w

19 2 1
                                    

"gue lapar tolong belikan makanan dong?" wajar dari tadi siang Yana memang belum makan

"siap princess " Satria bergegas keluar cari makanan.

Tidak jauh dari komplek rumah sakit hanya belok kanan kemudian mengambil beberapa langkah terdapat sebuah rumah makan sederhana dengan menu yang istimewa. Bau rumah sakit yang masih melekat dalam hidung satria posisinya tergantikan oleh aroma nikmat makanan yang memaksa Satria menelan ludahnya sendiri. Dua porsi nasi goreng dengan harga lima puluh ribu rupiah Satria bawa kembali ke rumah sakit. Dengan perasaan senang bercampur lapar Satria mempercepat langkahnya, kurang dari sepuluh menit Satria telah sampai pada kamar inap Yana.

Satria tak mampu mendeskripsikan perasaannya kala sepasang mata cokelatnya melihat sebuah pemandangan yang seharusnya tidak dia saksikan. Yana, yang satria harap akan dia temani makan malam ternyata sedang asiknya menikmati waktu bersama Anhar. Bahu kekar Satria terjatuh tergantung, kakinya seakan tak mampu lagi menopang bobotnya, perasaannya hancur, lantas meletakkan makanan itu disebuah meja lalu pergi meninggalkan Yana dan Anhar tanpa sepatah katapun. raut wajahnya sudah lebih dari cukup untuk sekedar kata-kata yang bisa menggambarkan situasi

Satria masih mencerna apa yang barusan ia lihat saat sedang melewati lorong-lorong rumah sakit, tak mampu untuk berlama-lama dengan suasana yang menyiksa itu satria bergegas menuju tempat king diparkiran. King dipaksa menembus gelap malam. keluar dari komplek rumah sakit, Satria memaksa king Berkeliling menikmati suasana yang mulai sepi seiring malam yang bertambah larut.

Sengaja untuk tidak terlalu memacu king, lagian juga jalanan licin karena rintik sedang menyapa. Bias rintik terlihat jelas karena terang lampu king, sembari memikirkan apa yang terjadi barusan, Satria melihat kiri kanan siapa tau ada kafe atau sekedar warkop yang masih buka jam segini. perihal masalah itu mungkin Yana juga tidak mutlak salah karena memang dia sudah lapar, tapikan setidaknya tidak usah terlalu berlebihan dalam merespon Anhar. Tapi yaudalah kan semuanya juga udah terjadi.

Lampu sen kiri Satria telah menandakan akan berhenti. Sebuah warkop yang tidak terlalu ramai jadi rumah sementara yang pas untuk sekedar singgah merakit kembali hati yang hancur lebur lantaran pandangan mata yang terlalu kejam. King dibiarkan istrahat bersama dingin malam dengan miniatur gitar sebagai gantung kunci masih setia menanti meskipun selalu digantungin. Satria memesan secangkir expreso yang pahitnya tak kalah pahit dengan perasaannya saat ini. "telanjur pahit" pikir Satria. Aplikasi adalah teman yang pantas untuk diajak bercanda disaat kondisi yang hambar tanpa ambisi. Tidak ada yang spesial dari aplikasi, hanya saja dia lebih paham arti menenangkan dan selalu berusaha memenangkan hati yang terusan patah dan kalah ini. scroll, back, lalu tutup, tidak ada yang istimewa, sebuah siklus yang tercipta tanpa awal. Rasanya tidak enak meninggalkan rasa pahit dalam lidah tanpa kepulan asap yang keluar dari mulut, sebungkus sumber asap berwarna merah denga tulisan surya pro terasa asik jadi pengganti aplikasi. Kepulan asap keluar tak henti dari mulut dan hidung Satria, sangat menikmati, wajah menghadap pada langit² warkop, terlihat gambar rancu disana, tidak jelas, abstrak, tanpa arti, mungkin sama seperti hati dan perasaannya.

Setelah puas menikmati galau yang sebenarnya berlebihan, Satria memutuskan untuk pulang ke kosannya, tak lupa membawa sisa² pikirannya yang masih berantakan, sebuah kantong kresek ia gunakan untuk membungkusnya.

••••••

Hari telah berganti, semoga yang kemarin tidak sesuai harapan juga berganti. sedikit do'a yang terucap lemah dari dasar hati yang tulus.

Secangkir kopi hitam, sebungkus rokok, beberap buku dan sebuah pena terhampar tak karuan dalam kamar kosannya, entah sedari kapan Satria memulai kebiasaan ini. Sebelum berangkat sekolah, hanya sarapan kepahitan kopi dan kepulan asap, Satria sempatkan diri untuk menemui Yana dirumah sakit, masakan ala anak kos yang harapannya bisa medamaikan dua hati yang saling mencintai dalam diam ini pun jadi kado spesial untuk yana pagi ini.

•••••

" pagi yan..." sapa Satria

Yana masih stengah dasar dari tidurnya.

"llo sat" dengan jarum infus masih mencap di pergelangannya, Yana minta tos

Yana.....,Yana......, sejak kapan seorang Yana yang terbaring lemah, tidak merasa bersalah sama sekali dengan situasi semalam, sok tegar dengan penyakitnya. Dasar goblkk. Satria tertawa abstrak.

"apa kabar lo?" tanya satria sok sungkan

"gue udah baikan kok"

suasana hening sesaat

"btw gue minta maaf soal semalam, gue benar-benar nggak sengaja dan nggak mau cuman si Anhar aja yang sok care dan perhatian gitu tapi akunya nggak kok, maafin yaa" sembari mengangkat tantangannya dengan jari membentuk huru v

"nggak kok, semalam gue cuman buru-buru aja ada hal mendesak" ucap satria

" ohhh ya.. Yan, gue sekolah dulu ya..
takut telat soalnya" Satria berbalik badan

" Hati-hati Sattt" teriak Yana kala nadan Satria telah tertelan dinding kamar rumah sakit

jadi kangen gue dengan suasan sekolah, teman, guru, kantin dan fisika yang buat rambut rontok. Yana termangu

Tidak semua cinta itu indah, dan tidak semua jatuh itu sakit. Jatuh cinta memang indah tapi terkadang menyakitkan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SATRIANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang