EMPAT

2K 251 60
                                    

Rae menang tentu saja.

Mereka berdua berakhir di mobil Gading menuju ke rumah sakit.

"Sakit apa, Rum?" tanya Gading seraya matanya tidak lepas dari jalanan yang cukup padat.

Ningrum yang memilih duduk sendirian di belakang, menoleh, tidak menyangka akan mendapat pertanyaan.

"Sakit biasa," jawabnya cepat.
Rae yang duduk di depan, sebelah Gading, melirik sepupunya dari kaca dashboard. Dan Rumi langsung melotot, memberi tanda agar sepupunya itu diam. Namun ternyata tanda tidak digubris.

"Dia kena infeksi saluran..."

"Rae, nanti makan siang apa kita?" cepat, Ningrum memotong ucapan sepupunya. Dia segera menulis pesan kepada sepupuya via WA.

"Ningrum, kita mau ke dokter kalau-kalau kamu lupa...kenapa jadi makan siang sih. Jadi Mas Gading, Ningrum itu sakit..." ucapan Rae kembali terpotong. Kali ini oleh sebuah pesan WA. Pesan singkat dari Ningrum.

"JANGAN!"

Rae menatap pesan itu lalu menoleh ke belakang dan mendapati sepupunya membuat gerakan dengan bibirnya, tanpa suara.

"JANGAN BERANI-BERANI!"

Rae berani namun melihat kesungguhan di mata Ningrum, dia sadar melawan sepupunya kali ini bukanlah ide yang baik. Diliriknya Gading yang tampak tenang menyetir dan menyadari lelaki itu sebenarnya tidak terlalu peduli. Mungkin saja dia bertanya hanya untuk basa-basi belaka. Lalu sebuah kesadaran yang aneh muncul di benak Rae, membuat matanya langsung melotot. Cepat, dia membalikkan badan, kembali menatap sepupunya.

Jangan-jangan, Ningrum...

"Apa?" hardik Ningrum setengah berbisik ketika melihat Rae melotot menatapnya.

Alih-alih menjawab, Rae buru-buru menjawab melalui pesan WA.

"Rum, kamu cinta bertepuk sebelah tangan ya sama Mas Gading?"

Dan reaksi Ningrum ketika membaca pesan itu sungguh mengagetkan. Gadis itu spontan berteriak.

"SEMBARANGAN! KAYAK GA ADA LAKI-LAKI LAIN SAJA!"

Gading menoleh kaget, lelaki itu langsung menatap Ningrum dari kaca dashboard.

"Ada apa, ya?" tanyanya bingung.
Menatap tepat di mata Ningrum yang berapi-api, Rae tahu dugaannya dia benar.

Jelas, Ningrum memang punya rasa dengan Mas Gading.

~*~

Ningrum kesal, marah lebih tepatnya. Dia mendiamkan Rae, bahkan setelah mereka kembali ke rumah. Bahkan setelah hari berganti. Dan itu membuat Rae semakin curiga. Ningrum itu ga jelas, suka ngawur, dan sering bikin kesal juga, tetapi menyimpan kekesalan lebih dari satu kali rotasi bumi?  Sungguh bukan Ningrum sekali. Dan itu hanya semakin menegaskan bahwa sepupunya itu memang memiliki sesuatu kepada Mas Gading. Sungguh aneh Ningrum bisa setidak suka itu tanpa alasan.

Akhirnya dia memutuskan untuk menunggu satu kali waktu rotasi bumi lagi sebelum lapor pak RT, karena segala sesuatu yang lebih dari 2x24 jam harus dilaporkan kepada pak RT. Rae kemudian kembali fokus dengan pekerjaannya namun matanya kembali melirik ke layar ponsel untuk kesekian kali. Sejak membatalkan piknik mereka kemarin, Prasetya belum juga menghubunginya. Pesan Rae pun belum dijawab.

Mungkin dia memang benar-benar sibuk dengan pekerjaan.

Menyingkirkan pikiran tentang Prasetya dari benaknya, Rae pun tenggelam dalam pekerjaannya. Saking tenggelamnya sampai-sampai dia tidak menyadari kehadiran Pak Paksi. Lelaki itu berdiri di depan mejanya tanpa mengatakan apapun. Apalagi Rae memakai earphone di salah satu telinganya, yang sebenarnya tidak boleh dan tidak akan dia lakukan kalau saja dia tahu bosnya sudah berada di kantor. Sedari pagi Pak Paksi keluar untuk bertemu klien dan menyelesaikan beberapa urusan dan Rae berpikir lelaki itu baru akan kembali paling tidak setelah jam makan siang. Ternyata dia salah.

BUCINLICIOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang