Bab 3

3.6K 20 3
                                    

Ting..tong..

Jam menunjukan pukul tujuh tepat, itu tandanya bell masuk pelajaran pertama berbunyi. Ransi berlarian masuk ke dalam gerbang sekolah yang sudah hampir tertutup rapat.

“Ehhh tunggu-tunggu pak, pintunya jangan di tutup dulu,” teriak Ransi ke arah pak Ujang selaku satpam sekolah.

“Neng Ransi mah telat mulu, bapak bisa di marahi guru piket kalo ngizinin neng masuk saat bell telah berbunyi.”

Please pak kali ini aja.” Ransi memohon dengan wajah bebinar membuat pak Ujang terpanah seketika dan langsung membuka kembali pintu gerbang. Tanpa menunggu lama Ransi masuk dan berlarian menuju ke dalam kelas.

“Terimakasih pak Ujang yang ganteng,” jerit Ransi sambil berlarian dan tiba-tiba.

Brukk..

Tubuhnya tak sengaja menabrak seorang lelaki tinggi dengan seragam yang masih terlihat sangat baru.

“Maaf. Aku gak sengaja,” ucap Ransi, lelaki itu diam sambil memejmkan kedua mata menarik nafas dengan jarak yang cukup dekat dengan tubuh Ransi.

“Vanila. Aku suka wangi tubuhmu.” Ucapan tersebut sontak membuat Ransi menatap dalam, sementara lelaki tersebut melangkah pergi setelah mengucapkan perkataan itu.

“Siapa lelaki itu? Aku baru melihatnya di sekolah ini.” Ransi membatin dan melanjutkan langkahnya menuju ke dalam kelas.

Hari ini Rafan tidak menjemput beralaskan bahwa ada urusan yang harus diselesaikan di sekolah dan tak bisa menjemput Ransi. Alhasil gadis itu harus naik busway. Jika menjemput sekolah Rafan jarang melakukannya, tapi kalo mengantar pulang Rafan tak pernah absen dalam hal itu. Terlambat? Pasti terlambat jika Ransi pergi sekolah naik busway.

Ransi masuk ke dalam kelas dengan nafas yang ngos-ngossan akibat berlarian dari luar gerbang sekolah. Keberuntungan kali ini memihak padannya, karena guru pelajaran pertama belum memasuki kelas dan masih berada di kantor mengadakan rapat dadakan.

Pandangan Ransi tak lepas menatap lelaki yang duduk di belakang sudut kelas, lelaki yang tadi tak sengaja ditabraknya dan berkata, “ Vanila. Aku suka wangi tubuhmu.”

Tak mau ambil pusing Ransi duduk di kursinya sambil mengeluarkan beberapa buka di dalam tas.

Seorang gadis bertubuh seksi masuk ke dalam kelas bersama dengan lelaki yang tak berhenti membuat Ransi memandangnya.

“Ini kelas XII.2  kelas aku di sebelah jika ada sesuatau kamu bisa temui aku di kelas,” ujar lelaki tersebut yang samar-samar terdengar oleh Ransi.

“Baiklah Rafan, aku akan sering mengunjungi kelas mu,” balas gadis itu dan Rafan langsung melangkah menuju ke kelasnya tanpa menoleh ke arah Ransi.

“Apa-apaan Rafan, dia bilang ada urusan sekolah yang harus diselesaikan tapi nyatanya di pergi bersama perempuan yang entah sejak kapan menjadi murid di sekolah ini.” Ransi membatin sambil terus memandang gadis yang sedang mendaratkan bokongnya di kursi barisan ketiga.

“Arlan perempuan yang baru masuk tadi, sama lelaki yang duduk di pojok belakang, siapa mereka berdua?” tanya Ransi kepada ketua kelas yang duduk di bangku depan.

“Murid baru. Kenapa? ”

“Kagak cuma nanya doang.”

“Siwi baru itu cantik, tapi kamu tetap yang tercantik di sekolah ini,” goda Arlan sambil mengedipkan satu matanya ke arah Ransi.

“Ciye Arlan udah bisa gombal sekarang,” balas Ransi diiringi kekehan kecil, Arlan pin ikut terkekeh pelan.

SMA Galaxy adalah sekolah swasta yang elit dan berkelas, rata-rata murid yang bersekolah disana dari kalangan orang berada. Namun, ada sebagaian murid yang masuk karena jalur beasiswa dan Ransi termasuk dari salah satu siswi yang mendapatkan beasiswa setiap tahunnya karena memiliki IQ yang sangat tinggi bisa dikatakan jenius.

Hampir tiga tahun lamanya Ransi bersekolah di SMA Galaxy dan selama itu juga ia berhasil menutupi pekerjaannya dari murid serta guru di SMA tersebut, hanya Rafan yang mengetahui tentang pekerjaan yang di geluti kekasihnya itu.

*****

“Pergi! Jangan menggangguku!”

“Azalea aku mencintaimu dan sampai kapanpun akan terus seperti itu.”

“Aku tidak butuh cintamu. Kau adalah lelaki yang ku benci dan kau jugalah yang telah membuat kedua mataku buta.” Tangis Azalea pecah di depan pria yang selama ini selalu ada untuknya.

“Kamu harus percaya Azalea, bukan aku pelakunnya,” lirih pria tersebut.

Azalea mengetuk-ngetuk tongkat mengunakan tangan kanan sementara tangan kirinya meraba-raba dinding ia pun menyentuh gagang pintu dan membukanya lalu gadis itu masuk ke dalam rumah dengan sisa-sisa air mata kepedihan.

Azalea terduduk di sudut ruangan, ia menenggelamkan wajahnya ke lutut sambil mengingat peristiwa lima tahun yang lalu.

Jangan sentuh aku. Ku mohon!”

Lelaki berhoodie itu tersenyum licik dan terus mendekat ke arah Azalea. Malam yang sunyi hanya terdengar suara detak jarum jam yang terus berputar ditambah dengan gelapnya kamar tanpa setitik pun cahaya membuat Azalea tak bisa melihat siapa lelaki yang masuk ke dalam kamarnya.

Lelaki itu membuka masker yang menutupi sebagian wajahnya dan menarik Azalea ke atas kasur secara paksa.

“Jangan! Ku mohon jangan lakukan!” deraian air mata itu terus mengalir dengan begitu deras.

Perlahan lelaki yang telah duduk di atas kasur itu meraba leher Azalea dan membuka kancing baju yang dikenakan gadis itu. Satu per satu pun kancing terbuka secara sempurna dan melepaskan baju tersebut lalu melempar ke sembarang arah.

Dalaman yang digunakan Azalea pun telah terlepas, kemudian ia membuka semua bajunya dan langsung membaringkan tubuhnya ke atas tubuh Azalea, leher Azalea pun telah memerah akibat kecupan dan gigitan dari lelaki tersebut.

Air mata seolah saksi kejadian malam yang merenggut ke sucian gadis itu, bibirnya pun tak henti di lumat oleh bajingan yang terus menumpahkan hasrat nafsunya kepada Azalea.

dua jam berlalu, lelaki tersebut memakai kembali pakaiannya  dan juga masker, lalu baju Azalea pun ia pakaikan kembali seperti semula dengan paksa. Azalea hanya bisa menangis dan terduduk kaku di atas kasur.

“Siapa kau sebenarnya?” tanya Azalea lemah dengan pandangan menunduk ke arah bawah.

Lagi-lagi lelaki itu hanya tersenyum licik dan tak mengatakan satu kata pun.

“Apa maksud dari semua ini? Katakanlah, sehingga aku tak terlalu merasa hina dengan perbuatan bejatmu!”

Belum puas dua jam menodai Azalea, lelaki itu kembali mendekatkan bibirnya ke arah bibir Azalea dan menciumnya dengan kasar sehingga gadis itu berontak menahan rasa perih yang lagi-lagi menyayat ke dalam hati.

Setelah melepaskan ciuman, lelaki yang tak diketahui namanya itu memberikan sebuah kalung liontin berbentuk love ke dalam genggaman gadis berumur 15 tahun tersebut, Azalea yang merasa itu sebuah liontin berbentuk hati begitu terkejut.

“Tidak! Tidak mungkin itu kau!” jerit Azalea tak dapat mempercayai semua yang telah terjadi.

Lampu yang tak kunjung hidup membuat dirinya tak dapat melihat langsung siapa lelaki yang berada di dalam kamarnya saat itu.

Tak ingin berlama-lama, lelaki bertubuh tinggi itu melangkahkan kakinya ke arah jendela, dengan cepat Azalea menarik tangan lelaki tersebut.

“Bicaralah. Katakan sesuatu agar aku bisa percaya!”

Secara spontan lelaki tersebut mendorong tubuh Azalea hingga gadis itu terpental ke arah kaca berukuran besar dan suara pecahan kaca tersebut dapat terdengar dengan sangat nyaring.

Ahhhh! Mataku!” jerit Azalea sambil memegangi kedua matanya yang mengeluarkan banyak darah, sementara lelaki yang tadi bersamanya kini telah menghilang tanpa jejak.






Mohon kritik dan saran gaes..








EX-BITCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang