Mendengar kenyataan pahit itu pastinya Rafan akan membenci diriku , tentu saja dia akan membenci perempuan hina ini. Tak pernah terbayang oleh ku jika tubuh ini dapat disentuh oleh ayah dari keasihku sendiri. Jalang, hina, kotor sebutan itu memang seharusnya terlontar dari mulut Rafan.
Aku duduk di bangku taman untuk menenangkan pikiran. Hembusan angin seolah mengajakku untuk berkencan diiringi dengan kicauan burung yang bertebaran. Sinar mentari yang silau membuat mataku tak begitu jelas melihat seseorang yang berdir tak jauh dari tempat dudukku. Samar-samar terlihat, seseorang memaki topi skate dengan melempar senyum ke arahku.
“Rafan?” sebutku tak percaya.
Saat aku menyebutkan namanya, Rafan mengambil duduk di sampingku.
Demi langit dan bulan, benarkah lelaki yang duduk disamping ku ini adalah Rafan?
“Ran,” panggilnya pelan. Tatapanku tak lepas menatap manik matanya.
Rafan menarik tubuhku semakin mendekat kearahnya.
Cup..
Kecupan lembut itu menyentuh keningku. Astaga apa yang harus aku lakukan sekarang. Rafan bertingkah seolah tak mengambarkan kekecewaan di raut wajahnya.
Setelah kecupan di kening yang ku rasa, Rafan menatap bibirku dan mengecupnya dengan penuh hasrat, aku pun membalas ciuman tersebut. Di menit selanjutnya Rafan melepaskan ciuman dan aku langsung menghirup oksigen yang benar-benar sangat ku butuhkan saat ini.
“Aku mencintaimu,” bisik Rafan tepat di telingaku.
Ini bukan pertama kalinya Rafan mengucapakan perkataan itu. Namun, entah mengapa kali ini hatiku berdetak kencang saat mendengar bisikannya.
“Kamu tidak marah padaku, Raf”
“Untuk apa aku marah padamu.”
“Aku dan papamu pernah...”
Belum sempat aku melanjutkan perkataan, Rafan mengarhakan jari telunjuknya ke bibirku.“Bukankah itu memang pekerjaanmu, suka tidak suka aku harus bisa menerimannya.”
Masih adakah pangeran berhati malaikat di kehidupan nyata? Tentu saja masih ada, pangeran itu adalah Rafan. Meski ia tahu semua kebenaran itu, Rafan tetap saja menerimaku apa adanya.
“Raf,”
“Aku mencintai Ransi Kirania, bukan tubuh ataupun kesempurnaannya. Jadi apapun yang terjadi aku akan tetap bertahan untuk cinta ini, Ran.”
Entah mengapa tetesan bening ini mengalir, perempuan sehina ku akan kan bersanding dengan pangeran bak negri dongeng.
Drtt....drtt..
“Sebentar Raf ada telpon masuk,” ucapku sambil mengambil hp di saku celana dan mengeser tobol hijau di layar ponsel.
“Selamat siang. Apa benar ini dengan mbak Ransi.”
Siapa yang menelpon menggunakan nomor tidak dikenal, suaranya pun sangat asing bagiku.
“Iya benar.”
“Mohon mbak segera datang ke kantor polisi.”
“Apa kantor polisi.”
“Ada apa, Ran?” tanya Rafan yang ikut terkejut saat aku menyebut ‘Kantor polisi’
“Saudara mbak yang bernama Adzriel sedang di tahan sekarang karena khasus pencurian.”
Tuhan bisakah sebentar saja aku beristirahat dari cobaan hidup ini. Apa lagi masalah yang di timbulkan bang Adzriel sekarang. Kantor polisi? Mencuri? Bagaimana bisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
EX-BITCH
Romance(SUDAH TERBIT SEBAGIAN CERITA AKAN DIHAPUS) Di Wattpad judul di ganti menjadi "Mantan Bitch! " CERITA DEWASA 21++ DIMOHON BIJAK DALAM MENGARTIKAN SETIAP PERKATAAN DIBAWAH UMUR SANGAT DILARANG UNTUK MEMBACA.