×2

34 7 2
                                    

Two days later..

"Grace-" sapaan Lia berhenti saat ia melihat gadis yang tepuk pundaknya bukanlah sahabatnya.

"Oh.. Gia, Sorry. Apa kau tidak melihat Grace disini?" Tanya Lia.

"Grace? Bukankah sudah dua hari ia tidak masuk?" Gia bertanya kembali pada Lia.

"Ya.. Apa kau pernah melihatnya sebelum dia tidak masuk sekolah?" Tanya Lia, Gia mencoba mengingat.

"Ah.. Iya! Aku melihatnya dua hari yang lalu, dia pergi bersama Tiffany dan teman - temannya" jawab Gia.

"Apa kau tau mereka pergi kemana?" Tanya Lia lagi.

"No.. I'm sorry, aku tak melihat mereka lagi setelah itu" jawab Gia dengan nada menyesal.

Tiba - tiba Lia terlonjak kaget saat ada tangan yang menepuk pundaknya.

"Hey.. Apa kau melihat gadis kecilku?" Tanya Jacob, ya dia yang menepuk pundak Lia.

"Baru saja aku ingin mencarinya" jawab Lia menatap Jacob datar. Sedangkan Gia? Dia menatap Jacob dengan tatapan memuja dan berbinar. Ck, dasar!

"Baiklah.. Aku ikut denganmu" ucap Jacob. Mereka berdua berjalan beriringan melewati lorong - lorong sekolah.

"Hey.. Jacob! Pelatih memanggil kita, cepat!" Ucap salah satu teman Jacob sesama pemain basket.

"Ya baiklah, kau pergilah dulu. Aku menyusul. Lia, bisa kau mencarinya untukku?" Ucap Jacob diangguki oleh Lia.

"Pergilah.." Lia melanjutkan perjalanannya tanpa Jacob. Entah kenapa kakinya berjalan dengan sendirinya menuju gudang yang berada dibelakang gedung sekolahnya.

Lia menatap pintu gudang itu penasaran, dia membuka pintu itu perlahan. Matanya membulat sempurna saat melihat apa yang ada dalam gudang tersebut. Tanpa adanya perintah, air matanya meluncur deras bagaikan aliran sungai. Ia terisak.

"Gracie.." Hanya kata itu yang dapat ia keluarkan dari mulutnya. Disana ia melihat Grace, sahabatnya, saudarinya, sudah tidak bernyawa lagi. Dengan baju yang sudah sobek dimana - mana, tangannya yang telah kehilangan kesepuluh jarinya begitu juga dengan jari kakinya, kepalanya yang telah tergeletak dilantai dengan mata yang masih terbuka.

"Gracie.. Siapa yang melakukan ini padamu?" Tanya Lia dengan suara parau sambil mengangkat kepala Grace yang ada dilantai. Dengan hati - hati, Lia mengambil jari - jari Grace yang berceceran. Dia memeluk tubuh Grace yang terduduk dikursi sambil terisak.

Lalu sebuah suara menyadarkannya, matanya melihat dengan waspada. Ia mempertajam pendengaran dan penglihatannya. Lalu dia melihat ada bayangan yang semakin mendekat kearahnya.

"Siapa disana?!" Lia mulai memberanikan dirinya untuk mendekati bayangan itu, dan terlihatlah tubuh seorang gadis yang ia kenal. Gadis itu menundukkan kepalanya.

"Lucy? Sedang apa kau disini?" Tanya Lia mendekati gadis itu.

"Bisa kau menceritakanku apa yang terjadi?" Tanya Lia lagi.

"Lia.. Mereka kejam sekali Lia, mereka membunuh Grace dengan cara yang tidak wajar" ucap gadis bernama Lucy itu dengan sesenggukan, kepalanya masih saja ia tundukkan.

"Mereka melakukan itu hanya karena Jacob lebih memilih Grace dari pada dia.." Lanjutnya.

"Dia? Dia siapa?" Tanya Lia.

"Ti-Tiffany.." Ucap Lucy mengecilkan suaranya, takut jika dia kan menerima penyiksaan dari mereka 'lagi'.

"Bagaimana kau bisa ada disini?" Tanya Lia.

"Aku tidak sengaja melihat Grace bersama dengan Tiffany dan teman - temannya.. Aku pikir Tiffany tak mungkin mengajak Grace bersamanya jika ia tidak memiliki suatu rencana jahat untuk menyingkirkan Grace, mengingat Tiffany yang sangat membenci Grace. Aku memutuskan untuk mengikuti mereka secara diam - diam, dan mereka membawa Grace kesini.. Aku bersembunyi dibalik lemari itu" ucap Lucy menunjuk sebuah lemari diujung ruangan.

"Lalu tanpa sengaja aku berteriak karena ada tikus yang lewat.. Mereka menarikku keluar dan menyiksaku, bahkan mereka dengan tega membuatku kehilangan salah satu mataku" lanjutnya sambil mengangkat kepalanya yang dari tadi tertunduk, dan terlihatlah lubang mata yang tidak memiliki mata itu. Lia terkejut dengan hal itu, Lucy menolehkan kepalanya kearah kanan. Lia pun mengikuti arah pandang Lucy, ia semakin terkejut dengan adanya bola matanya yang tergeletak begitu saja diatas lantai. Lucy menghampiri bola matanya dan mengambilnya.

"Mereka melakukan ini padaku karena aku sudah melihat mereka menyiksa Grace.. Aku sudah mengatakan pada mereka kalau aku tidak akan memberi tau kan ini pada siapapun, namun mereka tetap melakukan ini padaku" ucap Lucy menangis dengan mata sebelah.

"Bagaimana caranya kita mengeluarkan jasad Grace tanpa ada orang yang melihat kita Lia?" Tanya Lucy, Lia berpikir keras untuk hal itu. Tidak mungkin jika mereka keluar dengan Lucy yang memiliki mata sebelah dan ia membawa tubuh Grace yang sudah tidak bernyawa dengan keadaan dimutilasi seperti ini. Pasti banyak orang akan berpikiran macam - macam kepadanya, terutama Jacob.

"Kita harus menguburnya Lucy" ucap Lia mengambil sebuah karung didalam lemari. Dengan berat hati ia memasukkan semua bagian tubuh Grace kedalam karung itu.

"Grace maafkan aku.. Bahkan saat kau meninggalkan dunia ini, kau diperlakukan dengan tidak layak" ucap Lia mulai mengangkat karung itu.

"Lia.. Aku tau jalan menuju pemakaman kota, kita bisa menguburnya disana" ucap Lucy.

"Tunjukkan jalannya" ucap Lia diangguki oleh Lucy, Lucy memakai selehai kain berwarna hitam untuk menutupi lubang matanya.






Hai..
Maaf Update nya lama..
Semoga kalian gak muntah, see you..

Awas dibelakang!

They are PsycopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang