Aku melangkahkan kaki keluar dari rumah untuk berangkat ke sekolah hanya dengan berjalan kaki karena jaraknya tidak terlalu jauh, saat ini aku berada pada tingkat kelas 11 SMA.
.
.
"Sungguh membosankan" Racauku dalam hati ketika sedang berjalan, tidak baik mengeluh di saat seperti ini lebih baik fokus satu tujuan yaitu sampai di sekolah daripada memperhatikan orang yang tidak dikenal. Tapi tetap saja itu membuatku risih melihatnya karena aku benci!
"Orang hanya bisa tersenyum dan melupakan masalahnya dalam sekejap bahkan tidak merasa bersalah" . Sedikit mengangkat bibir untuk tersenyum melihat ramainya orang yang berlalu lalang sedang berjalan.
Butuh waktu sekitar 15 menit aku berjalan dan sekarang sudah sampai di sekolah, ini masih pagi pukul 06.15 belum banyak siswa yang datang. Aku berjalan menuju kelas setelah sampai aku duduk di kursi dan membuka buku novel untuk dibaca.
"Hey Luna" - Dian beserta Fina dan Lia yang mengikutinya
"Hey Juga" - Jawabku
"Kamu tahu gak?" Tanya Fina
"Gak" Dengan santai aku menjawab, "Sungguh sangat tidak penting sudah tahu tidak masih saja bertanya" Lanjutku dalam hati
"Sinis amat, malesin deh" - Ucap mereka lalu pergi meninggalkanku
"Lagi dan lagi semua orang hanya bisa meninggalkanku tanpa bertanya bagaimana perasaanku saat ini". Innerku dalam hati
Aku melanjutkan membaca novel sambil menunggu bel masuk sekolah, samar-samar aku mendengar orang berbicara dengan lantang sehingga masuk indera pendengaranku
"Ku dengar hari ini kelas kita kedatangan murid baru"
"Iya, menurut rumor dia sangat tampan"
"Katanya dia pindahan dari Luar Negeri"
"Wah aku sangat tidak sabar untuk melihatnya"
Tidak lama kemudian bel berbunyi, semua siswa dengan tergesa menduduki tempat duduknya masing-masing.
"Selamat pagi anak-anak" - Ucap Pak Dirman
"Pagiii" - Semua murid
"Hari ini kita kedangan murid baru dari London, silahkan perkenalkan dirimu Jyani" - Pak Dirman
"Perkenalkan nama saya Jyani pindahan dari London tapi saya asli orang sini, salam kenal semuanya" - Jyani tersenyum sambil melihat lihat teman barunya.
"Tampan sekali"
"Berati di London hanya mengikuti study saja"
"Apakah kamu sudah punya pacar?"
"Minta nomor mu dong"
"Sini duduk denganku"
Telingaku terasa akan copot mendengarkan kekaguman yang di sampaikan teman-teman, masa bodoh dengan yang mereka ucapakan aku tidak peduli. Tapi sedikit penasaran juga dengan wajahnya karena kelas seketika menjadi heboh dan bising akhirnya aku mendongakkan kepala untuk melihat.
Tak sengaja pandanganku bertemu dengannya, aku hanya menatap dingin dan acuh tapi dia memberiku senyuman manis dengan segera aku memalingkan wajahku.
"Sekarang kamu duduk di...(sambil melihat-lihat kursi yang kosong) sebelah Luna saja di belakang"
"Baiklah" Dia berjalan menghampiri tempat yang berada disebelahku
"Hey" Sapanya dengan senyum itu lagi!
KAMU SEDANG MEMBACA
Every One Has Their Own Happines ✔ |HIATUS|
NonfiksiBagaikan tangan yang teriris, mengeluarkan banyak darah sehingga luka itu ada datang tanpa permisi. Dengan cepat kau membasahi tanganku dengan air, perih yang aku rasakan mendesir sampai ke hati. Mungkin kau pada awalnya berniat baik untuk menolongk...