Part 1

37.1K 2.2K 42
                                    

Maafkan atas typo dan antek-anteknya.

Enjoy it.

---MPB---

Aruna pov.

Hari ini adalah hari pertama aku bekerja sebagai pekerja paruh waktu, sekarang aku sedang dalam perjalanan menuju tempatku bekerja setelah pulang sekolah.

Setelah datang ke tempat itu kemarin, aku diterima bekerja paruh waktu bersama dengan beberapa orang lainnya sebagai karyawan tetap.

Kau tau, orang yang mewawancaraiku kemarin benar-benar sangat cantik. Ah senyumnya bahkan masih ku ingat, ia adalah orang yang sangat ramah. Dan yang ku tahu dia adalah meneger di tempat ku bekerja, katanya pemilik tempat ini akan datang sesekali.

Ah pasti akan menyenangkan jika dikelilingi orang-orang baik dan ramah seperti itu. Ku harap pegawai yang lain juga ramah terhadapku.

Aku sudah berdiri di depan tempat ini, sebuah toko kue. Tidak tidak, tidak bisa sepenuhnya ku sebut toko kue. Karna tempat ini seperti penggabungan toko kue dan juga Cafe. Aku menelisik kedalam tempat ini. Ah di jam kerja seperti ini saja tempat ini cukup ramai.

Aku melangkah masuk kedalam, menyapa beberapa pegawai yang sedang melayani, mengelap meja, membereskan piring atau gelas di meja. Pantas saja pegawai disini banyak, karna pasti akan merepotkan sekali jika mengerjakan beberapa pekerjaan dalam satu waktu.

Tempat ini mempunyai 3 lantai.  Lantai pertama untuk santai menikmati kue atau kopi, lantai kedua lebih seperti restoran, jika lantai ketiga itu katanya adalah kantor. Mungkin tempat meneger mengontrol semua kegiatan di dalam tempat ini.

Aku melangkah ke restroom, disana ada tempat untuk berganti pakaian, atau untuk mandi.

Aku masuk kedalamnya dan mengambil seragam yang ada di dalam loker. Menguncinya dan pergi ke kamar mandi untuk berganti.

Siap, aku siap.
Semoga hari ini aku dapat memberikan kesan terbaik pada pegawai lain dan atasanku.

Aku keluar dari ruangan ini dengan semangat membara. Oke, itu berlebihan. Tapi aku benar-benar semangat sekarang.

Apa yang harus kulakukan ya ? Aku melihat sekelilingku. Orang-orang tengah sibuk bercengkrama. Aku melihat beberapa pengunjung pergi, segera menghampiri meja mereka sebelumnya, membereskan meja, dan membawa piring-piring kotor tersebut ke tempat pencucian piring, lalu kembali lagi.

"Aruna, tolong antarkan ini ke meja pojok nomor 11," kata Joe, seniorku disini sambil memberikan nampan yang berisi 2 gelas kopi dan juga sepiring pancake diatasnya.

Aku bergerak ke arah meja nomor 11, aku tentu tidak terlalu paham dengan tata letak meja disini, karna nomor mejanya tidak berurutan. Lalu menghampiri meja tersebit setelah kutemukan.

"Permisi," sedikit tersenyum ramah kepada pengunjung tersebut, sembari meletakkan gelas kopi dan piring berisi pencake itu di atas meja.

"Selamat menikmati," menunduk sedikit sembari melempar senyum. Beranjak pergi dari sana.

Sepanjang siang sampai malam begini, pengunjung tak henti-hentinya berdatangan. Bahkan semakin malam, semakin ramai pula. Membuatku sedikit kualahan menghadapi ini, tak bisa ku bayangkan yang bekerja sedari pagi.

Aku memukul leherku pelan, terasa pegal-pegal rasanya. jam menunjukkan pukul setengah 10 malam, pengunjung di lantai dasar ini sudah sedikit berkurang. Tapi pengunjung di lantai 2 masih begitu banyak. Beruntung aku hanya bekerja di lantai dasar.

Mungkin tempat ini begitu terkenal, karna beberapa orang rela mengantri untuk mendapatkan sepotong kue, atau segelas minuman yang ada disini. Aku menjadi begitu penasaran, karna aku sering kali mendengar nama tempat ini di sebut, tapi tak pernah mengunjunginya. Karna dari yang ku dengar, semua makanan disini begitu mahal. Makanya tak pernah kudatangi. Padahal aku begiu menyukai makanan manis.

Dan jangan lupa, disini peraturannya adalah ketika sudah pukul 10 malam, segala kegiatan jual menjual tidak di lakukan lagi di lantai dasar. Jadi pengunjung akan langsung naik ke lantai dua.

Aku dan teman-teman yang lainnya sudah mulai berbenah, membereskan serta mengelap meja , menyapu, mengepel, ada yang mencuci piring, kasir yang sedang menghitung pemasukan hari ini, ada yang mengelap kaca etalase yang menjejerkan berbagai macam jenis kue yang menggugah selera, dan lainnya.

Sudah tak ada pengunjung di lantai dasar, hanya ada karyawan, dan beberapa pekerja paruh waktu lainnya.

Aku meregangkan otot-otot tanganku, berjalan kearah pintu masuk untuk membalik papan Open itu menjadi Close.

"Aruna kemarilah," panggil Dara, sesama pekerja paruh waktu. Aku menghampiri Dara yang sedang berkumpul dengan pegawai lainnya di dekat dapur.

"Ada apa ?" tanyaku.

"Kak Nathan lagi bagi-bagi kue nih, lebih hari ini," kata Dara sembari memberikan piring berisi kue yang tentu saja membuatku bahagia. Kapan lagi aku bisa menikmati Kue mahal ini, pikirku.

Aku segera menyendok kue tersebut kedalam mulutku, rasanya membuat mataku terbelalak, tak pernah aku memakan kue seenak ini.

"Enak banget," kata ku dengan acungan jempol yang mengarah pada Kak Nathan. Semua tertawa, begitupun aku. Tak menyangka, mereka semua begitu menerima kami yang seorang anak baru disini. Tak ada rasa canggung satu sama lain, mereka saling melempar canda.

Kring...kring

Suara lonceng di pintu berbunyi, tapi sepertinya tak ada yang menyadari itu, mungkin mereka pikir itu adalah pengunjung lantai dua. Tapi justru ku lihat pengunjung itu malah memilih kursi yang berada di dekat kaca besar yang menghadap jalan raya itu. Aku permisi pada yang lain, tapi saat aku sudah berjalan untuk menghampiri orang itu untuk mengatakan kalau kami sudah tutup. Jika mau, sebaiknya ke lantai dua saja.

Tapi Ibu Maneger yang lebih akrab di sapa Mbak Gina itu lebih dulu melewatiku untuk menghampiri orang itu. Aku berhenti karna sudah ada Mbak Gina, lalu kembali pada teman-teman yang lain.

"Ini," Kak Alan menyodorkan nampan yang berisi 2 kopi di atasnya. Kak Alan adalah Barista disini, dia yang bertugas meracik kopi.
"Tolong antarkan ini pada meja yang di duduki Mbak Gina," lanjutnya.

"Tapi kan kita udah tutup Kak ?" tanyaku penasaran, kenapa harus melayani pelanggan disaat kita sudah tutup, pikirku.

"Sudah sana antarkan saja dulu," katanya sembari mendorongku pelan.
Aku pasrah, dan mengangguk menuju meja itu.

Aku melihat Mbak Gina sedang duduk manis disana dengan seseorang. Yang ntah tidak terlalu terlihat olehku, ntah laki-laki atau perempuan. Aku sampai disana dengan perasaan seperti terintimidasi, ntahlah lawan bicara Mbak Gina menatapku dengan tatapan tajam. Yang bahkan aku tak tahu apakah aku sedang membuat kesalahan atau tidak.

"Permisi," kataku menginterupsi. Meletakkan kedua kopi tersebut di meja.

"Silahkan menikmati," kataku sedikit menunduk dan berlalu pergi. Ntahlah rasanya terlalu sulit untuk bernafas jika berada disekitar orang itu. Menyeramkan rasanya.

"Siapa itu ?" Terdengar suara asing yang menyusup ketelingaku samar-samar, suaranya begitu dingin dan...

Tak berintonasi.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tubeco.

------------

Hai hai, jadi gimana nih ? Baru Part 1 sih. Aku harap kalian juga menyukai ini sama seperti kalian menyukai Clay&Asya.

Selamat menikmati guys 😇

Kritik dan saran sangat di butuhkan.
Terimakasih.

Salam cinta,
Hotchocogirl.

My Perfectionist Boss (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang