DUA

1.5K 274 64
                                    

Prasetya.

Rae senyum-senyum sendiri setiap nama itu melintas di benaknya. Terbayang sosok lelaki dengan senyuman sexy, tatapan mata jenaka, sedikit menggoda, dan jabat tangan yang mantap. Hatinya bergetar bagai kesetrum kabel setrika yang kebuka lilitan pelindungnya. Awalnya Rae hanya terpesona, namun rasa itu segera berubah ketika malamnya dia mendapat sebuah pesan. Dari Prasetya tentu saja. Isinya sederhana, tetapi membuat hati Rae berbunga-bunga.

"Hai Raecikal. Ini Prasetya yang tadi siang. Cuma mau bilang, selamat malam, tidur yang nyenyak".

Rae langsung melayang ke langit ke tujuh. Seumur-umur belom ada satupun lelaki yang yang mengucapkan selamat tidur kepadanya kecuali mendiang bapaknya tentu saja. Tapi cara bapaknya dulu menyuruh jelas beda dari Prasetya. Versi bapaknya adalah,

"Tidur, Rae! Jangan begadang wae. Berhenti main komputer, matiin lampunya. Boros listrik! Dikira listrik rumah ini punya Sailormoon, bisa pakai tenaga bulan?!"

Dan biasanya Rae akan menjawab,

"Salah Pak, listrik rumah kita ga pakai tenaga bulan tapi pakai tenaga gas! Gas dari perut Bapak!"

Sudah jadi rahasia se-RT kalau mendiang bapaknya dulu memang terkenal suka kentut kapanpun dan di manapun.

Jadi, sangatlah wajar kalau pesan selamat malam dari Prasetya membuat Rae tidak bisa berhenti tersenyum. Bahkan baru saja dia mendapat sebuah pesan lagi.

"Jangan tidur kemalaman, Rae, nanti sakit."

Rae langsung menutup mukanya dengan bantal sambil menghentak-hentakkan kakinya ke kasur.

Sebuah pesan kembali masuk.

Dari Prasetya lagikah...

Bukan.

Dari ibunya yang kamarnya di lantai satu, tepat di bawah kamarnya.

"Jangan lonjak-lonjak! Ibu kira ada gempa!"

~*~

Keesokan harinya, Rae bangun dengan hati gembira. Matahari serasa bersinar cerah, secerah hatinya yang penuh bunga. Bahkan omelan ibunya tentang suara gludak gluduk dari kamarnya semalam, terdengar merdu di telinga.

"Kamu kenapa?" tanya Ibu Sastro ketika melihat anak perempuannya menyuap nasi uduk sambil tersenyum-senyum senang. Biasanya Rae akan makan sarapannya dengan malas-malasan.

"Kenapa apanya?" Rae balik bertanya seraya tak lupa tersenyum lebar.

"Ck..." berdecak, Ibu sastro mendekat, menempelkan tangannya ke jidat Rae, "ga panas. Ga demam, kenapa kamu senyum-senyum tidak jelas?"

"Umph...kasih tahu nggaaaak yaaaa?"

Jawaban Rae langsung membuat ibunya begidik.

"Sudah sana berangkat kerja! Malah bikin merinding disko kamu ini."

Masih sambil tersenyum lebar, Rae mengerutkan kening.

Merinding disko? Kenapa juga mesti merinding disko? Salah ya kalau bangun pagi dengan gembira ria syalala lala?

"Sudah, malah mikir sambil plengah plengeh ndak jelas! Berangkat sana, lama-lama ibu bisa migrain lihat kamu pagi-pagi sudah kayak gini."

Baru juga Ibu Sastro menutup mulut, tiba-tiba terdengar suara dari rumah Pak RT yang bersebelahan dengan rumahnya. Suara Pak RT nyanyi sambil memandikan ayam jago.

"Setan apa yang merasukimu, hingga kau tega mengkhianatiku yang tulus mencintai..."

Ibu Sastro langsung menunjuk ke wajah Rae.

BUCINLICIOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang