BₐGᵢₐₙ 11🌟

101 18 10
                                    

Aku bangkit, berlari secepat mungkin dari tempat, menghindari mantra mantra para Witch yang hampir mengenaiku. Aku melompat, begitu bebatuan disekitar menyerangku, terhempas tepat 10 centi di bawah telapak kakiku. Belum menyerah sampai disitu para Witch mengangkat batang batang pohon kering, dan lagi-lagi di layangkan kearahku. Aku berguling-guling di tanah, berhasil menghindari batang pohon tapi debu dan tanah yang berterbangan menghalangi penglihatanku. Mataku perih, aku terbatuk.

Nafasku tercekat. Tangan kiri buntung witch itu terangkat ke udara, memutar-mutar, sementara tangan kananya mencekik leherku. Aku terbatuk-batuk, menendang badan Witch dengan sekuat tenaga, menyuruhnya menyingkir dari atas tubuhku. "AKKH!!"

"Pergi kau penyihir!" seruku. Witch itu masih memutar mutar tangannya yang buntung sambil menyerukan kalimat berkali-kali, "Ini karena manusia.. manusia.. manusia..!"

Aku menggunakan semua kekuatan, kutinju rahang Witch itu. Penyihir berkulit sepucat lilin putih melonggarkan cekikannya. Berapa kali aku dicekik hari ini? Aku berlari menjauh, menyusul Antares yang sudah berlari melarikan diri karena pada dasarnya dia adalah yang terpenting diantara kami.

"Manusia.. manusia.. Bunuh!!"

Aku menarik anak panah, tidak sempat melafalkan beberapa mantra. "Bahasa apa itu dan kenapa aku paham!?" seruku. Para Witch yang mulanya hanya ada 3 bertambah menjadi 6. Tunggu sebentar, "DIMANA ZUKO!!?"

Para Witch melompat ke arahku, salah satu pemimpin mereka si pemilik tangan kiri yang buntung menatapku tajam, senyumnya tertarik ke sudut-sudut. Dia menakutkan!

"BUNUH!!" seru mereka bersamaan. Aku tidak akan mati di hutan arwah ini!

Gerakan gesit tak terbaca dari seorang Lana. Cakar panjang khas Vampir mencabik tubuh para Witch. Dibelakangnya pedang samurai melayang, di detik selanjutnya para Witch terbelah menjadi potongan potongan kecil. Aku mematung, ujung samurai hampir mengenai dahi ku. Aku jatuh ketanah, memegangi dadaku, memastikan jantungku tidak lepas dari tempatnya.

"Hah..hah..hah.. "

Lana berjongkok, tertawa meremehkan, "Penakut," katanya.

"Berisik.."

Zuko menutupi mayat mayat para penyihir dengan dedaunan kering. "Mereka memang ganas, beruntungnya saya tidak telat membunuh mereka semua,"

"Bagaimana dengan Antares!?"

"Dia aman," kata Zuko.

"Kau yakin!?" seruku.

Lana mengulurkan tangannya, menyuruhku untuk bangkit. Aku menerima uluran tangannya. "Terimakasih," ucapku singkat.

Lana mengangguk, tidak terlalu memperhatikanku. "Yang jelas hutan ini tidak lagi benar-benar aman, salah satu dari witch itu berhasil kabur."

Aku berjalan mendekat kearah Zuko, menatap horror mayat mayat para Witch. "Mereka lemah," ucap Zuko. Aku mendongak, "Lemah?"

"Dari pada seorang Aksara, Witch lebih lemah."

Aku mengulum bibir, seharusnya aku lebih kuat melawan mereka tadi.. seharusnya begitu.

"Ayo!" Zuko menepuk pundak ku pelan, "Kita susul monster itu,"

***

Antares berhenti berlari. Ia berada di pojok klan sekarang, dimana batu batu besar raksasa dengan corak cakaran dan bercak merah yang sudah kering menutupi jalan hutan. Antares tidak tersesat, tempat ini memanglah finalnya. Suara pekikan para Witch terdengar di telinga Antares. Antara bingung, panik, dan takut. Ketiga temannya belum datang sementara satu Witch sudah melihat keberadaannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ANGKASA|| HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang