Benar seperti dugaannya, Prasetya sudah menunggu di lobby, duduk di salah satu dari banyak sofa empuk yang tersebar di sana. Dengan senyuman lebar Rae mendekat. Namun ketika semakin dekat, langkahnya melambat ketika seorang wanita datang dari arah yang berlawanan, mendekati Prasetya dan duduk di sebelah lelaki itu. Kening Rae spontan berkerut ketika bagaimana kedua manusia itu berinteraksi. Akrab. Sangat akrab.
Terlalu akrab!
Ada sedikit rasa tidak nyaman menyusup di perutnya ketika melihat si wanita bergelayut manja di bahu Prasetya. Bahkan tanpa sungkan, mereka berdua saling cipika cipiki sebelum berpisah, si wanita pergi meninggalkan Prasetya yang tersenyum lebar sambil melambaikan tangan.
"Hayoloh, melamun sambil jalan. Nabrak baru tahu rasa kamu!"
Rae menoleh kaget dan menemukan Sasi, sesama sekretaris di kantornya. Sasi adalah sekretaris Pak Kuwat, rekan kerja Pak Paksi.
"Eh Sasi. Baru turun makan?"
"Iya. Kata Pak Kirman kakimu terkilir? Gimana?"
Spontan Rae memutar bola matanya. Pak Kirman ini selain pintar memijat juga adalah seorang lamtur versi bapak-bapak di kantor. Tidak ada hal yang dia tidak tahu dan tidak dia sebarkan.
"Sudah gapapa, thanks. Eh, udah yak, aku ditungguin," jawab Rae seraya tersenyum dan mempercepat langkahnya.
"Sorry, ada sedikit masalah. Lama yang nunggunya?"
Prasetya yang sedang menatap layar ponselnya mendongak dan segera bangkit ketika melihat Rae yang sudah berada di hadapannya.
"Hei, santai saja. Aku ngerti kok gimana kerjaan asisten," jawab lelaki itu seraya tersenyum lebar.
Aaaah, senyumnyaaaaa...
Rae tertegun sejenak sebelum kemudian membalas dengan senyuman terlebar yang dia punya.
Terima kasih Tuhan, benar-benar terima kasih.
~*~
Sabtu yang ditunggu akhirnya tiba juga. Tidak seperti biasanya, kali ini Rae bangun pagi sekali. Bahkan lebih pagi dari ibunya. Dan itu sangat mengherankan tentunya. Ibunya yang tidak menyangka si anak gadis akan bangun sepagi itu di hari Sabtu sampai ketakutan ketika mendengar suara orang bersiul-siul di dapur. Dia bahkan sudah membawa kunci inggris milik mendiang suaminya di tangan kanan dan terompah kayu miliknya di tangan kiri. Dan betapa kagetnya wanita itu ketika menemukan Rae sedang sibuk entah membuat apa di dapur.
Mendekat, dia mentowel-towel perut anaknya.
"Siapa kamu? Di mana anakku?"
"Iihh, apaan sih, Bu! Crispy aah guyonannya," jawab Rae seraya bergeser, sedikit menjauh dari tempat ibunya berdiri. Siapa yang tahu kalau awalnya towelan nanti berubah jadi cubitan.
"Kerasukan apa kamu pagi-pagi sudah nguplek di dapur?"
Bukannya menjawab, Rae malah tersenyum, tersipu-sipu.
"Wooo, bocah ra dong, ditanya malah cengengesan. Bikin apa itu?"
"Aku bikin kimbap ini lhoo."
"Apa kebab? Ngapain kamu pagi-pagi bikin kebab? Tunggu, jangan bilang kamu ngidam dan..."
"Ibuuuu ah...serba salah, deh. Bangun siang diomelin, bangun pagi dicurigai."
"Ya kamu aneh. Ga ada angin, ga ada hujan, tiba-tiba bangun pagi terus masak di dapur. Sebagai ibu yang normal tentu saja harus curiga. Mana mendadak bikin kebab, apa coba kalau ga ngidam itu namanya? Jujur sama Ibu, sama siapa?"

KAMU SEDANG MEMBACA
BUCINLICIOUS
Genel KurguMari berkenalana dengan Raecikal Lestari. Wanita lajang berusia 32 tahun. Bersama dengan sepupunya, Ningrum Pujiastuti, dia kemudian membuat tekad : menikah segera! Ternyata memang benar kata pepatah, di mana ada kemauan, di situ ada jalan. Setelah...