clip five

1.1K 227 7
                                    


"Reza kamu undang?"


Langit masih berwarna oranye kala itu. Menemani Sarka dengan secangkir teh manis hangat di halaman belakang rumahnya yang luas. Tadi itu, yang bertanya siapa lagi kalau bukan Hanan?



Sarka mengangguk, "Iya, aku undang."


"Kenapa?" Hanan bertanya dengan wajah datar dan nada yang terdengar tidak bersahabat.


"Karena dia temen aku, makanya ku undang."


Hanan melempar kertas berisi daftar nama tamu undangan Sarka, "Coret namanya. Jangan undang dia."


Sarka menatap kaget kertas yang dilempar Hanan tadi, "Kenapa nggak boleh? Dia kan temen aku." Jelasnya kembali.


Hanan mendengus. Keras. "Teman mana yang bisa ngehancurin hati kamu dan buat kamu sedih berbulan-bulan, Ka?"



Oh, paham sudah Sarka kemana arah pembicaraan ini.



"Itukan udah kejadian lama banget. Dia juga udah minta maaf sama aku. Kamu sendiri udah pernah aku ceritain, kan?"


"Coret namanya. Aku nggak mau dia ada di pernikahan kita!"


"Kamu jangan egois dong. Dia kan masa lalu aku, dan kita berdua juga udah damai. Udah nggak ada masalah lagi di antara kita!"


"That guy broke your heart badly," Hanan berucap dengan penekanan disetiap kata, "Aku nggak janji bisa nahan diri kalau dia dateng."




Sarka menatap frustasi Hanan. Cukup tau dalam kondisi seperti ini pasti tingkat keras kepala Hanan akan bertambah satu level.




"Maafin aja kenapa, sih? Aku udah baik-baik aja mas. Aku bahkan udah ngelupain kejadian itu."


Kali ini Hanan mengusap wajah kasar. Berusaha meredam emosi yang siap meledak kapan saja, "Nggak. Aku nggak bisa. After what he did to you? Aku nggak bisa maafin dia begitu aja."


Telunjuknya di arahkan ke kertas di atas meja, "Coret nama dia."




Adalah perintah terakhir yang Hanan berikan sebelum meninggalkan Sarka sendiri dengan mata memerah.




[].

ROAD TO MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang