•01. Sempurna -A•

41.6K 1.7K 41
                                    

"Bagiku, sempurna itu saat ada aku, kamu, dan anak-anak kita. Itu kesempurnaan yang tak terbatas."

-Barrabas Mahesa-

-Barrabas Mahesa-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°°°°°°°°

Barra dan Killa merasa kehidupannya sangat bahagia, sungguh.

Mereka mempunyai pasangan, anak, dan orang tua. Meskipun bukan orang tua kandung, Killa menyayangi orang tua Barra selayaknya orang tuanya sendiri. Hidup mereka benar-benar sempurna. Barra tidak tahu kelakuan baik mana yang membuat dia mendapatkan semua itu dari Tuhan. Barra bersyukur, amat bersyukur. Setiap harinya Barra mencoba melakukan hal baik, seperti apa yang Killa katakan. Barra sayang sekali pada Killa. Sayang juga kepada anak-anaknya.

Dua tahun yang lalu, Barra tidak pernah berpikiran akan mempunyai anak lebih dari satu, seperti sekarang ini. Tuhan memang Maha Baik. Barra langsung diberi tiga anak sekaligus dalam waktu satu tahun.

Mau tidak mau, kehidupan Barra berubah pelan-pelan ke arah yang lebih baik. Apalagi, setelah Barra mepunyai anak perempuan. Jujur, Barra takut anaknya nanti saat tumbuh dewasa akan bertemu dengan laki-laki berengsek seperti dirinya. Barra tidak mau. Makanya, Barra tobat. Entah, bisa dikatakan tobat atau belum. Yang jelas, perilaku negatif Barra dari hari ke hari semakin berkurang.

Kata Killa, ada kepercayaan oleh beberapa orang entah itu hanya mitos atau bukan, kalau punya anak perempuan biasanya ayahnya bandel atau nakal, suka genit sama cewek. Oke, Barra tidak akan mengelak di kalimat terakhir itu.

Sumpah, setiap kali Killa mengatakan hal seperti itu, Barra merinding. Tidak rela. Dan menyesal.

"Barr, mikirin apa, sih?"
Killa berjalan mendekat ke tempat di mana Barra duduk di kursi dapur. Perempuan itu akhirnya memilih duduk di samping Barra, menyandarkan kepala di bahu suaminya.

"Rere sama Al baru aja tidur."

Ya, anak mereka kembar. Laki-laki dan perempuan.

PEREMPUAN!

Barra masih tidak menyangka.

"Kasihan Heksa deh, Barr. Sekolahnya jauh." Tangan Killa seraya mengusap lembut bahu Barra. Kalau Killa sudah mulai mengusap-usap bahu Barra, pasti ada maunya. "Emang rumah yang lagi dibangun itu masih lama, ya, jadinya?"

Barra sedang membangun rumah sejak satu tahun yang lalu. Bangunnya sengaja pelan-pelan. Rumahnya 3x lipat lebih besar dari yang mereka tinggali sekarang ini. Untuk apa?Untuk rumah anak-anak mereka nanti. Lagipula, itu rumah juga murni hasil kerja keras Barra. Tanpa ada bantuan dari Atta. Ya, Barra sedang mengurangi kebiasaan apa-apa minta uang orang tua. Barra mau belajar mandiri. Menafkahi istri dan anaknya hasil dari keringat sendiri.

All Out of Love 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang