebenarnya serigala berumur 20 ribu tahun, persis seperti tebakanmu."

ANGKASA|| HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang