Maafkan atas typo dan antek-antek nya.
Enjoy it. Puter mulmed ya guys.
---MPB---
Author pov.
Hari minggu bukanlah jadwal Alisha pergi kemana-mana, hanya di rumah menghabiskan waktu mengecek laporan-laporan yang sudah selesai. Tak ada yang bisa di ajak mengobrol atau berbagi cerita. Hanya Gina yang bisa diajak bicara, tapi Gina tak berada disana.
Alisha adalah gadis malang sekalipun hidupnya terlihat sempurna. Benar-benar sempurna sehingga tanpa celah. Di rumah yang megah ini ia hanya sendirian, kesepian adalah temannya. Asisten rumah tangga tinggal di rumah yang berbeda walaupun masih satu lingkungan dengan rumahnya.
Alisha melangkahkan kakinya menuju dapur, terlihat makanan telah tersaji di atas meja makan. Terlalu banyak untuk ia habiskan sendirian. Ia duduk di salah satu kursi yang berada disana, menatap makanan-makanan itu tanpa minat. Meja panjang ini sangat sepi dan dingin. Ntah kapan terakhir kali perasaan hangat itu ada di dalam hatinya, Alisha bahkan tidak ingat.
Alisha tak tau sifat perfeksionisnya di wariskan dari siapa, tapi sifat dingin dan keras kepalanya di wariskan oleh lelaki tua bangka itu, Alisha tak pernah menyebutnya Ayah. Semenjak Alisha lahir, kehidupannya sangat sulit meski di limpahi kekayaan yang tak terkira.
Alisha tak pernah ingin menjadi kaya, asal bisa bersama ibunya maka semuanya akan baik-baik saja. Tapi semuanya tak semudah yang ia pikir. Banyak realita yang jauh dari ekspektasi semenjak ia kecil. Impian masa kecil bagi setiap anak tak pernah terwujud dalam hidup Alisha.
Ibunya adalah simpanan. Menjadi simpanan orang kaya tak semudah yang terlihat. Si tua bangka adalah mantan pacar ibunya saat masa sekolah, mereka bertemu kembali setelah tua bangka itu menikah dan mempunyai seorang anak.
Kehidupan kedua orang itu normal-normal saja layaknya laki-laki yang selingkuh dengan perempuan simpanan, dari Alisha lahir hingga beranjak remaja. Kehidupannya semakin rumit kala itu, Keluarga tua bangka dan keluarga istri sahnya tau jika ibu Alisha adalah simpanan, caci maki berdatangan. Dari keluarga itu bahkan dari tetangga, mereka semua membicarakan Ibu Alisha. Sampai suatu hari Alisha menemukan tubuh ibunya terbujur kaku di lantai dengan buih di mulutnya, terdapat sepucuk surat dan selembar foto Alisha ditangan ibunya yang terkepal dengan erat.
Alisha yang waktu itu hanya remaja biasa, menangis histeris di samping ibunya. Sampai asisten rumah tangga di rumah itu berdatangan ke dalam kamar ibunya. Mbok Suri bersusah payah menenangkan Alisha saat itu.
Semenjak kejadian itu, Alisha yang tadinya pendiam dan dingin menjadi lebih pendiam dan dingin lagi. Semenjak kejadian itu pula Alisha semakin membenci tua bangka itu.
"Non, kok makanannya di liatin aja ?" Suara Mbok Suri membuyarkan lamunan panjang Alisha.
Alisha menoleh, terlihat Mbok Suri tengah memperhatikannya. Alisha menggeleng pelan, lalu mulai menyuapkan makanan yang sudah dingin itu kedalam mulutnya. Hanya Mbok Suri lah yang Alisha izinkan untuk mengurus segala hal yang berkaitan dengan dirinya.
"Non, ada telepon," kata Mbok Suri.
"Dari siapa, Mbok ?" tanya Alisha. Dan hanya kepada Mbok Suri lah Alisha berbicara sedikit lembut, bahkan tidak kepada Gina.
"Bapak Non," katanya. Alisha menangkap keraguan dalam suaranya.
"Bilang saja sedang tidur," jawab Alisha. Mendorong sedikit piringnya, pertanda gadis itu sudah selesai. Padahal dia hanya memakan beberapa suap. Selera makannya hilang begitu saja.
Alisha berdiri, melangkah ke halaman belakang rumahnya, menatap dalam kolam renang itu. Seolah kolam renang itu mampu menenggelamkannya.
---MPB---
Aruna tengah duduk di ruang tamu kos-kosan itu, terdapat televisi disana. Biasanya anak kos lainnya akan berkumpul disana hanya untuk bergosip sembari menonton televisi.
Hari ini hanya beberapa orang, mungkin banyak yang pergi jalan-jalan atau pulang ke rumah masing-masing.
Aruna hanya duduk disini setelah ia sarapan pagi bersama teman kosnya.
"Eh Na, gimana kerjaan lo ? Seru gak ?" tanya Nadine. Teman satu kos Aruna. Aruna menggeleng.
"Ada serunya, ada enggaknya juga kak," jawab Aruna.
"Kenapa gitu ?" tanya Nadine lagi.
"Bosnya galak kak, dingin juga, terus perfeksionis lagi. Serem kak," jawab Aruna sembari bergidik. Nadine tertawa pelan.
"Hih serem ya. Tapi bosnya ganteng apa cantik ?" tanya Nadine lagi. Sepertinya benar-benar ingin tahu.
"Cantik kak," jawab Aruna lagi.
"Ciyee... suka yang cantik nih," goda Nadine dengan menaik turun kan alisnya, lalu mereka berdua tertawa.
Aruna sampai sekarang masih bingung kenapa seorang seperti Nadine bisa ngekos di tempat seperti ini. Karna dari yang terdengar dari anak kos lainnya, Nadine adalah anak dari orang paling kaya raya di kota ini.
"Na, jangan bengong dong." kata Nadine mengagetkan Aruna, sampai gadis itu terlonjak kaget.
"Mikirin bos lo itu atau mikirin gue nih ?" tanya Nadine, sekali lagi mencoba menggoda Aruna. Aruna tertawa.
"Pede banget sih kak," kata Aruna.
Jika di lihat dari segi manapun, Nadine adalah gadis yang sangat cantik. Mata indahnya, hidungnya yang mancung, bibir berwarna pinknya, semuanya terpahat sempurna dan indah.
"Gue tau. Lo mikirin gua ya," Tebak Nadine tiba-tiba. Aruna tertunduk malu, dia tertangkap basah memperhatikan Nadine, mungkin tanpa berkedip. Nadine tertawa dengan keras, eyesmile itu mampu memikat Aruna.
Aruna mengerjap.
Oh tuhan, apa yang aku pikirkan !
Pekiknya dalam hati.
Memperhatikan perempuan lain lebih dari untuk menggosipkannya, itu sudah tidak normal. Aruna menggeleng.
"Yaudah kak, aku ke kamar dulu ya." pamitnya. Aruna ingin berlama-lama, tapi begitu malu jika terus-menerus berada disana. Nadine mengangguk sembari tertawa kecil melihat pipi Aruna yang memerah walaupun tak kentara.
Aruna melangkah cepat menuju kemarnya yang berada di lantai dua, dia hampir saja terjatuh karna tak memperhatikan langkahnya. Tapi untungnya itu tak terjadi, karna jika terjadi maka malunya akan sampai diubun-ubunnya.
Aruna merebahkan tubuhnya di atas kasur, menatap langit-langit kamar. Ia menutup matanya berharap wajah Nadine muncul dalam banyangannya.
Tapi salah, bukan nadine yang muncul dalam bayangannya. Tapi bosnya yang dingin itu. Membuat moodnya menjadi turun seketika, ia menjadi jengkel dan kesal dalam satu waktu.
Kenapa harus bosnya yang dingin itu, ia sudah bersusah payah membayangkan Nadine. Tapi malah orang lain yang muncul.
Aruna berdiri, melangkah kearah jendela kamarnya. Menatap keluar mungkin bisa membuat otaknya menjadi lebih waras, karna belakangan bayangan bosnya yang perfeksionis itu sering kali menyelusup kadalam otaknya secara tiba-tiba. Padahal ia tak sedikitpun berniat memikirkan bosnya itu.
Tatapan bosnya saat di depan pintu itu masih menghantuinya, tapi sikap bosnya kemarin membuatnya begitu jengkel setengah mati walaupun hanya di pendam di dalam hati.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tubeco.-----------------
Hai hai guys.
Aku mau bilang apa ya ? 😂
Jadi bingung nih, tapi anggap aja ini hadiah karna kemarin tanggal lahirku. WkwkwkSemoga kalian menikmati.
Kritik dan saran dibutuhkan.
Terimakasih.Salam cinta,
Hotchocogirl.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfectionist Boss (GxG)
Fanfic[Completed] ---------------------------------------------------------- Bagaimana jika Bos mu adalah manusia yang sangat Perfeksionis ? wajahnya yang sangar bercampur dengan ekspresinya yang dingin, kau tak akan mampu menatap matanya walaupun hanya s...