Part 28

16.2K 1.4K 364
                                    

Maafkan atas typo dan antek-anteknya.

Enjoy it.

Note : jangan baca siang-siang😆 dan bagi kalian yang masih di bawah 18 tahun, diharapkan untuk menskip adegan yang dirasa kurang pantas untuk di baca oleh remaja dibawah umur. Mohon kebijakannya.

---MPB---

Malam itu, ntah berapa lama Alisha ada di luar kos Aruna. Duduk diam didalam mobilnya sembari menatap kosan itu. Lampu luar yang menyala remang-remang, gerbang yang sudah tergembok, dan jalanan yang sepi. Alisha melihat ponselnya, sudah menunjukkan pukul 2 pagi. Ia tidak mengantuk, tapi hanya lelah. Fisik dan batinnya.

Sudah lebih dari 2 bulan semenjak ia meminta Aruna bicara di depan gerbang sekolahnya waktu itu. Ia tak pernah lagi berbicara dengan gadis itu. Ia rindu. Tapi ia tutupi dengan wajahnya yang dingin itu. Matanya sayu, tak ada cahaya lagi dalam matanya.

Sesekali ia akan berdiri di seberang jalan sekolah Aruna, mengikuti gadis itu dengan hati-hati hingga sampai di depan kos gadis itu. Atau jika di hari libur, ia akan duduk di taman hingga berjam-jam lamanya. Ia tak tau harus melakukan apa, sesekali ia juga pergi dengan Gina. Ntah itu menemani perempuan itu belanja, atau sekedar makan dan bercerita banyak hal.

Ketukan di kaca mobilnya membuat ia terkejut setengah mati, untung ia bisa menguasai ekspresi wajahnya hingga menampilkan wajah dingin seperti biasanya. Ia menurunkan kaca mobilnya tanpa curiga, padahal bisa saja itu adalah begal, maling, atau sejenis orang jahat lainnya.

Ia terkejut, lebih terkejut dari yang pertama tadi. Lalu ekspresi itu beralih jadi ekpresi sendu. Ia keluar dari mobil, kakinya terasa tak menapak. Mungkin ia sedang bermimpi. Seperti malam-malam sebelumnya. Tapi kali ini terasa lebih nyata. Ia bisa berada di dekat gadis itu, lebih lama dari biasanya. Biasanya di mimpi yang lalu-lalu, gadis itu hanya muncul beberapa detik, menyisakan mimpi buruk lainnya. Tapi kali ini gadis itu hanya diam saja, dengan piyama yang dilapisi jaket. Alisha tersenyum menatap gadis itu dari jarak yang cukup dekat, tak pernah ia sedekat ini dengan gadis itu lagi. Air matanya menggenang, sekali berkedip maka akan tumpah.

Ia memilih membalikkan tubuhnya, mengusap air mata itu pelan. Mengatur nafasnya yang terputus-putus akibat jantungnya yang berdetak ribuan kali lebih kencang.

"Ehem," suara batuk yang di buat-buat itu berhasil mengalihkan perhatian Alisha. Ia kembali membalikkan tubuhnya, kembali menatap gadis itu dengan senyum. Mungkin ini mimpi, tapi ia mungkin edang mengalami Lucid Dream, siapa yang tahu.

Ia perhatikan lagi gadis itu. Piyama biru muda dengan jaket yang menutupi tubuhnya. Mungkin melindungi diri dari dinginnya udara dini hari itu.

"Ngapain disini?"

"Uh.. Oh itu..." Alisha gugup tiba-tiba. Mengalihkan pandangannya kearah lain, mencari alasan yang mungkin saja tercecer di jalanan.

Tenang lah Alisha, ini mimpi. Gumamnya dalam hati.

Gadis itu hanya menatap tanpa kata, lalu maju selangkah dan mendekap tubuh di depannya.

Hangat.

Nyaman.

Dan terasa lebih nyata.

Ia tidak membalas dekapan itu, belajat dari mimpi sebelumnya. Itu hanya sementara, lalu meninggalkan mimpi buruk setelahnya.

"Ini mimpi," gumamnya.

Gadis itu mendongak, menatap Alisha yang tengah memejamkan matanya.

"Ini bukan mimpi," ucapnya.

Alisha membuka matanya perlahan. benar, gadis itu masih ada disana, menatap kearahnya. Gadis itu sedikit berjinjit, mengecup bibir Alisha pelan. Lalu melepaskannya.

My Perfectionist Boss (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang