Part 21

15.4K 1.3K 33
                                    

Maafkan atas typo dan antek-anteknya.

Enjoy it.

---MPB---

Author pov.

Hari berganti seperti simponi indah yang mengalun dan memanjakan pendengarnya hingga lupa bahwa di depan masih ada banyak hal yang menanti.

Seseorang melangkahkan kakinya masuk kedalam sebuah bangunan yang menampung orang-orang untuk makan itu, menyusuri meja dan ruangan lantai dasar itu dengan santai, seringai kecil menghiasi bibirnya bahkan saat pertama kali ia menatap tempat itu.

Lalu langkahnya menuju lantai dua, hal yang sama ia lakukan, dan kakinya menyusuri tangga menuju lantai tiga. Tempat di mana ruangan pemilik tempat itu berada. Kakinya hanya melangkah santai, beberapa figura tertempel pada beberapa sisi dinding.

"Norak sekali," ucapnya dalam hati.

Lalu langkahnya terhenti tepat di depan ruangan bertuliskan owner itu. Membuka gagang pintunya, lalu melangkah masuk dengan santainya. Duduk di kursi kebesaran itu, lalu menghadap pada kaca yang tepat berada di belakangnya. 

"Pemandangan yang cukup bagus," gumamnya.

Terdengar pintu terbuka dan di tutup, disana berdiri Alisha yang tengah nenatap tajam orang yang juga menatap padanya dengan seringai kecil di wajahnya. Alisha mengepalkan tangannya erat, buku jarinya memutih menandakan betapa kuatnya kepalan tangan itu.

"Apa yang kau lakukan disini?" Kata perkata penuh tekanan itu keluar dari mulut Alisha.

"Well, pemeran utamanya sudah datang ternyata," ucap orang itu yang masih duduk dengan lancangnya di kursi kebesaran Alisha itu.

"Apa yang kau inginkan?" Mata Alisha sudah memerah menahan marah, begitu juga dengan wajahnya.

"Hanya berkunjung, melihat-lihat, mungkin sebentar lagi tempat ini bukan lagi milikmu," ucap orang itu di akhiri tawa yang tidak menyenangkan untuk di dengar.

"Tempat ini milikku. Dan tak akan ku biarkan kau mengambil milikku," balas Alisha dengan penuh penekanan.

"Mari kita lihat, sebentar lagi," ucapnya. "Kupikir sudah cukup ku berikan kebebasan padamu, sekarang waktuku mengambilnya. Mengambil semua yang kau ambil dariku dan mengambil apa yang seharusnya jadi milikkmu, bukankah kita impas?"

Orang itu berdiri, melangkah mendekat kepada Alisha. Memegang kedua bahu Alisha dengan erat, lalu berbisik pelan.

"Oh aku lupa, gadis itu. Sejauh mana kau akan mempertahankannya?" Bisik orang itu dengan nada yang Alisha ingin sekali melepaskan tamparan pada orang itu. Tapi tubuh Alisha bahkan tak mampu bergerak sedikit pun, nafasnya memburu, kepalan tangannya semakin kuat.

Orang itu melepaskan cengkramannya di bahu Alisha. Menepuk kedua pipi Alisha dengan kedua tangannya, lalu tertawa.

"Nikmati waktumu, perusak ," ucapnya. Lalu melangkah pergi meninggalkan Alisha sendiri di ruangan itu.

Ia terduduk, memeluk kedua lututnya. Air matanya tak tertahankan, Alisha benci menangis. Ia menutup erat mulutnya agar isakannya tak semakin kuat, dan tak terdengar oleh orang lain. Ia benci menjadi dirinya, ia benci situasi ini. Ini benci semua ini.

Tangisannya tak bertahan lama, ia menghapus air matanya. Tangannya masih terkepal erat, lalu duduk di kursi kebesarannya. Nafasnya masih tak beraturan, tapi tangannya sudah mengambil pulpen, menyalakan komputernya, berusaha memfokuskan pikirannya. Tapi pikirannya masih kalut, ia benci mengakui ini, tapi ia takut. Takut akan hal-hal yang terjadi di depan sana.

My Perfectionist Boss (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang