Bab 22

1.3K 22 0
                                    

DI MOHON BIJAK DALAM MEMBACA,  TERDAPAT ADEGAN 21++ DI BAWAH UMUR DILARANG MEMBACA..

Dua hari telah berlalu Ransi belum bisa mendapatkan sisa uang yang dijanjikan. Selama dua hari ia bekerja uang yag di dapatannya lagi-lagi raip tak tersisa di rampas sang bapak yang ingin berjudi dan membeli minuman keras.

Melihat kondisi keuangan Azalea yang beberapa hari ini menurun, sangat tidak mungkin bagi Ransi untuk menyusahkan sahabatnya itu. Ransi benar-benar membutuhkan keajaiban saat ini. Mungkin lebih baik jika Adzriel di penjara, akan tetapi sebagai adik Ransi tidak tega membiarkan abangnya terkurung di jeruji besi seperti yang pernah terjadi sebelumnya.

Gadis itu duduk di bangu taman sambil menangis memikiran nasib keluarganya yang tak henti-hentinya di landa cobaan berat.

Bagaiman aku bisa melalui ini semua. Apa yang harus aku lakukan, tidak mungkin aku membiarkan polisi menangkap bang Adzriel karena kasus tabrak lari. 15 juta itu jumlah uang yang sangat besar untuk ku dapatkan. Siapa yang dapat menolongu saat ini. Ransi sangat terpukul dan terus merintih pelan diiringi dengan isaknya.

“Aku bisa membantumu,” terdengar suara seseorang yang berdiri di hadapan Ransi.

Perlahan gadis itu mendongakkan kepalanya.

Mungkinkah itu Rafan?

“Gavin,” sebut Ransi pelan.

Gavin, yah memang benar itu adalah Gavin bukan Rafan.

“Jika kamu mau bermalam denganku, aku akan memberimu uang 15 juta bahkan aku bisa memberi lebih dari itu.”

Belakangan ini Gavin lebih suka duduk dan menghabiskan waktu di taman, tanpa sengaja ia mendengar rintihan Ransi dari balik pohon yang tumbuh tak jauh dari bangku taman.

“Baiklah aku terima tawaranmu.”

“Datanglah ke apartemenku nanti malam, aku akan menunggumu disana.”

*****

Jam menunjukan pukul delapan malam, Ransi masuk ke dalam apartemen elit dan megah. Gavin sudah memberitahu pasword apartemenya kepada Ransi. Tanpa mengetuk Ransi menekan tombol yang ada di samping pintu. Saat melangah ke dalam jantung Ransi berdegup kencag seolah terjadi perang di dalam sana.

Aku harus menerima tawaran Gavin, apapun itu akan aku lakukan demi keluargaku. Batin Ransi sambil melangkahkan kakinya ke dalam apartemen.

Mata Ransi tak berkedip melihat seisi apartemen di penuhi barang-barang mewah seperti lukisan yang di tafsir  ratusan juta, ada juga guci berukuran besar terletak di samping tangga belum lagi pas bunga yang pasti harganya mahal.

“Aroma vanila,” batin Ransi saat mencium aroma tersebut di dalam apartemen Gavin.

Ransi berjalan menuju pintu kamar yang sedikit terbuka, ia melangkah masuk dan melihat seorang lelaki berdiri sambil menatap ke luar jendela.

Gadis itu dengan sangat berhati-hati melangkah, tanpa sengaja tangannya menyengol gagang pintu yang langsung tertutup secara otomatis.

“Astaga! Pintu ini benar-benar membuatku terkejut,” ucapnya panik.

Lelaki yang tadinya memandang ke luar jendela kini menoleh ke arahnya.

Gavin menelan air liur terpesona melihat penampilan Ransi saat ini. Rambut yang di kuncir kuda, jeans pendek dengan kemeja lengan panjang berwarna abu-abu.

“Maaf. Apa aku mengejutkanmu.”

Gavin berjalan menghampiri Ransi, lalu mendorong pelan tubuh Ransi ke dinding dengan jarak yang begitu dekat, Gavin memejamkan matanya menghirup nafas di leher Ransi.

EX-BITCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang