Part 17

20.9K 1.8K 131
                                    

Maafkan atas typo dan antek-anteknya.

Enjoy it.

---MPB---

Author pov.

Tadi, pagi-pagi sekali. Aruna sudah keluar dari kosnya, bahkan anak-anak lain belum bangun. Ya mungkin karna sekarang hari minggu, jadi hanya Aruna yang rajin disini.

Sebenarnya bukan itu, pagi-pagi sekali ada sebuah pesan masuk dari bosnya. Bosnya itu mengajak Aruna bertemu di sebuah taman yang tak jauh dari kos gadis itu. Jadi disinilah di berjalan menyusuri jalanan taman yang sepi, mencari dimanakah posisi bosnya itu. Aruna juga tidak tau kenapa bosnya itu mengajak bertemu pagi sekali, tapi pertanyaan itu hilang oleh rasa rindu yang memenjarakannya.

Lalu langkahnya terhenti beberapa meter dari bosnya yang tengah duduk dengan rambut yang berantakan dan kacamata yang bertengger dihidungnya itu. Seperti apapun, bosnya itu tetap akan cantik. Dan tak lupa segelas cup di tangannya, mungkin itu kopi. Aruna sudah bisa menebak kesukaan bosnya itu, kopi.

Dia tidak menyadari keberadaan gadis itu, buktinya bosnya itu bahkan tak menoleh sedikitpun kearah gadis itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dia tidak menyadari keberadaan gadis itu, buktinya bosnya itu bahkan tak menoleh sedikitpun kearah gadis itu. Lalu Aruna melangkah pelan mendekati bosnya itu, lalu duduk di sampingnya. Dia terkaget dengan Aruna yang tiba-tiba sudah duduk di sampingnya, lalu tersenyum. Meletakkan cup kopinya dan membuka kacamatanya. Wajah kelelahan, dan mata sayu itu menangkap wajah Aruna yang tersenyum cerah.

Tak berkata apa-apa, tapi tangan dingin Aruna menangkap pipi bosnya itu. Lalu matanya menelisik dalam, meneliti setiap inci wajah bosnya itu. Mengusapnya perlahan, katakan saja keberanian Aruna datang karna nalurinya sendiri.

"Wajah anda. Apa anda tidak tidur semalaman?" tanya gadis itu. Bosnya itu menggeleng, menandakan dia memang tidak tidur.

"Saya bahkan belum menginjakkan kaki ke rumah," ucapnya. "Saya baru sampai di bandara tadi dan langsung kesini," lanjutnya. Aruna ingin sekali marah, tapi ada perasaan senang yang menyeruak didalam dadanya.

Bukankah itu berarti bosnya itu juga merindukan dirinya?

"Kenapa anda tidak pulang kerumah terlebih dahulu?" tanya Aruna. Sesenang apapun dirinya, pertanyaan itu tetaplah harus terlontar dari bibirnya.

Bosnya itu mengamit jemari Aruna yang masih setia berada di pipinya. Lalu tersenyum, dan memeluk gadis itu. Aruna terdiam, detak jantungnya tak lagi selaras dengan aluran nafasnya. Detak jantung yang berdetak beribu kali lebih kencang dari sebelumnya, dan nafasnya yang mendadak tercekat membuatnya sedikit susah bernafas.

Tangan Aruna yang bebas bergerak perlahan untuk membalas pelukan bosnya itu. Anggap saja ini sebagai penyaluran rindunya yang sudah menumpuk untuk bosnya itu. Lalu Aruna menikmati ini, memejamkan matanya untuk menikmati detak jantungnya yang berirama bahagia, desiran angin yang menembus kulit dingin keduanya, dan aroma tubuh bosnya yang begitu menenangkan.

My Perfectionist Boss (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang