Flashback
Diiringi suara ringisan, Gatra tampak tergolek tak berdaya di atas rumput sekolahan yang sedikit basah karna air hujan yang sebelumnya turun dengan derasnya. Baju seragamnya pun tak hanya kotor tapi juga basah akibat ulah ribuan rintik hujan yang masih turun di atas tanah.
Tadi penyakit itu kambuh tanpa peringatan seperti biasanya. Mimisan tak henti-henti dengan kaki yang teramat lemas membuatnya mengurung diri di dalam kamar mandi sekolahannya.
Hingga saat Gatra sadari hari mulai menggelap dan hujan mulai jarang, dia beranjak ingin kembali ke rumah. Bundanya pasti sudah khawatir.
Seseorang sedang mengamati Gatra dari jauh. Melihat Gatra yang tergolek di rumput, dia bergegas menghampiri Gatra. Dia kaget melihat kondisi Gatra dengan keadaan seragam kotor serta bercak merah akibat mimisannya.
"Gatra?" sumbang suara itu berasal dari kejauhan. Sosok David tengah mengamati Gatra yang meringkuk di atas rumput dengan lamat. Benarkah Gatra?
Tanpa berbasa basi lagi, David berhambur menghampiri pemuda ringkih itu.
"Gatra?" David meraih bahu Gatra yang bergetar.
"Lo kenapa?"
"Sa-sakit ..." Gatra mengerang kuat dengan kedua tangan mencengkram dadanya yang mulai terasa sesak.
"Lo kenapa, Tra?" tanya David kembali. Kini dengan sedikit rasa kepanikan di wajahnya yang kentara.
"Arrrggghhhh!!!"
"Shit! Gue harus apa, njir?" David mengumpat. Siapa yang bisa ia mintai pertolongan sedangkan suasana sekolahan sudah sangat sepi.
Mengingat jam sudah menunjukan pukul 5.45 pm dan baru saja turun hujan. David memang masih di sekolah karena dia lebih memilih hujan reda daripada pulang dalam kondisi basah, akibatnya adalah sang mama pasti akan mengomelinya setelah sampai di rumah.
"O-bat ..." lirih Gatra di tengah ringisannya.
David yang merasa bodoh, dia hanya bisa mendengar lirihan itu sambil sesekali meringis melihat Gatra yang kesakitan.
"Di mana?" tanyanya.
"T-tas."
Sebelumnya David memapah Gatra menuju ke tempat yang lebih nyaman. Dibawanya tubuh itu ke salah satu bangku yang ada di sekitaran tempatnya tadi. Didudukkannya Gatra di sisinya kemudian meraih tas yang berada di punggung Gatra.
Dengan segera David mengacak acak isi tas Gatra hingga akhirnya dia menemukan obat yang dimaksud Gatra.
"Ini?" tunjuk David tepat ke arah Gatra. Gatra mengangguk. Satu per satu butiran pil itu David keluarkan dan langsung saja diberikannya pada Gatra. Gatra menelannya tanpa bantu air sedikitpun.
"Udah biasa, ya?" tanya David penasaran. Semudah itu Gatra menelannya tanpa air?
"Hmm ..." gumam Gatra yang masih sulit mengontrol kondisinya sendiri.
YOU ARE READING
Same (End)
أدب المراهقينIni tentang remaja lelaki bernama Gatra, seorang penderita leukemia limfoblastik akut. Dia hanya tinggal berdua dengan sang ibu. Sampai suatu hari ada sebuah fakta yang terungkap, dan fakta itulah yang membuat Gatra dibenci seseorang. Great cover by...