Hening. sepi. sunyi. setidaknya itulah yang di rasakan mas Damar, ia terbangun meski mata masih terkantuk-kantuk. di lihatlah kesana-kemari, ia baru ingat, ia baru saja terlelap di atas ranjang rumah seseorang.
seorang wanita tua yang menawarkan rumahnya.
di carinya mas Erik namun tidak di temukan kawan seperjalananya ini.
maka, dengan tatapan kebingungan sekaligus penasaran, kemana semua orang pergi. mas Damar, mencoba memanggil-manggil mas Erik, namun tak kunjung ada jawaban, begitu juga dengan wanita tua itu.
dengan keadaan masih linglung, ia melihat kondisinya, ukuran Tes*isnya belum normal, namun jauh lebih baik di bandingkan beberapa saat yang lalu.
mas Damar berdiam diri sebentar, di lihatnya langit-langit dari teras rumah, masih gelap. ucapnya dalam hati. artinya, 1 malam-
belum terlewati.
mas Damar pun kembali masuk ke rumah yang lebih terlihat seperti gubuk itu. sampai, ia merasa penasaran dengan ruangan dalam milik si wanita tua itu.
dengan perlahan, mas Damar mendekat.
di dalam rumah, mas Damar mencium bebauan yang familiar, rupanya itu adalah bau dari daun sirih yang di gunakan wanita tua itu. bagaimana mas Damar tau bebauan itu, karena rupanya, mas Damar sudah sering menciumnya di rumah mbh buyutnya yang juga menggnakan itu tuk pembersih gigi
tangan mas Damar cekatan memeriksa rumah itu. meski tidak sopan, rasa penasaran mas Damar begitu besar, matanya sibuk mengawasi ini itu, sampai, pandanganya menangkap sebuah kotak dengan ukiran majapala, sebuah ukiran khas jawa, mas Damar pun, mendekat.
pelan, pelan, pelan.
rupanya, kotak itu tidak di kunci, dengan leluasa mas Damar pun mengangkatnya, namun, perasaan mas Damar mendadak tidak enak, bebauan yang awalnya di dominasi bebauan daun sirih tiba-tiba lenyap begitu saja, berganti menjadi bebauan seperti kentang atau umbi kayu yang di bakar
semua orang tau, bebauan itu bebauan apa. biasanya, ketika mencium bebauan lenguh seperti itu maka artinya, tidak jauh dari tempatmu berdiri, ada makhluk familiar yang sudah terkenal sedang mengawasimu. pocong.
namun, mas Damar belum tahu akan hal ini, ia nekat membuka kotak itu
begitu kotak di buka, mas Damar menatap heran, karena yang ia lihat hanya tumpukan pakaian bernuansa warna putih, tertumpuk berantakan begitu saja, maka mas Damar bersiap menutupnya lagi, namun, tiba-tiba dia curiga dengan pakaian itu.
di ambilah satu helai pakaian.
dan ketika pakaian itu terangkat di tanganya, ia memeriksa dengan seksama, sampai ia yakin dan menatap ngeri pakaian itu. rupanya itu adalah kain kafan yang sudah di ikat sedemikian rupa, membentuk sampul untuk mebungkus mayit.
mas Damar sontak melempar pakaian itu begitu saja.
tiba-tiba, ketika mas Damar bersiap untuk pergi dari tempat itu, matanya tercekat, menatap sosok yang tengah berdiri tepat di depanya. matanya hitam dan wujudnya sangat mengerikan.
kini ada sosok pocong tengah berdiri tepat di depanya.
ingin segera pergi, namun kaki mas Damar malah kaku tak mau di gerakkan, sementara si pocong masih berdiri memandanginya.
bila ada satu permintaan yang bisa mas Damar minta, mungkin ia akan meminta untuk jatuh pingsan. sungguh, peristiwa itu benar-benar peristiwa tak terlupakan
di situlah, akhirnya mas Damar mendengar suaranya.
lirih, namun membuat bulukuduk berdiri, si pocong mengatakanya. "tali pocong" "tali pocong"
mas Damar masih mematung, ketakutan benar-benar mengeraskan syarafnya, hingga, suara pintu terbanting membuat mas Damar tercekat panik
di lihatnya si mbah sudah kembali dengan wajah marah dan memaki, entah apa yang terjadi, ia melihat si mbah mencengkram ujung kain kafan si pocong, menyeretnya dengan tangan kosong lalu melemparkanya tepat di kebun belakang rumah gubuk itu.
kejadian yang baru saja terjadi,-
membuat mas Damar tidak habis pikir.
wanita itu menatap mas Damar dengan tatapan dingin sembari berujar "nek ra eroh opo opo, ojok grusak grusuk yo le, nyowo onok regane" (jika kamu tidak tahu apa apa, jangan sembarangan ya nak, nyawamu ada harganya)
kalimat itu masih terbayang di pikiran mas Damar bahkan hingga saat ini.
mas Erik baru sadar, sedari tadi, si mbah tidak kelihatan, padahal ia ikut karena si mbah yang menyuruhnya, di tambah rasa penasaran kenapa memakamkan seseorang saja sampai ambil waktu selarut ini, disinilah mas Erik di buat kaget.
"loh, tali pocong'e rung di buka iku loh"
(loh, kenapa tali pocongnya belum di buka?)
namun, tak seorangpun mendengarkan peringatan dari mas Erik, mereka tetap menutup lubang kubur dengan tanah, disinilah mas Erik merasakan firasat teramat buruk.
"Desa Edan" (desa gila)
maka, ia segera meninggalkan tempat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESO GONDO MAYIT
HorrorMalam ini, ijinkan gw memulai sebuah cerita, sebuah cerita yang penah di ceritain oleh seseorang, seseorang yang menurut gw spesial, karena gw udah kenal dia lama. lama sekali, meskipun gak pernah satu sekolah, satu kampus, satu pekerjaan, tapi gw u...